Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.

Kamis, 29 September 2016

Paradise of the South: Puru (1)

Pasir dan warna air laut toska? Oh itu sudah biasa
 "Angin selatan bulan ini lagi kurang baik pak, pak Koster tidak bisa melaut" kata Frengky menyahut pertanyaanku sambil menunjuk pak Koster. Pria tua agak kurus dengan wajah Timor yang ramah itu tersenyum lebar memamerkan deretan gigi yang masih kuat dengan warna merah sirih pinang.
Kalau saja laut sedang tenang, kata pak Frengki, ikan yang ditangkap di sini rasanya lebih manis daripada di Kupang. Iya lebih manis, semanis dirimu.. iya.. kamuuu #digamparbini
Yah sepertinya omongan pak Frengky harus dibuktikan suatu hari nanti


Galau: Nulis atau Tidak?
Sebenarnya aku mikir terus dan diskusi berulang-ulang sama mas Eko, apakah akan menulis tentang pantai ini atau tidak. Persoalannya sama, pariwisata yang tidak dipersiapkan matang hanya akan menciptakan keburukan yang lebih besar di kemudian hari.

Itu mas Eko jadi penguat foto atau perusak?
Kondisi pantai yang saat ini masih bagus, masih bersih dan bener-bener menawan, akankah bisa dipertahankan saat pintu masuk melalui kata 'pariwisata' benar-benar dibuka lebar. Tapi ternyata beberapa tulisan nongol juga di internet.
Tidak bisa dihindari memang, lokasi yang bagus akan cepat tersebar. Demikian juga, orang yang pernah ke sini dan terkesan pantai ini akan dengan mudah menyebarkan ke orang lain baik hanya melalui mulut atau dengan tulisan.

Akhirnya, pantai ini aku putuskan untuk aku tuliskan di sini. Aku tahu risikonya saat pantai ini terkenal, makin banyak yang datang. Aku banyak berharap dengan teman-teman om Frengky cs yang setia menjaga kawasan pantai Puru untuk selalu mengingatkan wisatawan yang datang. Aku sendiri terus terang lebih senang saat tempat wisata ini dikelola oleh desa. Rasa memiliki mereka membuat mereka mudah untuk diajak menjaga. Banyak sekali momen Frengky harus bersitegang memperingatkan wisatawan yang bandel membuang sampah seenaknya.

Bukan menjelekkan mental wisatawan domestik kita. Aku teringat saat mas Eko dan Melia yang ke pantai saat sedang ramai. Waktu itu habis upacara 17 Agustus-an yang dipusatkan di dusun Puru. Setelah selesai upacara, para peserta dari banyak daerah sekalian beramai-ramailah ke pantai. Dan akhirnya, mas EKo dan Melia ikutan sibuk sampai malam membersihkan pantai dari sampah dari wisatawan brengsek seperti ini. Lebih menjengkelkan lagi bagi Frengky, jika yang datang orang yang mengaku punya jabatan terus datang bareng rombongan besar.. Duh, itu pantai serasa tempat sampah raksasa yang mereka boleh buang seenaknya.

Perjalanan ke Puru
Jika sejenak kamu mau mencoba menggunakan Google Earth dan melihat pulau Timor saat malam, maka sisi Selatan bagaikan bagian pulau yang tanah tak bertuan. Ya, bagian paling terang adalah kota Kupang. Sedikit cahaya di titik-titik ibukota kecamatan dan nyaris tak ada lampu yang tertanggkap Google di desa-desa. Listrik masih menjadi barang mewah kalau tak mau disebut langka.
Tapi Selatan yang masih belum banyak terjamah yang namanya 'pembangunan' masih menyimpan rapi potensinya terutama pantai-pantai yang aduhai pemandangannya. Salah satunya ya pantai di kawasan Puru ini. Eksotisme pantai yang masih terjaga.

Perjalanan pertama ke tempat ini baru benar-benar diputuskan saat aku dan mas Eko sudah sampai di Baun, ibukota kecamatan Amarasi Barat. Perjalanan pertama seperti biasa selalu mengandalkan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) karena beberapa percabangan yang kadang bikin kita ragu-ragu.

Nongkrong trus ngerokok.. untung belum kena moke
Pada perjalanan pertama kondisi jalan yang aku temui di desa Merbaun cukup parah karena hanya menyisakan jalan tanah berbatu. Beberapa titik menunjukkan bekas-bekas aspal lama yang sudah hilang tidak tahu kemana. Waktu itu juga harus berjibaku dengan tumpukan-tumpukan material di jalan. Sedang ada perbaikan jalan, kata orang-orang yang aku tanya di sepanjang jalan. Jika sekarang kamu ke sana sudah jauh lebih baik karena material itu sekarang sudah selesai dihampar sehingga sekarang sudah lebih mulus. Mungkin akhir tahun ini jalan itu sudah aspal mulus sampai ke pertigaan masuk ke pantai.

Tapi itu masih lumayan, perjalanan kedua dengan rombongan yang lebih banyak malah memaksa kita harus berbelok ke kanan selepas gereja di dusun Puru. Hasilnya harus melewati jalan tanah berbatu yang setidaknya ada tiga titik turunan dan tanjakan yang harus diwaspadai karena batu-batunya mudah terlepas. Nanti aku ceritakan di tulisan lain saat memotret Milkyway di tempat ini.

Sebenarnya tidak ada yang namanya pantai Puru, karena pantai-pantai di dusun Puru sebenarnya memiliki nama sendiri-sendiri. Maka lebih enak menyebut pantai-pantai disekitar dusun Puru ini dengan nama Kawasan Pantai Puru. Setidaknya ada empat pantai yang berdekatan di sekitar Puru yang dipisahkan oleh batuan karang, satu pantai sudah masuk dusun lain cuma aksesnya lebih mudah lewat Puru. Hanya saja di banyak tulisan lebih sering disebut dengan pantai Puru padahal mereka sedang di pantai Etiko'u saja.

Pantai Etiko'u
Inilah pantai yang pertama kali akan ditemui sebagai pintu masuk utama dikenal dengan nama Pantai Etiko'u (kadang ditulis Etiko'o atau Eti Ko'u). Etiko'u itu artinya meting besar atau kondisi dimana saat laut sedang surut pasir pantainya tampak jauh sampai ke tengah. Hal ini dikarenakan pasir pantainya landai. Pantai seperti ini paling pas didatangi saat mendekati bulan baru atau bulan penuh (purnama) karena saat itu biasanya pasang surut air laut terjadi lebih besar dibanding hari-hari lain. Pasir pantainya berwarna putih kekuningan. Di beberapa titik, pasir ini bisa agak gelap karena di bagian bawah ada pasir yang berwarna hitam.

Sebelah kanan pantai Etiko'u adalah pantai Tubuafu. Antara pantai ini dan pantai Tubuafu dibatasai daerah pantai yang dipenuhi bebatuan. Sedangkan di sebelah kanan di batasi pohon bakau dan karang-karang terjal. Di sebelah pepohonan bakau dan karang terjal itulah adanya pantai Snaituka.

Karena menjadi pintu masuk, pantai Puru ini menjadi pantai yang paling ramai. Walaupun ombaknya keras namun masih nyaman digunakan untuk berenang karena kondisi pantai yang landai jauh. Rata-rata ombak sudah pecah jauh di tengah sebelum masuk ke bibir pantai.

Ada beberapa lopo berbahan bambu dan kayu dengan atap jerami yang telah di bangun. Desalah yang telah membangun beberapa lopo itu, setidaknya ada empat yang sudah dibangun. Kata pak Frengky, nanti kalau ada dana mau dibangun tambah lagi. Terakhir denger-denger mau tambah satu lagi yang di atas karang. 

Ada satu kamar mandi sumbangan dari proyek pemerintah yang nangkring di dekat pintu masuk. Kamar mandi itu sangat membantu wisatawan terutama untuk keperluan bilas karena air bersih selalu tersedia. Untuk kamar mandi, aku salut sama Juan yang bertanggung jawab dengan urusan ini.

Khusus hari Sabtu dan Minggu, banyak yang jualan persis setelah masuk ke dalam pintu gerbang dari kayu sekedarnya. Sebagian besar memang jualan makanan minuman kemasan, tapi tetap ada yang jualan gorengan. Kadang-kadang jika sedang musim bisa dapat jagung rebus atau ubi rebus.

Dengan semua fasilitas yang ada itu, jelas pantai Etiko'u yang paling direkomendasikan jika ingin menginap. Waktu itu, aku dan mas Eko satu-satunya yang menginap di Puru. Dan jika aku boleh menyarankan, kalau kalian ke pantai kawasan Puru ini cobalah untuk menginap setidaknya semalam di sini. Lopo-lopo yang ada bisa kalian gunakan untuk tidur. Bahkan tenda yang aku siapkan tidak terpakai karena sudah ada lopo di sini.

Aku dan mas Eko bahkan bisa tidur nyenyak dengan menggunakan hammock. 
Serius?? Dua rius malah...
Jangan pikirkan banyak nyamuk, aku tidak menemukan seekor pun nyamuk yang sekedar say hello sebelum menggigit. Mungkin karena di pantai ini tidak ada daerah lembab berair sehingga tidak ada nyamuk. Juan dan Oksan bahkan ikut menemani tidur di hammock malam itu. Masih takut di tempat baru? Aku bisa katakan, di sini masyarakatnya sangat welcome terutama kalau kamu orangnya tidak sombong dan mau bergaul, apalagi suka menabung, menari dan membantu janda dan anak-anak terlantar.. Apaan sih, garing banget..


Pantai Snaituka
Penanda khas pantai Snaituka yaitu adanya beberapa pohon kelapa berjajar yang ditanam di sepanjang pantai. Kalau melihat susunannya, sepertinya pohon kelapa ini sengaja ditanam.
Kalau mau ke pantai Snaituka tinggal berjalan ke arah kiri pantai Etiko'u masuk ke dalam pepohonan bakau. Ada jalan kecil di antara bakau. Tidak ada jalan baku sih, karena memang belum ada jalan resmi hanya mengikuti jejak jalan yang sudah ada.

Snaituka itu artinya pasir pendek. Disebut demikian karena saat puncak pasang pasir putihnya hanya tersisa beberapa meter saja. Kalau dilihat dari salah satu batu karang, bentuknya pasir putihnya jadi seperti sabit. Untuk melihat keindahan pantai ini paling mudah naik saja ke atas batu karang yang mengapit pantai ini. Terserah, bisa naik di batu karang kiri atau kanan. Hanya diingat, saat puncak pasang bebatuan karang ini akan terisolir oleh air laut yang naik sampai ke bibir pantai. Sebaiknya hanya naik saat tidak sedang pasang tinggi.

Ada beberapa pohon Santigi yang bentuknya terbonsai tumbuh di sela-sela karang. Silahkan jika ingin mandi di sini namun hati-hati karena pasir pantainya agak mirip sehingga ketinggian air laut perbedaan lebih tinggi dibandingkan di pantai Etiko'u.

Dua pantai lainnya aku ceritakan di tulisan selanjutnya, kalau tidak lupa... :D

8 komentar:

  1. Aku ingin mengantikan mas eko jadi penguat foto mu tapi aku ngak mau kalo dipaksa ama pak frenky

    Dan foto mu selalu juara, btw kamar mandi ini penting banget dan biasa nya kalo di tempat2 ala2 gini suka jorok ihik ihik

    BalasHapus
    Balasan
    1. om Cumi kalo ke sini aku ajak ke pantai yang lonely planet banget.. aku masih belum nulis takut diserbu gerombolan siberat jadi masih masih kotak laci dulu..
      Eh kamar mandinya dirawat kok sama Juan, dia pulang sekolah langsung jaga di tempat ini

      Hapus
  2. dimana-mana musuh terbesar sektor pariwisata dimari sama aja --> wisatawan brengsek yg suka buang sampah sembarangan..

    anyway pantai snaituka keren juga mas.. kalau lg pasag msh cantik gak yaa??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Snaituka kalo pas puncak pasang pasir putih yang tersisa tidak banyak.. tapi kalo mau ditata aku jamin tetep bagus banget... Iya, itu makanya pantai andalannya belum aku tulis masih butuh diskusi sama temen2 dulu

      Hapus
    2. whoaaaa,, pantai andalannya ternyata belom,, padahal yg di artikel aja udh keren bingits..

      Hapus
    3. Masih nunggu hasil diskusi sama temen-temen karena pantainya emang tersembunyi, takutnya kalau tersebar nanti cepet kotor. Lokasi tersembunyi dan susah bikin orang gampang buang sampah sih

      Hapus
  3. Putri Pariwisata Persahabatan27/10/16, 12.16

    Ingin sekali kesana...
    Mengexplore surga tersembunyi d sana...
    Namun memang, ketika jd viral, banyak tangan2 jahil yg akan merusak keindahan surga ini.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah risikonya, memang perlu upaya terus menerus untuk menjadikan wisatawan kita wisatawan yang bertanggung jawab.. tidak sekedar jalan-jalan memuaskan dirinya tapi juga berpikir untuk masa depan tempat yang dia datangi

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar anda disini. Untuk sementara komentar saya moderasi dulu karena banyak spam yang masuk. Terima kasih sudah berkunjung, salam MLAKU!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya