Di pelataran Hotel Nirwana pagi ini aku lihat lebih banyak mobil terparkir, padahal sehari sebelumnya sepi sekali hanya ada dua kamar yang terisi selain kamarku. Kawasan Songgoriti memang tak seramai dulu lagi walau masih banyak penduduk setempat yang menyewakan villa, itu kata beberapa orang yang aku mintai saran saat mau berkunjung ke Kota Batu, Malang. Hari ini Sabtu, perkiraanku mulai bakalan banyak orang datang dan membuat tempat wisata ramai dan sesak orang. Jelas lokasi air terjun Coban Rondo yang akan aku tuju kemungkinan besar juga begitu.
Cuaca agak mendung, aku ragu apakah hari ini turun hujan atau tidak. Walau bulan Agustus itu bulan panas kalau di Kupang, tapi tidak dengan Kota Batu. Bulan seperti ini, masih ada saja hujan yang turun. Itulah susahnya kalau jalan-jalan pakai motor yang otomatis tidak anti hujan. Tapi aku nekat saja tetap jalan toh kalaupun hujan kita bisa berteduh. Begitu keluar hotel, yang aku tuju pertama adalah mencari makan pagi karena hotel masih belum menyiapkan makan pagi sebelum jam tujuh.
Air Terjun Coban Rondo
Jarak dari hotel Nirwana ke air terjun Coban Rondo sekitar 7,7km berdasarkan aplikasi Google Maps kalau lewat jalan Rajekwesi, tapi karena masih pagi aku memilih lewat jalan Trunojoyo yang banyak dilewati kendaraan besar tapi tidak terlalu ramai. Hanya sekitar setengah jam, aku sudah sampai di depan gerbang masuk air terjun Coban Rondo. Ternyata masih ada sekitar sekilo lebih jalan yang harus ditempuh sampai ke lokasi parkiran air terjun. Walaupun lebih dekat dari Kota Batu, namun air Terjun Coban Rondo sebenarnya masuk wilayah Kabupaten Malang, tepatnya di desa Pandesari, Kecamatan Pujon.
Pagi masih sepi, hanya sedikit pedagang yang sudah membuka kiosnya. Itu pun aktivitas mereka lebih banyak sedang mempersiapkan barang dagangan, sebagian mulai membersihkan halaman sekitar kios-kios mereka.
Karena letaknya yang tidak jauh dari tempat parkir, suara gemuruh air terjun sudah terdengar setelah berjalan masuk beberapa meter ke dalam gerbang masuk. Sekitar seratusan meter sudah terlihat air yang jatuh dari ketinggian. Jalan setapak menuju air terjun sudah disemen dan sebagian con-block.
Kawasan parkir air terjun Coban Rondo waktu pagi |
Dengan ketinggian 84 meter ini membuat sebagian air tampak seperti uap air yang jika tertiup angin agak kencang uap air itu bisa mencapai puluhan meter jatuhnya. Pemilik kamera yang body-nya tidak tahan air harus berhati-hati, masalahnya kita tidak bisa menduga arah angin.
Batu besar (kiri) tempat Dewi Anjarwati merenungi nasibnya |
Di balik keindahan air terjun Coban Rondo ini sebenarnya ada cerita mistis yang menjadi asal usul nama air terjun ini. Konon ini bermula dari pernikahan antara Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Diusia 36 hari pernikahan mereka, Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro. Dalam perjalanan, mereka bertemu Joko Lelono, yang terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya. Akibatnya terjadilah perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron Kusumo. Kepada para punakawan yang menyertai mereka, Raden Baron Kusumo berpesan menyembunyikan Dewi Anjarwati di suatu tempat yang terdapat di air terjun. Akibat perkelahian berimbang itu, Raden Baron Kusumo dan Joko Lelono gugur. Dewi Anjarwati menjadi seorang janda (bahasa jawa: Rondo) memutuskan tidak kembali dan tinggal di tempat itu. Sejak saat itulah coban atau air terjun tempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal dengan Coban Rondo. Batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasibnya menjadi janda. Begitu cerita yang diungkapkan di papan informasi.
Air Terjun Coban Tengah
Karena masih pagi, akhirnya aku memutuskan untuk ke air terjun Coban Tengah yang belum lama ditemukan. Sempat kebingungan karena jalur datang dan jalur pulang berbeda jadi bingung dimana jalur putarnya. Akhirnya paling gampang balik lagi sampai ke tempat gerbang masuk masuk putar balik mengikuti arah jalan balik ke air terjun masuk Coban Rondo. Di pertigaan deket semacam villa ada papan petunjuk yang mengarahkan ke air terjun Coban Tengah. Kalau aku tidak salah inget itu sebelum bumi perkemahan Coban Rondo.
Ternyata jalur ke arah coban tengah sedang ada perbaikan sehingga ditutup untuk umum. Cuek saja, aku coba masuk ke dalam toh nanti kalau memang tidak bisa ya tinggal balik lagi. Ternyata jalan yang ada masih lancar dimasuki motor tapi susah untuk kendaraan roda empat. Di beberapa titik ada longsoran yang menimbun setengah badan jalan yang sudah sempit.
Sekitar sekilo masuk sampailah ke pintu gerbang yang bagian loketnya kosong melompong tanpa petugas. Lah iya lah, kan di depan sudah tertulis papan peringatan jadi ngapain juga petugas harus berjaga di sini. Penjaganya hanya sepasang patung kayu yang bikin suasana malah mistis. Lupakan warung makan, satu-satunya kios yang berdiri di sebelah kanan loket juga sudah kosong.
Berbeda dengan Coban Rondo yang sepanjang jalan telah menggunakan conblok dan dibeton, jalan di sepanjang Coban Tengah masih jalan tanah setapak itu pun harus melewati satu sungai yang pasti tidak bisa dilewati saat musim hujan. Suasana masuk ke tempat ini jauh lebih sepi. Mungkin karena itu aku tidak menemukan papan informasi selain sebuah papan yang dipasang melintang dengan tulisan warna merah bertulis Coban Tengah di ujung jalan menurun menuju air terjun.
Urusan narsis tetep harus ada kan |
Di air terjun Coban Tengah ini, air yang jatuh bukan dari atas bukit seperti umumnya air terjun tapi dari tengah, seolah-olah air itu muncul dari dalam gua di antara dinding batu. Sayangnya tidak ada atau setidaknya aku tidak menemukan track jalan menuju ke atas untuk melihat asal air terjun ini.
Karena mendung kembali datang, akhirnya aku memutuskan kembali. Karena bila hujan benar-benar turun bukan hujannya sendiri yang aku kuatirkan tapi karena harus melewati sungai yang tidak ada jembatannya.
awalnya gini gan.... saya mau buat blog baru dengan url awalnya.. eh akhirnya awalnya sudah ada yang pakek, akhirnya saya nyerah deh buat blog baru yang pakek url awalnya.... :D LOL
BalasHapusHahaha aku juga pengen bikin blog akhirnya awalnya tapi karena akhirnya kok awalnya meragukan akhirnya aku pake awalnya... #ikutbingung
Hapusweleeeh,, udah ada papan pengumuman sedang ditutup, masih dilewati juga.. Untung gak ditemenin demit mas, wkwkwkwk... Tapi aku lebih suka Coban Rondonya mas,, apalagi kalau dibaliknya ada mitos/legenda, bikin lebih greget..
BalasHapusIya bar, secara view emang cakep Coban Rondo apalagi emang ada mitos-nya.. cuma kalo gak dijamah itu COban Tengah kok sayang gitu karena biasanya yang belum populer gitu masih asli.. plus lokasinya lebih menarik untuk didatangi, apalgi ada pengumuman tutup gitu hahaha
HapusJadi kangen Coban Rondo, pas Babang kesini pas pula kamera hp rusak, mau futu2 numpang ama hp teman, gak puass 😑
BalasHapusBerarti mas Babang harus kesini lagi tung...
HapusYampun bersih banget dan masih alami yah mas!
BalasHapusIya om masih bersih lokasinya.. asal datangnya pas bukan musim liburan bisa-bisa moto orang bukan air terjun hahaha
Hapusada biaya masuk yahh kak
BalasHapussalam: Rental Mobil