Debur ombak yang keras saat senja hari di pantai Bodo'a , Sabu |
Pelikan di pantai Bodo'a, diikat di pinggir pantai |
View perkampungan di pinggir pantai di daerah Sabu Liae |
Biasanya teman-teman kalau bertugas di sini juga menginapnya di Seba, tapi di Seba bukan hotel melainkan hanya tempat penginapan yang biaya menginapnya dihitung per kepala bukan per kamar. Jadi kalau di sebutkan biaya menginap 150ribu dan kalian menginap berdua sekamar jangan kaget kalau mendapatkan tagihan 300ribu semalam, perhitungan yang agak aneh tapi yah seperti itulah kondisi penginapan di Seba. Namun kali ini aku memilih menginap di sebuah hotel Rai Hawu yang ada di Sabu Tengah. Antara Seba (Sabu Barat) dengan Sabu Tengah sebenarnya cuma berjarak 12 km saja tapi bisa ditempuh selama setengah jam, apalagi kalau bukan masalah kondisi jalan utama yang sudah rusak dan bergelombang.
View pantai memanjang pantai di Sabu Liae, pohon lontar selalu menghiasi |
Informasi dari hotel dan juga mbak Ririen, ada pantai yang indah yang biasa disebut pantai Bali letaknya di kecamatan Sabu Timur. Tidak jauh sebenarnya tapi lagi-lagi masalah kondisi jalan yang akan membuat waktu menjadi lama. Menurut mbak Ririn, di lokasi itu juga ada lokasi untuk snorkling atau diving karena ada beberapa spot yang terumbu karangnya menutupi 85% perairan. Sayangnya waktu mbak Ririn mengajak kami ikut kegiatan snorkling yang mau mereka lakukan hari Jum'at pagi kami pas ada kerja ke lapangan.
Siang hari yang terik di pantai Wuihebo |
Di pinggir pantai beberapa remaja tanggung sedang berlatih taekwondo. Menurut salah seorang diantaranya yang menjadi pelatih mereka, kegiatan ini mereka lakukan setiap hari di sini untuk menaikkan porsi latihan karena mereka akan bertanding. Di luar acara ini, mereka biasanya cukup berlatih di lapangan polsek Seba.
Suasana tempat menginap di hotel Rai Hawu |
Yanto, seorang teman dari Sabu sebenarnya merekomendasikan pantai Wuihebo yang letaknya di sisi utara dari Pelabuhan Seba dan tidak terlalu jauh juga karena masih tampak ujung pantai dilihat dari pantai Bodo'a.
Hari selanjutnya sebenarnya aku sempat ke pantai Wuihebo. Selepas makan siang kami mencoba ke pantai Wuihebo untuk mencari dulu lokasinya dan membuktikan kata Yanto. Berbekal petunjuk dari Yanto, aku dan dua orang teman menggunakan mobil masuk ke dalam dari pertigaan di samping jalan dekat bandara. Sebenarnya arahnya sudah benar tapi justru karena kurang bertanya akhirnya malah kami sampai di ujung muara pantai Wuihebo. Kami mencoba masuk lebih ke dalam lagi melewati kawasan pepohonan kelapa yang berjajar di sepanjang jalan sempit yang pas untuk satu mobil saja. Justru akhirnya kami masuk ke arah yang makin tidak jelas. Maka gagallah kami melihat pantai Wuihebo.
Memasukkan gula sabu ke jerigen |
Selain kain tenun, gula sabu adalah salah satu oleh-oleh yang bisa dibawa oleh pelancong. Harganya tergantung dari ukuran botol yang digunakan. Jika membeli gula sabu ukuran satu botol aqua besar sekitar 1,5 liter sekitar 20 ribu rupiah, namun jika membeli yang ukuran jerigen minyak ukuran 5 liter sekitar 65 ribu rupiah. Sebagai tambahan informasi: gula sabu ini dulunya justru menjadi makanan pokok terutama pada musim-musim kering. Mereka cukup meminum gula sabu dan sayuran, dan itu cukup untuk memberi energi untuk beraktivitas sehari-hari. Konon dari pengalaman teman-teman, gula sabu juga dapat digunakan untuk orang yang menderita mag. Beberapa teman yang pernah terkena mag bisa sembuh setelah mengkonsumsi gula sabu ini, caranya dengan mencarikan gula sabu ini dengan air dan meminumnya setiap pagi. Juga ada istilah gula semut, itu adalah gula sabu yang dikeringkan dalam cetakan-cetakan.
Sambil memperbaiki jala sekaligus bersosialisasi sesama nelayan |
Andri mencoba mendekati pelikan (minta dipatok) |
Sepertinya butuh perjalanan kedua untuk lebih mengenal Sabu dan terutama Raijua. Meskipun pulau ini kecil dan bisa dikitari dengan kendaraan satu hari saja bukan berarti butuh sehari untuk mendapatkan spot-spot terbaik di Kabupaten Sabu Raijua ini.
Informasi tambahan: sampai dengan saat ini belum tersedia kendaraan umum, entah mungkin faktor harga BBM atau yang lain. Saat ini hanya ada angkutan bis milik pemda yang digunakan untuk alat antar jemput anak-anak sekolah namun jumlahnya juga tidak memadai. Pada hari-hari tertentu terutama jika ada jadwal kedatangan kapan, maka penduduk biasanya menumpang truk-truk untuk menuju ke kota dan melakukan transaksi. Di luar itu, maka sebagian penduduk yang tidak memiliki alat transportasi biasa berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer.
Baca keseluruhan artikel...