Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.

Rabu, 18 Mei 2016

Hammock-an di Danau Nefokouk

View Danau Nefokau Apren
Hammock bergoyang pelan di ayun angin yang bertiup menerobos sela pepohonan. Gemerisik dedaunan tidak menarik perhatiannya, matanya sayu menatap langit yang hari ini cerah sambil sesekali masih menjawab pertanyaanku. Aku membiarkan dirinya asyik menikmati suasana siang ini di atas hammock, toh kesempatan tiduran di tempat seperti ini tidak sering dia dapatkan. Matahari boleh saja menyengat, tapi angin yang bertiup terasa sejuk. Mungkin hawa bulan Mei memang seperti ini.

Bersantai di tepi danau Nefokau
Bersantai menikmati suasana
Aku senang sekali melihat wanita yang kunikahi 16 tahun yang lalu begitu menikmati tiduran di hammock. Sebenarnya dia sudah menawarkan membantu aku menyiapkan masakan tapi aku menolaknya. Saat-saat seperti ini, bagiku justru waktu untuk memanjakannya. Toh untuk perlengkapan camping seperti ini, aku pasti lebih sigap menggunakannya. Setelah aku membatalkan rencana perjalanan ke Fatumnasi, pilihan mengunjungi tempat ini tidak terlalu buruk tampaknya. Hujan yang terjadi di musim yang seharusnya bukan waktunya hujan memang menjadi dilema. Beberapa rencana perjalanan apalagi yang harus ke tempat terbuka pasti akan berantakan.

Sambil menyiapkan peralatan masak, aku mencoba mengamati seorang pria berkulit hitam yang duduk di atas cabang pohon yang tumbang. Ditangannya masih memegang alat pancing dari bambu, sementara masih ada beberapa bambu pancing yang tergeletak di dekatnya setidaknya enam buah kalau aku tidak salah menghitung. Sayangnya, sampai saat ini hanya beberapa ikan kecil yang dia dapatkan. Padahal aku berharap akan melihat tangkapan ikan yang jauh lebih besar dari yang dia dapatkan saat ini. Ikan mujair saja, kata pria itu.

View siang hari di danau Nefokau
Danau ini tidak terlalu besar memang, pun juga tidak dalam. Bahkan sisi danau sebelah timur sebelah timur sudah dipenuhi tumbuhan semak berbunga putih dan merah. Airnya pun berwarna coklat tanah bukan bening sebagaimana danau-danau di ketinggian seperti danau Ranamese. Dengan ketinggian sekitar 200 mdpl tentu saja cuaca di sekitar danau cenderung panas. Untungnya sekitar danau banyak ditumbuhi pepohonan besar, ya karena danau ini terletak di pinggiran hutan. Danau yang aslinya bernama Nefoko'uk namun lebih dikenal dengan nama danau Apren ini masuk kawasan Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johannes. Hutan ini cukup luas, menurut catatan dari Dinas Kehutanan, luas kawasan hutan ini sekitar 1.900 hektar.

Memancing saat siang terik di danau Nefokau
Entah sebelumnya atau hujan angin yang terjadi baru-baru ini, beberapa batang pohon tampak tumbang di sekitar danau, yang justru dapat dimanfaatkan masyarakat menjadi lokasi duduk memancing. Danau ini setiap hari didatangi masyarakat sekitar untuk memancing ikan. Beberapa anak kecil terlihat ramai mandi di sisi lain danau.

Di tengah-tengah danau tampak tiga rumah kayu terapung di tengah danau yang bisa dijangkau dengan naik sampan. Kata pemiliknya, selain kadang digunakan sendiri untuk memancing juga untuk disewakan wisatawan yang berlibur ke tempat ini. Sayang waktu aku sampai di sana, pemiliknya sedang tidak ada. Rupanya pemiliknya sering tidak ada pada hari-hari biasa, mungkin mereka baru ada jika waktu liburan dimana bakal banyak wisatawan yang datang.

Bunga merah di pinggir danau Nefokau
Untung suasana saat ini cukup sepi, hanya sesekali terdengar percakapan mereka yang sedang memancing. Sekali ada masuk beberapa rombongan anak-anak muda dengan menggunakan motor. Saat itulah ketenangan tempat ini pecah oleh tawa dan teriakan melengking dari cewe-cewe ABG. Dimanapun mereka ada, mahluk-mahluk seperti ini memang sering menciptakan kehebohan. Di banyak waktu kadang asyik aja melihat kehebohan mereka, meski lebih sering aku mengabaikan keriuhan yang mereka ciptakan. Namun juga sekali dua aku agak terganggu dengan pekikan-pekikan mereka terutama saat di daerah yang memang dikenal dengan suasananya yangn hening dan tenang. Tapi rupanya mereka tak terlalu lama, karena tak berapa lama kemudian aku kehilangan keriuhan mereka.

Sisi timur danau Nefokau
Cukup lama juga aku bersantai di tempat ini sampai aku lihat mendung mengelayut dari sebelah timur. Beberapa hari ini memang hampir tiap hari hujan turun. Berharap hujan tidak turun hari ini namun ternyata justru hujan yang semula gerimis berubah menjadi hujan lebat waktu masuk Oesao. Hampir seperempat jam berteduh di emperan toko akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dalam kondisi hujan lebat. Ternyata perkiraanku benar, bahkan sampai aku kembali ke Kupang ternyata hujan belum juga berhenti.

Danau Nefoko'uk ini lebih mudah dikenali dengan nama danau Apren karena memang terletak di desa Apren. Desa ini masih masuk kecamatan Amarasi Timur. Untuk fasilitas, sudah dibangunkan lopo-lopo oleh pemerintah daerah di sekitar danau di bagian atas dekat jalan, lumayan bisa untuk bersantai. Lebih disarankan membawa tikar atau hammock sendiri. Untuk sanitasi, ada bangunan toilet umum cuma sayangnya sepertinya sudah tidak dimanfaatkan lama. Kalau sudah kebelet berak sepertinya mau gak mau meniru sapi yang suka berak sembarangan.. eh jangan.. masuk hutan sebentar, gali tanah dan seterusnya ya. Pokoknya jangan bikin bau kotoranmu kemana-mana, lagian lumayan untuk pupuk. Untuk fasilitas tempat makan belum ada dan sepertinya memang tidak ada yang menjual makanan di tempat ini jadi bekal makanan dan minuman itu sifatnya harus. Lupa bawa makanan boleh coba ngramut daun di hutan.

Gerbang masuk ke danau Nefokau
Cara untuk mencapai tempat ini:
Tempat ini tidak terlalu jauh dari kota Kupang mungkin sekitar 45 km, dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam. Ada kendaraan umum (sejenis pickup modifikasi dengan tempat duduk kayu) yang lewat tempat ini namun aku tidak tahu kendaraan itu dari mana menuju mana. Sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi (motor/mobil). Motor matic biasa juga tidak masalah kok masih aman dilewati kecuali 2-3 km terakhir. Detil menuju lokasi ke tempat ini:

  1. Dari Kota Kupang menelusuri Jalan Timor Raya terus ke Timur arah SoE, nanti dari pertigaan pasar Oesao beloklah ke kanan.
  2. Telusuri jalan aspal besar terus sampai menemukan pertigaan yang ada kantor Unit Simpan Pinjam Desa Bank NTT, ambil arah jalan lurus (kiri) jangan belok kanan menuju arah Tesbatan. Perjalanan sampai ke sini juga masih cukup baik. Beberapa ruas memang ada lubang-lubang tapi masih bisa dilewati dengan aman.
  3. Melewati desa Ponain dan menuju ke desa Tesbatan sampai di pertigaan tugu desa Tesbatan belok ke lurus kiri (jangan ke kanan) menuju ke desa Oenoni. Jalan masih aspal dan masih cukup baik untuk dilewati.
  4. Di Depan Toko Sinar Utama Oenoni belok kanan mengikuti jalan beraspal sampai di perempatan jalan SDN Ropnoni belok  kiri menuju Gapura Desa Apren. Dari perempatan jalan SDN ini kondisi jalan tanah berbatu. Ikuti saja jalan yang besar sampai ketemu gapura desa Apren.
  5. Dari Gapura Desa Apren jalan lurus terus sudah mendekati gerbang masuk Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johanes, persis setelah masuk gerbang itulah letak danau Apren.


15 komentar:

  1. Kalo sepi enak nya mojok ber 2 an yaaa kak hahaha

    Gw pengen beli hammock ngak kesampean mulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah om cumi gak perlu beli hammock pasti dapet hammock gratis sih hahaaha.. tapi serius mending punya hammock biar kalo ada tempat kece buat sante gak pada kalang kabut.. jadi mau pesen hammock sama aku? :D :D

      Hapus
    2. Kmrn sempet liat di toko online, cuman ternyata ukuran nya kegedean ngak bisa masuk koper hehehe

      Hapus
    3. Jangan2 yang om cumi beli ukuran double? Kalo yang single setauku kecil kok

      Hapus
  2. Sepii bener, jadi ingin mampir kalo ke Kupang lagi. Dulu pernah nyasar juga di sebuah danau yang entah apa namanya pas di Pulau Semau, airnya juga coklat tapi syahdu buat merenung seorang diri hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya, aku juga pernah ke danau yang di Semau itu, kalau gak salah airnya payau.. aku juga lupa nama danau itu

      Hapus
  3. gw sekarang doyan banget hammockan loh om tiar, sampe punya 2 hammock, kebetulan pantai2 disini pasti ditumbuhi pohon pinus, jadi recom bgt kalo buat hammockan.. yuk hammockan dikaltim om.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gua demen bagian pasang hammock yang ngerasain hammock orang lain hahahahaha.... iya sih enak hammock-an.. moga2 bisa nyasar ke kaltim dan pasti om Susan yang aku bikin repot hahaha

      Hapus
    2. siap menunggu kedatangannya om tiar dimari.. yuk om.. :D

      Hapus
  4. berdua aja nih masbek? krucil2 gak dibawa? :D

    -------
    mas, kasih kritik dan ke saran ke blog travelingku mas --> barrabaa.blogspot.co.id :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langsung ke tekape yo... pokoknya rajin nulis aja minimal sebulan sekali lah

      Hapus
  5. serem juga danaunya gan.. ga keurus ya kayaknya


    Cari rumah di Jakarta? Langsung aja klik ini gan.

    Perumahan terbesar dan sudah dihuni oleh 3 generasi, klik www.citragardencity.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum dikembangkan, hanya ditambah2 fasilitas sedikit tapi secara keseluruhan masih dibiarkan apa adanya

      Hapus
  6. Itulah desaku.....tempat kelahiranku....
    Jadi kangen kampung......terima kasih buat yg sudah posting ttg danau nefokou..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama... semoga bisa membantu mengenang kampung halaman tercinta

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar anda disini. Untuk sementara komentar saya moderasi dulu karena banyak spam yang masuk. Terima kasih sudah berkunjung, salam MLAKU!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya