Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.
Tampilkan postingan dengan label Ternate. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ternate. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Desember 2020

Kala Senja Kalamata


Seorang bapak berbaju putih sedang menyapu halaman dengan sapu lidi. Daun-daun kering yang jatuh dari pohon berserakan di halaman rumput juga di sepanjang paving block jalan setapak.
"Pak loket tiket masuk dimana?" Tanyaku.
"Silahkan langsung masuk, Isi buku tamu saja!" Jawabnya.
Aku segera menuju komplek Benteng. Di ujung jalan setapak seorang pria memakai topi coklat, berbaju biru sibuk memotret sekeliling benteng. Wah keduluan, gumamku. 

Yowes aku langsung masuk ke dalam benteng motret-motret juga. Hhmm aku agak bingung memotret sudutnya karena dari segi arsitektur benteng ini berbentuk segi empat yang tidak beraturan (triangulasi) dengan 4 sudut yang ujungnya meruncing dan memiliki ceruk bidik (embrasure) di masing-masing bastion. Ketebalan dinding benteng 60 centimeter dan tingginya 3 meter. Dindingnya tersusun dari batu andesit dan batu karang yang direkatkan dengan memakai Kalero, sejenis kapur yang dihasilkan dari pembakaran batu karang. Kapur tersebut dicampur dengan pasir dan air rendaman kulit pohon Lubiri. 

Aku memanjat dinding benteng untuk melihat lebih jelas sekelilingnya. Benar juga Benteng ini berbentuk penyu kalau dilihat dari atas dan sekilas mirip benteng yang ada di Pulau Bandaneira. Dua bastion yang menjorok ke laut untuk menghalau serangan laut dari kapal musuh. Sementara dua bastion yang lain untuk menghadang serangan dari darat. Ujung bastion yang didarat ini lebih tinggi daripada yang menjorok laut jadi pemandangannya lebih jelas. Pulau Maitara dan Pulau Tidore terlihat sebagai latar belakang yang menawan. Suasana disini tidak seramai Benteng Tolukko, aku jadi lebih tenang memotret. Tidak lupa foto-foto narsis di sini. Mumpung background cakep hehehe. 

Ternate Pulau kecil yang dipenuhi benteng. Pulau ini di masa lalu sebagai pusat rempah-rempah yang menjadi incaran bangsa Eropa. Benteng Kalamata adalah benteng ketiga yang aku kunjungi. Berlokasi di Kayu Merah, Ternate Selatan, Kota Ternate, Maluku Utara. 

Benteng Kalamata dikenal juga sebagai Benteng Kayu Merah karena terletak di daerah Kayu Merah. Benteng ini pertama kali dibangun oleh bangsa Portugis bernama Fransisco Serao atas gagasan Antonio Pigafeta tahun 1540 dan diberi nama Benteng Santa Lucia. Keinginan Portugis meluaskan kekuasaannya dan monopoli perdagangan mengalami benturan dengan Sultan Baabullah. Pada tahun 1575 Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keadaan tersebut dimanfaatkan Spanyol, Benteng Santa Lucia dikuasai dan dijadikan sebagai pos perdagangan dan pos pertahanan. 

Namun itu tidak berlangsung lama, pada tanggal 29 April 1798 Benteng berhasil direbut Kaicil Nuku, Sultan Tidore ke-19 dibantu armada Inggris. Kaicil Nuku dikhianati Inggris sehingga benteng itu berhasil dikuasai dari tahun 1801 sampai tahun 1810 saat Belanda mengambil alih. Belanda mengganti namanya dari Santa Lucia menjadi Kalamata, mengambil nama dari Kaicil Kalamata seorang Pangeran Ternate, kakak Sultan Mandarsyah dan paman dari Sultan Kaicil Sibori Amsterdam. Kaicil Kalamata disebutkan dalam sejarah mengabdi pada Sultan Hasanuddin di Kerajaan Gowa. 


 

Perlahan matahari mulai condong ke barat dan aku harus pergi meninggalkan senja di Kalamata. 

Well, wherever you go becomes a part of you somehow - Anita Desai. 

Foto/tulisan : Arum Mangkudisastro
http://befreetour.com/id?reff=X3KRF

Baca keseluruhan artikel...

Jumat, 05 Januari 2018

Menaklukkan Benteng Tolukko


Pernah lihat acara TV Takeshi's Castle? Sebuah acara reality show yang aslinya berasal dari TV Negara Jepang, menyiarkan ujian permainan ketangkasan demi menaklukan Benteng Kastil Takeshi.  Bagi yang berhasil melewati semua ujiannya dianggap sebagai pemenang dan berhak atas sejumlah hadiah. Nah, benteng ini mengingatkan aku dengan benteng yang ada di reality show Takeshi's Castle itu. Benteng yang bentuknya seperti bidak catur dan juga seperti benteng-benteng yang ada dalam negeri dongeng.

"Ino Wosa Lafo Waro Masejarahnya", tulisan spanduk dalam bahasa Ternate yang berarti, Mari Masuk Supaya Kita Tahu Sejarahnya, terpasang di pintu gerbang masuk benteng. Undak-undakan tangga diapit pot-pot tanaman hias yang cantik menghampar seakan menyambut pengunjung yang datang.

Aku melewati lorong dan menuruni undakan tangga menuju ke arah belakang benteng dengan view laut. Pemandangannya bagus, aku betah berlama-lama di spot ini. My favorite spot! Dari sini tampak lautan luas dan Pulau Tidore dengan Gunung Kie Matubu-nya dikejauhan. Disisi kanan benteng terlihat Gunung Gamalama seakan merengkuh. 

Benteng ini dikelilingi oleh tembok yang tebal dan kokoh. Ada bagian dari dinding tembok dibuat seperti menonjol keluar, tempat ini disebut Bastion. Dulunya digunakan sebagai pertahanan, tempat moncong meriam atau senjata untuk menghalau musuh yang datang dari laut. Disini juga ada ruangan bawah tanah dengan beberapa bilik ruangan.

Asal nama Tolukko berasal dari salah satu nama Sultan Ternate yang bernama Kaicil Tolukko yang memerintah sekitar tahun 1692. Namun sumber lain mengatakan karena masyarakat tidak jelas melafalkan nama Benteng Santo Lucas (nama benteng pertama kali) sehingga menjadi Tolukko. Lokasi berada di jalan raya utama provinsi tidak jauh dari Kedaton Kesultanan Ternate, tepatnya di Kelurahan Sangadji, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. 

Benteng pertama kali dibangun oleh Fransisco Serao, Panglima Portugis pada tahun 1540 dan diberi nama Santo Lucas. Alasan dibangunnya benteng sebagai basis pertahanan sekaligus pusat penyimpanan rempah-rempah (Cengkih, Pala, Kayu Manis, Merica) dalam menguasai dan mendominasi jalur rempah atas bangsa Eropa lainnya (Spanyol & Belanda). Letak benteng yang strategis diatas bukit dan dekat dengan perairan/laut untuk mengawasi kapal-kapal  lewat dan situasi yang terjadi di Kedaton Kesultanan Ternate.

Setelah perlawanan rakyat Ternate dibawah pimpinan Sultan Baabullah, maka kekuasaan Portugis berakhir pada tahun 1577. Benteng Santo Lucas pun berhasil dikuasai Kesultanan Ternate.

Dalam suatu pertempuran Belanda berhasil merebut benteng ini dari Kesultanan Ternate pada tahun 1610 dan mengganti namanya menjadi Hollandia. Benteng Hollandia kemudian direnovasi oleh Pieter Both. Berdasar kerjasama antara VOC dan Kesultanan Ternate pada tahun 1661, Sultan Mandar Syah diberi ijin untuk menempati benteng ini dengan personil yang dibatasi. Pada Tahun 1864 Residen P. Van Der Crab memerintahkan untuk mengosongkan benteng karena sebagian bangunan telah rusak.


Benteng Tolukko dipugar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku pada tanggal 1 Juli 1996. Setahun berselang tepatnya tanggal 25 Nopember 1997 diresmikan penggunaannya oleh Prof.DR. ING Wardiman Djojonegoro, selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. 

Foto dan Tulisan : Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...

Senin, 16 Oktober 2017

Laguna di Bumi Kie Raha Ternate

Laguna di Bumi Kie Raha Ternate
Rimbun pepohonan mengelilingi pinggiran danau. Hijaunya sungguh menyegarkan mata yang melihat. Hawa sejuk diselingi angin semilir membuat suasana teduh. Kicau burung-burung kadang terdengar bagai nyanyian semesta yang menentramkan.


Danau Ngade atau sering disebut Danau Laguna Ngade. Laguna dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti  danau air asin dekat pantai yang dahulu merupakan bagian laut yang dangkal, karena peristiwa geografi terpisah dari laut. Meski dekat dengan laut, air danau tetap tawar rasanya. 


Danau ini terletak di Desa Ngade, Kelurahan Fitu, Kota ternate, Maluku Utara.  Berjarak 40 kilometer dari Bandar Udara Sultan Babullah, atau 18 kilometer dari pusat Kota Ternate.

Danau Ngade adalah anugerah dari Tuhan yang tak ternilai. Masyarakat menjadikan danau untuk budidaya ikan air tawar seperti Nila dan Gurame. Hasil budidaya ikan air tawar bisa kita nikmati pada restoran/warung yang terapung di atas danau. Selain itu danau juga menjadi sumber air utama untuk mengairi perkebunan milik masyarakat sekitar.

Laguna di Bumi Kie Raha Ternate
Aku bergegas mendaki menuju titik pandang tertinggi. Penduduk sekitar telah menyediakan tempat di atas ketinggian agar kita lebih leluasa melihat keindahan danau. Bunyi suara gesekan ban mobil/bus dengan aspal jalan di kejauhan, saat pengunjung ingin parkir kendaraan. Letak tanah yang miring dan curam membutuhkan ketrampilan ekstra berkendara. Disini kita dipungut biaya masuk dan parkir kendaraan.

So, here I'am. Standing on the best photo spot. Tempat ini sering menjadi incaran para Fotografer. Biasanya mereka mengambil angle foto dari atas untuk foto aerial. Hutan pepohonan, Danau Laguna, Pulau Maitara, dan gugusan pegunungan Pulau Tidore tampak menakjubkan dari sini. Biasanya air danau berwarna hijau, tetapi karena semalam hujan air danau berubah menjadi berwarna kecoklatan.

Laguna di Bumi Kie Raha Ternate
Saat lelah kita bisa minum air kelapa muda yang banyak dijual di tempat ini. Sambil duduk santai menghalau haus yang datang. Sungguh menyegarkan di kala panas terik.

Merepih alam. Melepas pandangan pada bentangan alam di ketinggian. Bak seorang penyair mencari inspirasi untuk menyusun dan merangkai kata demi kata. Aahh, Danau Ngade keindahanmu tak mampu membuatku berucap.

Lokasi Danau Ngade:
Foto dan Tulisan : Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya