Rencana perjalanan ke Batu Termanu masih belum berhasil, dan ternyata aku justru berhenti di Tulandale seperti yang kuceritakan pada catatan sebelumnya.
Pagi hari aku naik ke lantai paling atas hotel, aku berniat mau melihat posisi Batu Termanu. Ternyata justru malah tidak terlihat, setahuku kalo di Pelabuhan Ba'a posisi dari Batu Termanu terlihat.
Tapi saat perhatianku kuarahkan ke barat aku justru melihat view lain di ujung yang biasanya dari sini aku bisa menyaksikan matahari tenggelam. Di ujung barat tampak deretan warna putih dan beberapa batu karang terjal di laut serta adanya beberapa bangunan kecil berbentuk kerucut. Dugaanku kerucut ini seperti lopo-lopo yang biasanya digunakan orang untuk duduk. Apakah itu tempat wisata atau tempat pribadi, entahlah. Tapi rasanya aku belum pernah mendapatkan informasi ada tempat wisata disana.
Siang hari aku menunda perjalanan ke Batu Termanu dan memutuskan untuk mencoba ke tempat itu walaupun aku tidak tahu persis seberapa jauh sebenarnya. Pokoknya asal masih bisa dilihat mata berarti masih bisa dijangkau, itu prinsipku. Kecuali lihat bulan lho, hehehe.
Jam setengah tiga aku mulai berjalan ke arah dermaga namun tidak turun di dermaga karena setauku di sana terhalangi dengan kawasan bakau yang lebat.
Dari pinggir pantai, aku menemukan ternyata kawasan di balik dermaga view pantai yang menarik. Dengan kondisi pantai yang rata-rata berpasir putih, kawasan di Rote Ndao memang cukup bagus. Rata-rata nyiur tumbuh di sepanjang alur pantai kecuali untuk daerah-daerah yang terdapat hutan bakau.
Sepuluh menit kemudian aku sampai ke Mokdale. Beberapa anak kecil yang sebagian bertelanjang dada asyik bermain bola. Sekali lagi aku menemukan daerah dengan nyiur berderet yang membuat kawasan pantai tetep enak untuk bermain biar pun siang hari.
Aku duduk mengamati mereka bermain bola, melihat aku duduk dengan kamera yang siap sedia tampaknya membuat mereka makin semangat. Kiper kecil berambut jigrak itu menunjukkan atraksi menangkap bola beberapa kali. Seorang nona manis yang berdiri tampak malu-malu menyemangati.
Yang juga menarik ternyata ada juga seorang anak perempuan kecil yang juga bertelanjang dada ikut bermain. Tapi karena badannya yang paling kecil anak perempuan ini kebagian menjadi kiper di bagian seberangku.
Dari Mokdale aku menelusuri kawasan hutan bakau yang masih asri hingga memasuki kawasan perbukitan yang agak kering. Setelah melewati dua hutan bakau aku terjebak dengan batu karang yang menjulang tegak lurus dengan karang-karang yang sangat tajam. Sekarang aku punya pilihan apakah mau tetep maju atau mundur, perjalanan masih setengah jalan. Akhirnya dengan merayap dan berpegangan akar-akar pohon yang tumbuh di sepanjang karang aku merangkak naik, untungnya aku sudah mengemasi dulu peralatan kamera. Batu-batu yang nyaris tegak 90 derajat ini untungnya karang terjal jadi banyak pegangan walau kadang terasa sakit.
Aku melewati celah yang telah ditutup, tampaknya celah ini ditutup untuk menghindari binatang lewat sini karena rawan terperosok. Sekalinya terperosok dipastikan akan ditangkap oleh jajaran karang terjal di bawah.
Dari atas bukit karang aku menelusuri jejak jalan yang pernah digunakan orang. Beberapa kali burung-burung sebesar burung dara berwarna hijau dan jenis lain yang tidak kukenal. Semoga disini masyarakat tidak punya hobi berburu burung sehingga burung disini tidak akan bernasib sebagaimana burung Kakatua Jambul Putih asli Sumba yang sekarang justru sudah tidak ditemukan lagi di Sumba.
Melewati dua bukit terjal keringat mulai bercucuran, minuman yang aku bawa tinggal separuh. Untungnya di turunan berikutnya aku menemukan daerah pantai landai, beberapa burung laut berdiri di tepi pantai dan segera terbang menjauh saat aku menuju ke sana. Di bawah aku menemukan rumput laut berwarna hijau yang terhempas ke pinggir pantai. Aku mengambil yang masih segar dan setelah kucuci kumakan. Rasanya enak khas rumput laut cuma agak asin karena aku mencucinya pakai air laut, tapi lumayan membantu aku mengisi perut yang jadi lapar.
Dari sini aku kembali harus naik bukit karang yang lebih terjal, aku sempat kehilangan jejak namun untungnya kebiasaan mengenali medan ini membuat aku kembali menemukan jalan setapak. Namun kali ini aku harus lebih hati-hati karena jalan dibawah sepenuhnya karang terjal. Untungnya tak jauh kemudian aku sudah sampai di tempat itu. Wah lokasinya memang menarik sekali.
Lokasi ini ternyata memang ternyata telah dibangun menjadi lokasi wisata, tampak dari lopo-lopo yang masih baru. Pantai berpasir putih dengan beberapa gugusan karang yang beberapa tumbuh terpisah sungguh sebuah lokasi yang pas. Dari tempat ini kita bisa melihat matahari terbit maupun matahari terbenam.
Beberapa lama setelah aku sendiri mengitari daerah ini datang rombongan sekitar 5 motor yang rupanya anak-anak Malang yang sedang PKN di Kabupaten Rote Ndao. Dari salah satu rombongan ini aku mendapatkan informasi kalau daerah wisata baru ini dikenal sebagai Tiang Bendera. Asal usulnya berasal dari sebuah bangunan seperti kerucut panjang yang atasnya terpenggal di salah gugusan karang sisi barat.
Aku masih menunggu senja habis untuk mendapatkan foto-foto slowspeed. Saat mulai gelap aku berkemas kembali.
Aku memutuskan menggunakan jalan karena menurut informasi salah satu rombongan tadi kalau menggunakan motor sekitar 15 menit. Dari sini perjalanan langsung menanjak dan dari atas ternyata ada beberapa spot lain yang mirip. Ternyata jalur jalan yang baru dibangun dari tanah putih tidak ada penerangan sama sekali sepanjang hampir dua kilometer, deretan pohon besar dan karang-karang besar mengapit sepanjang jalan, untung bulan setengah muncul tidak tertutup awan. Cahaya bulan dan jalan tanah berwarna putih cukup membantuku berjalan sampai aku menemukan rumah pertama.
Dari rumah pertama ini aku menemukan informasi arah menuju kembali ke Ba'a. Tiba di bukit atas aku baru mengetahui jika lewat jalan jauhnya lebih jauh dua kali lipat dibanding menelusuri pantai. Untungnya rumah-rumah yang walaupun jaraknya berjauhan satu sama lain namun sudah berpenerangan listrik.
Di pertengahan jalan aku ditawari untuk naik ojek, hanya karena sudah setengah jalan aku memilih meneruskan dengan tetap berjalan kaki. Aku harus beberapa kali bertanya kepada setiap penduduk yang aku termui di jalan karena banyaknya percabangan di daerah ini.
Aku sampai di Ba'a sekitar jam 7.30 malam. Perjalanan hari ini walaupun capek tapi sangat menyenangkan.
asal masih bisa dilihat mata berarti masih bisa dijangkau, kalimat yang bagus mas, aku suka yang neh... perjalanan yang menarik mas... benar-benar indah pemandangannya... banyak tempat dimana yang ga yudith tau jadi tau walau belum dilihat langsung.. aseeeeek...!!!
BalasHapusSupaya Judith juga semangat buat jalan-jalan menikmati keindahan yang Tuhan hamparkan dimana-mana....
BalasHapusDari tiang bendera ke Ba'a jalan kaki Mas.....? wah hebat..:). kapan yah bisa ke tiang bendera, selama ini cuma dengar aja...belum sempat. tpi lihat gambarnya mas, ternyata bagus yah...keren deh...Rote Ndao memang indah..
BalasHapusYa begini nih kalo udah maniak jalan kaki... makin jauh bukan makin loyo malah makin semangat.. pulang balik jalan kaki, datang lewat pantai pulang lewat jalan umum.... :D
BalasHapusRote Ndao memang indah, tinggal jadwalin jalan ke tempat lain next job
tulisan dan foto2 yang indah....
BalasHapus:)
suka skali om....
Makasih mas Teddy.... senang bisa mampir kesini, jangan bosan ya
BalasHapuswah hebat dan menakjubkan gan pemandangannya..salam..
BalasHapusPulau Rote punya banyak view menawan gan
Hapuswaw keren,,, tampat yang indah.. nice share gan.. mantab..
BalasHapusMakasih udah mampir di blog ini.... semoga bisa mengunjungi tempat ini nantinya
Hapusartikel yang keren sob
BalasHapusMakasih udah mampir mas Hendri
Hapusassalamualaikum, marhaban ya ramadhan, senyum sapa dari saya denny aby untuk para sobat blogger di bulan yang suci dan penuh berkah ini....visit balik ya sob..Denny blogspot
BalasHapusSudah dikunjungi mas.. maaf gak meninggalkan jejak
HapusBlognya keren mas, senang bisa berkunjung :)
BalasHapusMakasih buat kunjungannya pak
HapusPak terimakasih untuk kenangan indah ini pak sekarang saya sudah berumur 23tahun dan masih bisa melihat foto atau kenangan manis yg hampir terlupakan namun kembali mengingat walaupun sedikit tapi dari foto foto ini pak.
BalasHapusDalam foto itu saya bersama beberapa sahabat bkarib saya sewaktu kecil . melihat foto ini mengingatkan kembali saya pada masa kecil yg bahagia ❤️��
Senang sekali foto-foto disini bisa menjadi pengingat masa-masa kecil kalian yang pernuh kenangan
HapusRasanya ingin kembali ke masa lalu,
HapusFoto foto itu adalah kami pak.
BalasHapusSekarang kami semua telah beranjak dewasa 😇jika sempat aku ingin meminta nama Instagram bapak atau no kontak bapak barangkali masih ada foto foto kita di album bapak🙏
Silahkan berkunjung ke instagram @baktiarsontani atau facebook @baktiar77, namun di kedua tempat itu tidak banyak foto harus aku lihat lagi di harrdisk lama nanti aku kirimkan via email saja
HapusSelamat siang Gan....
BalasHapusAlam nan indah..
Makasih infonya...salam...