Air terjun yang panas bercampur dengan air dingin: Pemandian Air Panas Mengeruda, SoA |
Sore yang sering berkabut dan hujan |
Menu kopi pagi dan sore hari juga menjadi kebiasaan tersendiri jika di Bajawa. Memang aku sendiri tidak minum kopi tiap hari, namun aku mengambil setengah cangkir kopi pagi kadang-kadang. Aroma kopi yang sedap membuatku membiarkan aku keluar dari kebiasaanku, toh tidak setiap hari kulakukan. Jangan tanya Angga, bahkan dia bisa membawa satu termos kopi untuk diminum semalaman. Tak heran jika dia sering tidur di atas jam dua belas malam.
Yah, kegiatan kecil ini cukup menghiburku saat menunggu kendaraan yang menjemput kami datang. Kadang kalau sedang keasyikan berburu binatang-binatang kecil ini aku sampai harus diingatkan Angga bahwa kendaraan sudah menunggu.
Sampai akhir penugasan aku dan teman-teman tidak juga mendapatkan kesempatan. Akhirnya kami mencoba berspekulasi untuk mencoba mampir ke air panas Mengeruda di Soa yang berada satu arah dengan bandara. Kebetulan pesawat dari Bandara Soa ke Kupang berangkat jam 10.20 WITA, sehingga jika kami berangkat pagi-pagi kami dapat ke sumber air panas itu setengah atau satu jam cukuplah.
Hari Sabtu pagi cuaca cerah, kami sendiri sudah selesai berkemas-kemas. Namun celakanya acara makan soto pagi ini justru yang batal karena soto telah habis padahal itulah hal pertama yang harus kami lakukan jika hendak berendam di air panas. Dulu waktu pertama kali kesini, ada kejadian buruk menimpa teman kami. Selesai berendam dia pusing dan lemas sekali karena sebelumnya tidak makan. Mungkin karena sudah terlalu lemas sekembalinya ke hotel dia sempet sakit sampai muntah-muntah. Untunglah pagi ini ada tukang bubur lewat, semangkuk bubur kacang hijau campur ketam hitam langsung mengisi lambung kami.
Air Panas Mengeruda, SoA
Jam setengah delapan, aku berempat dengan Angga, Putra dan pak Joko mulai keluar hotel. Setelah kenyang dengan bubur dan roti tentunya. Dul sendiri yang menyetir kendaraan Innova, sehingga kendaraan bisa diambil dengan memotong jalan. Aku kurang tahu persis dari titik mana dia memotong jalan tapi lumayan juga waktu yang dihemat. Jam delapan lewat sepuluh menit kemudia kami telah sampai di pelataran parkir.
Sungai pertemuan air panas dan dingin |
Untungnya pintu gerbang sebelah kiri masuk. Daripada menunggu penjaga gerbang, kami memutuskan masuk lewat gerbang kiri dengan pertimbangan nanti uang masuk bisa dibayar saat kami kembali.
Terlihat sudah ada beberapa bangunan baru yang berdiri dibanding beberapa waktu dulu aku kesini pertama. Namun sayangnya, justru beberapa bangunan lama banyak yang rusak. Rupanya masalah pemeliharaan memang menjadi momok bagi pemerintah daerah. Kegiatan pemeliharaan yang seharusnya lebih diutamakan sepertinya malah justru yang seringkali mendapat perhatian terakhir.
Kami berlimalah rombongan pertama dan sepertinya satu-satunya. Menurut pak Dul, memang pemandian air panas Soa ini hanya ramai di hari libur itu pun tidak pagi-pagi tapi siang dan sore harinya.
Pemandian Soa bagian tengah yang paling panas |
Aku baru merasakan lemas saat ganti baju, padahal aku hanya berendam tak lebih dari setengah jam. Untung saat di luar, aku melihat ada warung kecil yang sudah buka. Jam sembilan kami mulai meluncur untuk check-in di bandara. Sambil menunggu check-ini aku, pak Joko dan Dul mencari makan di sekitar bandara. Semangkuk soto Lamongan membuat tenagaku terasa kembali, padahal dari tadi aku merasa lemas terus walau sudah minum di warung di depan pemandian. Baca keseluruhan artikel...