Penampakan galaksi Bima Sakti di atas batuan pantai Etiko'u |
Kain hammock bergoyang pelan diterpa angin malam, begitu halus yang membuat kami semakin sulit bertahan Tak ada angin yang kencang seperti beberapa minggu kemarin. Kicau kami seperti bertemu lelah, aku tak bisa menghitung lagi berapa orang yang masih bertahan memicingkan mata saat ini.
Di antara kantuk yang menyerang aku mendengar suara pelan dibelakang. Di kegelapan ke arah pepohonan bakau, aku melihat bayangan hitam dengan langkah terseret pelan. Di tangannya seperti menyeret ranting pohon yang agak besar. Tak berapa lama kemudian api unggun kembali menyala besar. Aku hanya menebak-nebak, mungkin mas Eko yang masih bertahan selarut ini. Atau Imam, entahlah. Mataku tak bisa bertahan lagi dan entah menit ke berapa hilanglah aku dalam pesona malam pantai Puru yang saat ini langitnya dipenuhi hamparan miliaran bintang yang bertabur membentuk awan putih.
Rencana Perburuan Bima Sakti di Pantai Selatan
Bulan Agustus tiba-tiba menciptakan kehebohan fotografer yang lagi getol dengan foto-foto malam. Di beberapa media memberitakan tentang keberadaan galaksi kita Bima Sakti yang kemunculan di langit diklaim paling terang.
Berita ini dan ini segera menjadi berita yang paling banyak di-share para fotografer dan para astronom amatir, mengalahkan berita macam Syahrini dengan gaya makin dikuti para alayer atau berita Arcandra Tahar yang ternyata diketahui punya dwi kewarganegaraan. Beneran paling banyak di-share? Ya setidaknya begitulah yang muncul di linimasa facebookku.
Apalagi tanggal 6 Agustus adalah saat bulan baru sehingga penampakan galaksi Bima Sakti akan makin terlihat terang benderang. Maka ajakan-ajakan banyak terlontar di medsos untuk berburu Bima Sakti. Masing-masing tentu menawarkan spot andalan. Bagi teman-teman yang mau berburu Bima Sakti tapi gak ingin jauh-jauh menjadikan jalur 40 untuk ajang berburu.
Aku dan mas Eko sempat berdiskusi panjang. Awalnya aku ingin mencoba peruntungan di pantai Oebali yang sepertinya punya spot menarik. Namun akhirnya setelah menimbang beberapa suara teman yang mau ikut kita mengubah lokasi perburuan ke pantai kawasan Puru.
Kencing rame-rame tidak pada tempatnya |
Sementara sekarang sudah jam 2, kembali untuk mengambil kompor di rumahku jelas akan memakan waktu karena kami masih berharap dapat melihat senja di Puru. Karena cuma aku sama mas Eko yang pernah ke sana, akhirnya mas Eko memutuskan aku yang akan memandu perjalanan ke Puru, sedangkan mas Eko yang kebagian ambil kompor di rumah.
Kami baru sampai ke Puru hampir jam enam sore karena perubahan arah jalan. Seperti yang aku kuatirkan di awal, jalan ke Puru ternyata sedang ada perbaikan sehingga harus menggunakan jalan alternatif yang selain jaraknya lebih jauh karena memutar juga kondisi jalannya lebih parah. Setidaknya ada tiga turunan yang harus hati-hati betul karena batuannya mudah terlepas karena bercampur pasir.
Di antara kami berenam, Adisti adalah satu-satunya cewek dan mukanya paling imut lebih mirip anak-anak. Mungkin alasan itulah kenapa mas Eko jadi terpanggil jiwa kebapakannya. Dia yang paling banyak menjaga terutama saat motor harus menuruni medan yang jelek itu.
Malam Bertabur Bintang
Sampai di lokasi masih sempat bertemu Frengki, namun sayang dia dan Juan saat itu sedang ada kesibukan di luar jadi tidak bisa menemani kami. Dia cuma bilang nanti malam kalau sudah selesai kesibukan baru mampir ke lopo tempat kami menginap. Lokasi sudah sepi hanya satu rombongan mobil yang tersisa tepat mau kembali saat kami sampai. Langit sudah mendekati gelap sehingga kami gagal melihat senja hari ini. Untuk alasan kemudahan, kami menggunakan lopo yang biasa kami pakai sebelumnya.
Malam sekitar jam tujuh setelah selesai urusan perut beres. Membereskan urusan perut gelandangan seperti ini gampang cukup diganjal dengan mie rebus. Kelar ukuran perut, mulailah persiapan memotret Bima Sakti dimulai. Welly dari awal saja sudah agak histeris nunjuk-nunjuk ke langit padahal tidak usah nunjuk ke langit juga kita semua bisa melihat. Aku lihat kadang-kadang itu anak agak gila kalau sudah malam, mungkin dia berpikir bisa berubah menjadi Werewolf kalau ada bulan. Eh bulan tidak ada ding kan bulan baru.
Langit yang cerah memang membuat galaksi Bima Sakti terlihat lebih terang, apalagi pantai Etikou saat seperti ini benar-benar gelap gulita. Miliaran bintang begitu jauh hingga hanya menyisakan bentuk selayaknya awan putih di kegelapan melintang miring memanjang dari utara sampai ke selatan.
Semakin malam semakin terang penampakan galaksi Bima Sakti. Pantai Snaituka menjadi lokasi yang paling tepat untuk mendapatkan gambar Bima Sakti yang menarik karena di antara batu karang terdapat beberapa pohon Santigi yang membonsai. Lagi-lagi mas Eko harus kerepotan dengan Welly yang tiba-tiba kesurupan ulang karena kameranya gak mau diajak kerjasama. Gegara ISO sudah diset ke 3200 eh tetep saja hasil jepretannya ISO ke angka 640, kadang 800 pokoknya semau-maunya itu kamera.
Mungkin itu karma karena waktu mencabut gigi anak-anak malah bikin anak-anak histeris ketakutan. Tapi mana dia akan percaya akan karma. Satu-satunya karma yang dia percayai adalah tidak bisa menikah dengan pramugari. Padahal kalau dia mau menikah dengan pramugara mungkin sudah lama punya anak (anak setan).
Pantai Tubuafu, sebelah barat pantai Etiko'u |
Jam sebelas malam mungkin juga kurang aku sudah tepar di atas hammock. Sedang nikmat-nikmatnya aku bermimpi lagi hihihi sama pramugari harus terbangun mendengar suara mendesah eh.. suara ribut. Sekitar jam tiga pagi aku mendengar keributan mas Eko dan Welly. Mas Eko rupanya membangunkan Welly mengajak untuk memotret galaksi karena sekarang galaksi Bima Sakti sedang mendekati horison barat. Aku dan Welly yang sebenarnya masih mengantuk langsung semangat empat lima bangun dan langsung kokang senjata untuk dapat meng-capture dalam kondisi begini. Welly bahkan sudah menghilang dulu naik ke daerah karang yang berdiri satu buah lopo. Tapi kampretnya ternyata ada awan gelap yang menghalangi penampakan Bima Sakti di ujung horison. Ternyata sudah dari jam setengah dua penampangan Bima Sakti mulai rata horison. Mas Eko bangunkan aku sama Welly setelah dia kehabisan batere. Jadi giliran dia untuk tidur tapi kita disuruh bangun. Uasyeemmm, pantesan besok pagi-nya dia ngakak-ngakak sukses.
Sumber berita:
seumur-umur belum pernah ngeliat galaksi bima sakti secara langsung, :(
BalasHapusDi kupang karena masih banyak lokasi sepi minim cahaya malahan gak ada cahaya dan cuaca yang cerah jadi gampang banget ngeliat milkyway.. coba bar, asyik banget lho
HapusKeren banget ih. Jadi pengen ngerasain liat langsung deh
BalasHapusAyo mas ditunggu di Kupang banyak lokasi yang minim cahaya yang joss buat liat galaksi Bima Sakti
HapusMungkin mas eko dan imam lagi memadu kasih menghangatkan badan sehingga api ungun menyala membakar nafsu birahi mereka #EhApaSih
BalasHapusHuwwwaaaaaaaa..... #cucitendabekasmerekadipuru
Hapusom Cumi jangan bikin aku parno dong hahahahaha...
keren banget itu bisa nangkep galaksi bima sakti. Wow
BalasHapusTempatnya emang masih bersih dari cahaya dan jarang ada awan jadi pas puncak terang galaksi kemarin bisa sukses ambil
Hapusbeuh keren bgttttt... ane belum pernah kesampean liat begituan :')
BalasHapusMusti cari tempat yang tidak/minim polusi cahaya.. di sini tempatnya masih cling buat lihat ginian
Hapus