Warna tosca air terjun ini tetep nampak walau sudah sore, jika ada cahaya matahari warna tosca-nya makin menjadi. Keindahannya tampak jika tak ada sampah berserakan |
Berendam di air terjunnya yang segar |
Udah lama juga sejak kunjungan pertama aku gak ke Tesbatan lagi. Padahal perjalanan pertama kesana lumayan asyik karena bareng anak-anak gokil yang sok-sokan hapal jalan, dan berujung pada jalan yang ancur-ancuran. Roda-roda motor matic yang kelasnya jalan aspal mulus harus rela menghajar jalan sekelas batu telford. Aje gile gak tuh.
View aliran air dari bagian teratas |
Berangkat sekitar jam setengah tigaan sore dengan tujuan biar gak pas rame orang. Lagiaan saat itu bukan sedang hari libur jadi kemungkinan sepi pengunjung, tambah beberapa hari sebelumnya ada hujan jadi ada kemungkinan sampah-sampah yang bikin sepet mata mungkin udah hilang kebawa air. Kalau pun sampah-sampah itu gak hilang terbawa air biar yang buang sampah saja yang kena banjir gak papa. Ini bukan doa lho, cuma permohonan orang teraniaya.
Belajar dari pengalaman pertama, aku memilih mengikuti jalur waktu pulang yang lebih mulus jalannya. Walaupun lebih jauh tapi setidaknya perjalanan jadi terasa lebih nyaman. Mungkin lariku yang kelewat pelan, akhirnya nyampai ke sana pas udah mendekati jam setengah lima. Berarti perjalanan hampir dua jam, lumayan bikin ngilu tangan yang agak kram. Perjalanan ini sekaligus uji coba pertama motor X-ride sebelum nanti dipakai untuk perjalanan yang lebih ekstrem: naik ke gunung Fatumnasi. Secara umum aku bisa bilang dari Kota Kupang sampai masuk ke desa Tesbatan bisa dikatakan kondisi jalannya aman bahkan dengan motor matic yang modelnya nyaris rata dengan tanah. Ada juga sih beberapa ruas yang agak jelek tapi gak jelek banget-banget kok. Itu juga gak banyak, mungkin gak nyampai 30km yang rusak begitu #ituparahmonyet! Gak bercanda...
Ngeksis buat bukti kalau udah ke Tesbatan walau gak nyemplung |
Begitu sampai di sana justru aku masih sempat berpapasan rombongan-rombongan yang udah mau balik. Kirain bakalan sepi ternyata ada yang sepikiran dengan aku, mendatangi tempat ini pas bukan hari-hari libur. Tampaknya mereka rombongan yang bukan tipe pembuang sampah dan pecinta vandalisme di tempat-tempat publik. Coba tanya ke beberapa anak kampung di dekat situ katanya udah sepi. Setelah jalan masuk beberapa ratus meter dari parkiran, akhirnya ketemu air terjun Tesbatan yang mulai berkurang debit airnya. Suasana sudah sepi, hanya ada beberapa remaja tanggung sekitar tiga orang yang sedang mandi di air terjun. Aku lihat sekeliling tidak terlalu banyak sampah seperti sebelumnya dan tidak ada tampak sampah baru. Ternyata rombongan-rombongan yang tadi lewat untung termasuk wisatawan yang bertanggung jawab.
Bonus dari perjalanan pulang dari Tesbatan |
Aku senang melihat sebuah tulisan papan yang ditulis dari para Traveler Malaka yang mengimbau para pelancong tidak meninggalkan sampah. Walau 100 pengunjung tidak peduli setidaknya ada satu-dua yang belajar untuk peduli. Sepertinya aku juga harus menyiapkan papan tulisan bagus untuk dibuat seperti itu.
Catatan: Air terjun Tesbatan itu bukan ada di Kota Kupang tapi di Kabupaten Kupang. Beberapa orang luar sering keliru menganggap Kota Kupang itu dekat dengan Kabupaten Kupang, padahal bedanya bisa puluhan bahkan ratusan kilometer. Jadi dari Kota Kupang itu jalan menyusuri jalan Timor Raya arah SoE, nanti dari pertigaan pasar Oesao belok ke kanan terus ikuti jalan besar. Jangan ragu untuk bertanya ke penduduk sekitar, umumnya mereka akan dengan senang hati menunjukkan arah ke air terjun. Nanti kalau melihat pertigaan dengan tugu Selamat Datang di desa Tesbatan di tengah-tengah belok ke kanan lagi sampai ketemu pertigaan terus ke bawah. Sekali lagi, jadilah pejalan yang bertanggung jawab. Jika hari ini kamu melihat keindahan tempat yang kamu kunjungi, buatlah tempat itu tetap terjaga indah untuk pengunjung selanjutnya. Jangan ragu untuk mengingatkan pengunjung yang masih suka menyampah dan berbuat vandalism.
Gemes ya kalo lihat tempat bagus dipenuhi sampah yang dibuang oleh wisatawan tak bertanggung jawab. Rasanya mindset suka saling melempar tanggung jawab sudah mendarah daging bagi sebagian besar masyarakat. Belum ada kedisplinan. Dikira sampah yang mereka buang akan dibersihin oleh penjaga yang tak nampak ( baca: meme ) hahaha. Pokoke jempol buat mas Baktiar ^^
BalasHapusYah memang perlu waktu gak sebentar untuk mengubah hal-hal begini yang sudah jadi kebiasaan yang otomatis dilakukan.... tapi kalo kita gak bosen ngingetin sekaligus terlibat satu-satu mulai sadar juga kok...
HapusAir terjun nya kecil tapi air kolam nya bikin deg2an mau berenang manja
BalasHapusOm cumi loncat dari atas asyik apalagi kalo abis loncat orangnya masuk air kancrutnya yang nongol di atas air wkwkwkwk
Hapussuasananya masih sintrum gitu ya... jadi serem
BalasHapusKalau ukuran ntt ini gak sintrum, rata2 air terjun memang sintrum jadi yang ini belum seberapa
HapusAku juga pernah nemu air terjun di Padang yang KOTOR BANGET! Padahal lokasinya terpencil dan jalan ke sananya rusak. Ternyata masih ada manusia-manusia tak beriman yg buang sampah sembarangan di sana (kebersihan sebagian dari iman :p).
BalasHapusTapi, klo dari pengamatanku air terjun yang enak buat main air ini lebih mengundang banyak orang buat datang. Jadinya lebih rawan juga kotornya... doh...
Iya masalah kita dimana-mana masih banyak manusia jenis sampah yang datang gak mau kalah biar dibilang update lokasi keren tapi kelakuan masih minus..
HapusPemandangannya asri bingits
BalasHapusdari DipromosikanAja