Bermain kerjar-kejaran di Pantai Walakiri |
Suasana menjelang senja di pantai Walakiri |
Asyik bermain di pantai Walakiri |
Akhirnya sekitar jam empat, aku dan Trysu sampai di tempat ini. Lho kok akhirnya trus permulaannya gimana nih. Harus cerita permulaannya gitu ya, gak boleh langsung akhirnya gitu? Bete ah cerita pakai permulaan segala, terlalu mainstream. Permulaannya sama saja kok: dari ketiadaan dan kegelapan pekat lalu buumm!!! terjadi bigbang yang menciptakan jagat dan segala isinya. Halah...
Pohon bakau di pantai Walakiri senja hari |
Begitu melewati pepohonan kelapa, barulah tampak pemandangan pasir putih memanjang. Karena sekarang baru surut, pasir putih tampak lebih jauh ke tengah, dan menariknya pasir putih ini tidak berbentuk rata memanjang sepanjang pantai. Ada beberapa titik yang pasir putihnya menjorok ke arah laut. Lekukan-lekukan pasir itu lah yang menjadi tempat bermain banyak orang. Pantai ini rupanya dangkalnya jauh sehingga di sepanjang pantai, air yang tampak berwarna biru cerah kadang kehijauan.
Pasir putih berlekuk-lekuk yang khas di pantai Walakiri |
Coba jalan-jalan ke arah Timur eh nemu bule cewe sedang berjemur.. sendirian lagi. Eh bukan sendirian ding tapi ada temennya. Gak usah dibahas bule berjemur ah, pakaian dijemur aja juga gak pernah dibahas kok kecuali nanti kalau dijemur musim hujan. Mulai sore mulai tuh pengunjung pada menghilang. Nah itu bedanya kita sama pengunjung umum, justru sore itu yang ditunggu. Sialnya pas saat balik ke tempat semula ternyata cuma pengunjungnya yang balik tapi sampahnya ditinggal. Bukannya di tinggal di tempat sampah tapi di sekitar pantai. Pasti mereka lapar makanya gak fokus jadi lupa tempat sampah. Atau jangan-jangan mereka amnesia sesaat, entahlah.. yang pasti aku dan Trysu akhirnya melakukan kerja bakti sebentar buat bersih-bersih pantai.
Pepohonan bakau saat senja |
Sempet disapa cewe yang kayaknya guide dari rombongan yang masih tersisa. Katanya sebagian rombongan sudah balik tinggal beberapa orang yang masih tinggal. Orangnya ramah dan asyik, sayang aku lupa nanya namanya. Kebiasaan nih, aku gampang banget ngobrol asyik sama orang yang sama sekali baru tapi sering gak nanya hal-hal simpel kaya nama.
Tak lama tuh cewe sempet ikut ke arahku sama ngajak gang-nya, yang ternyata para mak-mak... hahaha bukan mak-mak pake sirih pinang lho, lebih tepatnya cik-cik yang udah mateng.. sebagian mateng pas petik pohon sebagian kematengan dah udah jatuh di pohon hihihihi... Kalau aku sibuk moto pohon bakau berlatar sunset, kalau cewe itu sibuk moto mak-mak pengganti pohon bakau berlatar sunset.
Kalau kira-kira aku ikut foto bareng mereka, kira-kira kayak brondong lagi dijepit tante-tante gak ya? Udah gak usah dipikirin, aku sendiri males mikirin kok.
Langit mulai gelap, jadi aku dan Trysu mulai deh gelar dagangan nyiapin kompor dan sejenisnya buat masak air. Segelas kopi dan senja.. dan semangkuk mie rebus, oooo... hidup menyenangkan itu simpel kok ternyata. Apalagi tinggal kita berdua, selaksa pantai ini milik pribadi. Pikiran mesum? Gak lah, Trysu itu jelas mahluk cowo kategori asli tanpa campuran.. najis berpikiran mesum sama cowo hueeekk...
Galaksi bimasakti di pantai Walakiri |
Oh iya lupa.. Pantai Walakiri itu terletak di Sumba Timur ya, kira-kira 26km dari kota Waingapu. Arahnya ikuti aja jalan menuju ke Bandara, nanti sampai di sana tinggal beli tiket pulang.. bukan ding, ambil jalan samping bandara ikut terus ke arah timur, itu arahnya sama dengan jalan menuju pantai Watu Parunu. Kalau pakai motor kayak aku paling setengah jam udah nyampai, tapi nanti jalan udah full bagus semua sekitar dua puluh menit juga udah bisa nyampai kok. Patokannya setelah melewati tiga jembatan nanti akan ketemu bangunan sekolah, belok ke arah kiri ya. Cuma kalau ketemu sekolah jangan sok yakin langsung belok kiri takutnya itu sawah nanti malah masuk ke parit. Jangan lupa tanya penduduk untuk memastikan kalau mereka itu penduduk bukan hantu, eh bukan tanya lokasinya... Baca keseluruhan artikel...