Saat itu Kupang yang adalah sebuah ibukota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur tak lebih ramai dari sebuah kecamatan di Jawa. Awal tahun itu keramaian lebih berpusat di dua titik yaitu kawasan kota lama yang terbentang di sepanjang jalur Siliwangi yang biasa disebut sopir-sopir daerah LLBK (Lai Lai Besi Kopan) dan satu lagi adalah jalur Kuanino.
Tapi keramaian Kupang di dua tempat ini pun hanya terjadi dari pagi sampai sore hari, begitu menjelang malam maka aktivitas menurun drastis.
Jam 6 sore saat itu batas terakhir angkutan kota membawa penumpang, jika ada satu dua angkutan yang masih jalan membawa penumpang biasanya sambil menuju arah balik kandang.
Harga-harga jangan ditanya, Kupang yang memang dari awalnya memiliki biaya hidup yang sudah mahal makin bertambah mahal. Bahkan beberapa komoditas yang biasanya melimpah tersedia di Kupang seperti ikan juga menjadi mahal.
Yang paling menyedihkan bagi pendatang adalah sulitnya mencari tempat makan. Saat itu tempat makan yang ada bisa ditunjuk dengan jari.
Suasana malam Pujasera di Kampung Solor |
Aku sendiri kurang tahu dari mana titik ini bermula namun seperti ada benang penyambung sehingga roda kemajuan bergerak saling mengangkat namun juga dibeberapa titik saling menyikut dan membenamkan.
Bicara tentang kemajuan sebuah kota, maka dua kata pertama yang terpikirkan adalah: Kuliner dan Hiburan
Dan itulah geliat yang terasakan di Kupang sekarang ini. Sekarang dengan mudah dapat ditemui tempat-tempat makan yang tersebar seantero Kupang.
Jalur kawasan Siliwangi yang berada sepanjang pantai Kupang dan berisi pertokoan lama masih tetap ramai walau sedikit berubah. Kawasan ini masih menjadi sentral pemberhentian angkutan kota dari seluruh arah walaupun terminal yang ada telah ditutup oleh pemerintah.
Namun keberadaan kawasan pantai Kupang masih terbantu oleh penataan pantai di sekitar kawasan yang dikenal sebagai daerah Tedy's. Karena di tempat itu berdiri sebuah kafe dan tempat karaoke bernama Tedy's yang berdiri cukup lama.
View jalan dari atas Gedung Bank NTT Pusat |
Konsekuensinya setelah jam 5 sore maka jalan ini tertutup untuk umum, dan berubah menjadi pujasera. Berbagai jenis makanan ditawarkan disana dari hanya makanan-makanan khas pedagang keliling sampe menu ikan bakar dan makanan laut lainnya.
Dengan harga yang cukup bersahabat, kuliner di kawasan ini bahkan menarik minat sebagian pelancong asing untuk sekedar singgah mencicipi kuliner Kupang.
Dan yang lebih mengasyikkan, kawasan ini masih ramai hingga jam 12 malam.
Kawasan Kuanino sendiri tetap menjadi kawasan yang paling ramai karena disinilah berdiri banyak toko-toko besar yang sedari awal menjadi sentra orang-orang Kupang berbelanja. Namun untuk kuliner sendiri geliat dari kawasan ini belum terlalu kuat.
Suasana malam jalan di kawasan Mal |
Mal sendiri memiliki beberapa tempat kuliner yang lebih banyak merupakan waralaba seperti misalnya KFC atau Bakso Lapangan Tembak.
Ada satu blok kawasan yang berkembang menjadi pusat makanan yaitu di depan Gedung Bank NTT. Persis di seberang jalan gedung 7 lantai yang merupakan satu dari dua gedung tertinggi di Kupang ini berdiri ruko yang lebih banyak untuk menjual makanan.
Deretan tempat makan di sepanjang jalur Pantai Pasir Panjang juga tidak mau kalah, menu-menu ikan akan dengan segera dapat ditemui di jalur ramai sampai malam ini.
Hiburan malam pun menjadi hal yang lumrah ditemui, beberapa cafe yang tempat karaoke mudah ditemui di kota Kupang walau tak sebanyak di kota-kota besar di Jawa. Tapi setidaknya ini seolah menunjukkan kepada orang yang datang ke Kupang untuk tidak memicingkan mata di tanah Timor ini. Kata pepatah Kupang "Bae Sonde Bae Tana Timor Lebe Bae" dan semoga geliat ini bisa menunjukkan bahwa Kupang terus tumbuh menjadi lebih baik. Baca keseluruhan artikel...