Pemandangan pantai Buraen dari salah satu bukit |
Jangan takut, aku jagain kok (ehmm bikin ngiri) |
Pasir pantai yang landai di pantai Buraen |
Kalau sudah kategori menghilang mencari tempat baru yang tidak jelas seperti ini memang Imam adalah salah satu teman terbaik untuk melakukannya. Imam ini tipikal orang yang makin kesasar makin bahagia, kayaknya sih begitu. Apakah kalian tipe orang yang hepi walau kesasar? Mari kaka kita jalan sama-sama sudah..
Terik di pantai Buraen menciptakan fatamorgana kabut tipis di kejauhan |
Nikmatnya tidur di dalam hammock |
Selepas perempatan Buraen itulah baru mulai terasa perjalanan. Tiga km jalan dari perempatan Buraen sampai ke gerbang desa Nekmese berupa jalan batuan yangtidak rata. Mungkin dulu jalan ini pernah diaspal hanya sekarang sudah tidak ada ada jejaknya hanya menyisakan batu-batu koral. Sampai di depan gerbang desa Nekmese justru kami disuguhi jalan yang lebih parah. Jalan menurun berkelok panjang ini ternyata masih berupa jalan dari tanah putih dan batu-batu koral/karang. Kami harus ekstra hati-hati karena batuan-batuan kecil yang bertebaran dapat dengan membuat roda motor slip. Perjalanan terakhir ini yang menguras waktu karena nyaris sepanjang jalan rem terus ditangan supaya motor tetep terkendali. Sampai harus melewati sungai yang tanahnya agak berlumpur. Masih bisa dilewati pada bulan seperti ini, tapi pada bulan-bulan hujan mungkin memang tidak akan bisa dilewati dengan kendaraan biasa.
Menikmati pemandangan pantai Buraen (atau..) |
Karena masih jam 12 maka pasir pantai masih tersisa sedikit karena air laut masih pasang. Imam mengajak aku menelusuri jalan ke arah Timur. Pemandangan pantai selatan tampak dari ombaknya yang tidak pernah tenang. Pasir putih kekuningan yang memanjang menjadi isyarat jelas bahwa kawasan ini bakal menjadi destinasi wisata baru. Apalagi jika jalan trans-selatan pulau Timor ini kelar dikerjakan. Rumah-rumah di sepanjang jalan trans-selatan juga sedikit kalau tidak dikatakan nyaris tidak ada. Karena itu disepanjang jalan ini, rumah-rumah yang ada rata-rata belum memiliki akses listrik. Jika ada itu berasal dari panel surya kecil di atas atap yang mungkin hanya menerangi rumah beberapa jam saat malam hari.
Sampai jam setengah satu akhirnya kita menyerah dengan hawa panas. Di salah satu belokan kita menghentikan motor mencari tempat berteduh. Pohon pandan laut menjadi pilihan ideal untuk memasang hammock karena menurutku cukup kuat menahan bobot bahkan jika harus dinaiki dua orang sekalipun.
Boleh percaya boleh tidak, tapi angin yang bertiup dari pantai tidak panas sehingga tiduran di bawah pohon terasa sangat nyaman. Padahal jika di pantai sisi utara saat begini biasanya angin yang bertiup tidak terasa sejuk. Karena hawa yang sejuk berhembus ini tanpa sadar kita sempat tertidur sampai mendekati jam tiga. Sepanjang kita beristirahat di pantai tidak terlihat seorang pun di tempat ini.
Jam tiga barulah pasir pantainya makin tampak seiring air laut yang makin surut. Dari salah satu bukit, kita bisa melihat pemandangan pantai Buraen yang pasir putihnya memanjang. Di kejauhan aku melihat seperti kabut putih yang menghalangi pandangan ke perbukitan, entah itu berasal dari air laut yang menguap, atau kah fatamorgana semata.
Di pantai ini memang kita tidak bisa menikmati sensasi matahari terbenam karena matahari terbenam di balik bukit-bukit tapi view sesaat sebelum matahari menghilang di balik bukit-bukit juga tidak kalah memukau. Memang pantai ini lebih pas untuk menikmati sensasi melihat matahari terbit.
Pohon bakau yang berdiri sendiri (ujung pantai Buraen) |
Perjalanan baliklah yang konyol. Karena berasumsi bahwa jalan baru bisa dijangkau sampai Kupang jadi kita mencoba menelusuri jalan trans-selatan ke arah barat yang berarti dengan jalan buntu. Sepanjang jalan yang masih terputus-putus tak terhitung melewati sungai kering (atau kubangan kering). Sehingga dari perjalanan jam setengah enam dari pantai Buraen kita baru tiba di Kupang jam delapan malam. Itu pun bisa dibilang kita tidak berhenti makan, paling hanya sebentar mampir di warung untuk minum.
Lokasi dari pantai Baun yang kita singgahi |
Aku berterima kasih dengan blogger Destinasi Pantai Buraen Amarasi Selatan yang menuliskan detil rute perjalanan dengan cukup jelas. Rute ini aku gambarkan ulang dengan kondisinya:
- Dari Kota Kupang menelusuri Jalan Timor Raya terus ke Timur arah SoE, nanti dari pertigaan pasar Oesao beloklah ke kanan. Kondisi jalan aspal dan bagus
- Telusuri jalan aspal besar terus sampai menemukan pertigaan yang ada kantor Unit Simpan Pinjam Desa Bank NTT, ambil arah ke kanan menuju ke Buraen. Lanjutkan perjalanan mengikuti jalan beraspal sampai bertemu dengan sebuah gerbang yang menjadi pintu masuk Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Johanes. Kondisi jalan aspal dan cukup bagus, ada kerusakan jalan di beberapa titik tapi secara umum masih aman dilewati.
- Masuk terus ke dalam sampai bertemu dengan perempatan simpang Teres. Dari sana ambil kiri ada jalan menurun, ikuti jalan sampai bertemu dengan perempatan berikutnya yaitu perempatan desa Buraen. Kondisi jalan aspal yang mulai rusak.
- Di perempatan desa Buraen ambil ke kiri lagi. Kondisi jalan di sini adalah jalan yang rusak parah,sisa bebatuan yang aspalnya nyaris sudah tidak ada lagi.
- Sekitar 3 km selepas perempatan Buraen akan ketemu pertigaan dimana sebelah kanan terdapat gerbang Nekmese.
- Masuk ke gerbang Nekmese dan ikuti jalan sampai mentok ke laut. Selepas gerbang Nekmese adalah sebuah jalan tanah putih yang sama sekali belum diaspal. Kondisi tanah putih dan batu-batu karang membuat perjalanan harus hati-hati karena rawan sepeda motor mengalami slip.
Dari sana akan melewati dua sungai, satu sungai kecil yang mudah dilewati dan satu lagi lagi jika musim hujan berarti tidak bisa dilewati. Belum ada jembatan jadi memang harus melewati sungai. - Nanti di ujung jalan mentok akan tampak jalan besar beraspal yang merupakan jalan trans-timor sisi selatan. Kenapa kita tidak melalui jalan ini yang tentu lebih mudah. Tungguu!! Jangan terburu-buru menyimpulkan. Jalan ini memang bagus kondisinya tapi sebenarnya belum benar-benar terhubung (mungkin akhir tahun ini udah bisa kelar). Aku sudah membuktikan jalan ini dan berakhir di sebuah pantai dengan batu-batu besar berjajar (mungkin bisa dinamai pantai Batujajar kali ya). Jadi jalan ini belum tembus sampai ke daerah Baun.
Imam 'Boncel' Arif Wicaksono
Adisti 'Pipi' Dwi Septyarini
Menarik mas
BalasHapusDitambahin rute perjalanan lgi
Sip sip ��
Mumpung lagi apal jalannya, kadang abis jalan kita sendiri suka lupa lagi kan
HapusKenapa kau dari awal tak cari jalan beraspal itu kak ??? ayo jawab
BalasHapusJadi sungai nya kita beri nama sungai simalakama saja yaaa
Mungkin karena belum selesai dikerjakan jadi tidak ada informasinya biar udah ubek-ubek di internet. Cuma ada pemberitahuan ada pembangunan jalan trans-selatan yang sedang berjalan...
HapusWaaa, pengen kepantai jadinya. Pantainya keren.
BalasHapusLangsung siapkan kopi panas dan mereguk nikmatnya di bawah bayang matahari.. joss
Hapusfotonya bagus, tapi kayaknya di sana emang keren ya... di bali kuga tempat wisatanya keren-keren gak kalah indahnya.
BalasHapusPasti di Bali banyak tempat-tempat yang bagus dan sudah dikelola profesional. kalau di tempat ini masih belum dieksplore
HapusBelum ke Buraen, ini cakap banget. Mengingatkan ada pantai kyak gini si Pulau Semau, mirip sih tapi kayaknya Buraen ini juga sepi.
BalasHapusSepinya masih bisa dibilang sama, yang beda Semau ombaknya cenderung tenang jadi enak buat mandi.. kalau Buraen karena laut lepas cenderung ombak ganas, cocok buat ditawari ke bule pecinta selancar.. aku pribadi lebih vote Semau karena punya sunset yang asoy geboy
HapusDoh banyak banget yang mesti dikunjungi di kupang ini..
BalasHapusMasih banyak mas Booby.. jadi kapan??
Hapusmasuk waiting list nih
BalasHapusmasih banyak yang harus di jelajahi, mumpung masih di kupang
haha
btw sekarang udah beres belum ya pengerjaan jalur trans selatan?
Sekarang lagi tugas di Kupang apa cuma main di Kupang?
Hapus