Malam dan Bintang-Bintang
|
Malam hari di pantai Namosain, Kupang (dari dermaga baru) |
Langit yang memerah pelahan memudar menjadi biru dan terus menggelap, awan-awan tipis bertiup ke pinggir-pinggir cakrawala menyisakan bentang langit yang maha biru. Satu demi satu bintang yang semula tak tampak mulai memamerkan cahayanya menghiasi langit. Pertunjukan senja memang telah selesai namun bukan berarti alam telah menyudahi hari, karena sekarang waktunya bintang menunjukkan diri. Apalagi bila bulan sedang berbaik hati tidak menunjukkan dirinya.
|
Malam di pantai Kawaliwu, Flores Timur |
Semakin malam langit semakin meriah, bintang-bintang besar kecing memenuhi seluruh hamparan langit dan di sisi timur agak ke selatan mulai tampak seperti awan tipis yang membentuk lempeng ditaburi jutaan bintang kecil. Itu adalah galaksi Bimasakti, tempat tata surya kita berada.
Kurebahkan kepalaku di hamparan kerikil-kerikil hitam yang menghampar di sepanjang pantai. Riak air laut yang riaknya berbisik tenang kadang bercampur suara binatang-binatang malam yang mulai keluar dari persembunyiaan. Kadang suara ombak lebih besar terdengar dari dayung yang mendorong sauh melaju. Tak perlu risau, biarkan seluruh dawai memasuki panca inderamu dan menggetarkan hati yang sedang merasa sendiri. Kawaliwu selalu mengakhiri hari dengan dawai alam yang selalu harmoni.
Sekarang telah tahu kah kamu kenapa aku tidak terburu-buru beranjak dari dudukku kala malam menjelang? Karena aku tak ingin melewatkan pertunjukan baru yang sedang dimulai setelah senja menghabiskan waktunya.
|
Bulan purnama di pantai Marapokot, Nagekeo |
Kadang bila bulan purnama sedang datang maka bukit bukit-bukit tinggi atau pantai yang menghadap sisi timur menjadi tempat yang menyenangkan untuk menunggu. Di pantai Marapokot adalah lokasi yang tepat untuk menunggu bulan purnama muncul dari permukaan air laut karena pada saat itu laut pasti sedang puncak surut dan perahu-perahu juga sedang ditambatkan. Saat-saat menunggu seperti itu bolehlah sedikit menyandarkan pantat di bangku panjang warung kopi, menghirup harumnya kopi Flores sungguh nikmat sekali, seolah hari boleh berhenti sebentar di sini. Banyak teman baru yang segera akan menyapamu, dan bincang-bincang ringan menjadi pengisi hari sebelum kita berlari mengejar bulan yang lebih dahulu meninggalkan cakrawala.
Jangan takut jika kamu tidak membawa lampu blitz untuk menerangi perahu-perahu untuk latarmu, kadang nelayan-nelayan datang membawa lampu petromaks (sebagian orang menyebutnya lampung strongking) untuk memperbaiki perahu sebelum digunakan untuk mencari ikan setelah laut pasang.
|
Purnama di atas perbukitan Kesidari, Nagekeo |
Jika tahan dengan gigitan nyamuk-nyamuk yang kecil namun gatal sekali boleh juga menaiki bukit-bukit di Kesidari, masih di Nagekeo. Hamparan rumput sabana dan beberapa batang pohon menjadi pelengkap sempurna menikmati bulan yang sedang menuju titik terdekat dengan bumi (supermoon). Senter tentu menjadi alat yang sangat berguna terutama waktu pulang nanti, atau kaki harus rela menginjak sesuatu yang empuk yang keluar dari pantat sapi. Masih hangat, sedikit bau (sedikit?) dan tentu saja menjadi bahan lelucon segar bagi teman-teman yang lain. Tak usah senewen, bukankah bukit-bukit ini telah menjadi taman bagi sapi, kerbau dan kambing dalam mencari makan. Jika sedang menghijau, rombongan sapi-sapi dengan mudah akan kamu temui, jadi kamu hanya tamu di sini.
|
Bintang-bintang di atas pantai Teddy's, Kupang |
Jika agak enggan, mungkin cukuplah berdiri di samping dermaga yang tidak terlalu banyak cahaya mengelilingi supaya bintang-bintang tidak bermuram terhalang cahaya-cahaya buatan manusia. Jika di Kupang, pantai Namosain atau pantai Teddy's bisa menjadi tempat yang asyik buat menikmati malam. Tak selalu bisa mengabadikan malam karena kedua tempat itu masih banyak bias sinar yang membuat langit tak tampak begitu berbintang. Tapi cukup menjadi obat bila rindumu pada malam sedang membuncah.
Kadang (sering kali) aku berdiri menhampiri malam tanpa teman yang berdiri di sampingku, benar-benar sendiri. Tapi waktu seperti itu pun tak pernah mengurangi keindahan pertunjukan malam. Kadang sendiri justru membuat kita mampu menyadari betapa kita tak selayaknya egois dengan segala yang hidup karena masing-masing membawa energi hidup yang saling melingkupi. Mungkin tampak menyeramkan harus melewati pekuburan sepi dan jalan yang masih tanah dengan hanya bersandar pada sebuah senter sendirian hanya untuk menikmati malam di tempat lain. Tapi semua akan berubah jika kamu mengalaminya sendiri, karena saat melewati semua itu kamu tahu bahwa kamu tak perlu ego dengan energimu sendiri, dan saling menyapa dan menghormati energi lain yang berpapasan denganmu.
membuat ku rindu untuk bertemu lagi dengan laut dan bintang di malam hari..
BalasHapusMelihat bintang di malam hari sambil duduk di tepi pantai ditemani secangkir kopi dan sepiring ubi goreng.... sluuurrrppp.... :D
Hapussatu lagi om kalo aku sama temen2ku sih sambil main kartu :p
HapusHahaha..... ternyata hobi melekan main kartu ya
HapusKalo di Flores emang bintangnya masih keliatan kalau malem om, apalagi waktu di bajawa hmmm
BalasHapusIya mas Wira, cuma dinginnya itu lho bikin gak nahan kalo di bajawa...
Hapustakjub saya mas.. mau nangis lihat photonya sangat indah, jadi pengen liburan ke tempat yang ada di Photo itu, artikelnya sangat menyentuh goodjob :)
BalasHapusMakasih mas Andika sudah mampir dan menikmati sajian cerita kecil dari saya.. jangan bosen mampir ya :)
Hapus