Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.
Tampilkan postingan dengan label wisata edukasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisata edukasi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 Oktober 2018

Wajah Kampung Mekko


Wajah polosnya yang kusam karena sering terpapar matahari tidak mengurangi kecantikannya. Matanya yang besar dengan bulu mata lentik tampak bersinar senang menutupi senyum malu-malu saat lensaku mengarah ke wajahnya. Namun begitu melihat wajah mereka sendiri di layar kamera seketika suara mereka menjadi riuh. Kepolosan mereka begitu alami, mereka begitu menikmati hidup disini, ditengah segala keterbatasan yang ada. Dunia mereka memang bukan dunia pura-pura, kebahagiaan dan kesedihan mereka akan terpancar apa adanya. 

 Aku menatap ke ujung dermaga, menunggu sang matahari terbit dan memamerkan cahaya kekuningan ke seluruh penjuru. Beberapa orang duduk di pantai sambil bernyanyi, anak-anak muda desa Pledo bermalam di sini. Beberapa sampan masih berjajar di sepanjang dermaga. Masih banyak sampan yang berlabuh di sepanjang pantai di sisi lain dermaga. Kata pak Said, beberapa hari ini angin sedang tidak bersahabat sehingga hasil tangkapan minim. Mereka hanya bisa mencari ikan di perairan yang agak ke dalam karena di perairan luar ombaknya terlalu kencang. 

Oh ya, tentang orang-orang yang berkumpul di dermaga itu. Aku bahkan mendengar suara mereka bernyanyi dari tengah malam sampai menjelang pagi. Kemarin memang ada hajat besar di dusun Mekko yang membuat keramaian hingga tengah malam. Kalian tahu kan, di tempat terpencil yang minim hiburan seperti ini. Acara apapun adalah kesempatan yang tak disia-siakan. Hajatan dari desa Pledo pun bahkan didatangi oleh masyarakat dari dusun-dusun lain di desa Pledo. 

Selepas dermaga dusun Mekko terbentang segenap keindahan alam yang akan membuat siapa pun terpukau: gosong pasir putih, kolam renang raksasa, pulau yang dipenuhi ratusan kelelawar, dan tentu saja air sebening tosca. Jangan tanya dengan terumbu karangnya yang masih keindahannya masih terjaga. Lihat saja kawanan anakan hiu yang ada di tempat ini, itu pertanda bahwa kawasan pulau Mekko ini masih memiliki sumber makanan bagi para predator. Dan semua itu masih asli. 

Tapi coba tengoklah ke belakang, di tanah berpasir kering dimana puluhan rumah berdiri disebuah kampung yang mereka panggil MEKKO. Rumah-rumah petak yang sebagian dari kayu dan pelepah pohon aren, sebagian besar berukuran kecil. Kebanyakan rumah dibangun begitu saja di mana ada tanah kosong, jadi tampak agak berantakan. Di dusun Mekko ini kalau tidak salah ada sekitar 70-an KK. 

Umumnya mereka bermata pencaharian sebagai nelayan. Orang-orang Mekko adalah nelayan tangguh karena mereka adalah orang Bajo (:Bajau). Mereka bukan hanya ulung dalam mencari ikan dengan pancing dan jala, mereka juga ulung mencari ikan dengan menyelam. 

Kemampuan menyelam ini pernah dituturkan pak Said, bahwa beberapa nelayan yang sudah mahir menyelam untuk mencari ikan biasa sekali menyelam ke bawah bisa sampai 10-20 menit. Ini bukan sebuah kisah dongeng belaka. Aku pernah menyaksikan sendiri mereka menyelam ke bawah dan bermenit-menit tidak keluar dari air. Penelitian tentang kemampuan orang Bajo menyelam lama dan melihat jelas dalam air tanpa bantuan alat-alat modern ini pernah diteliti oleh peneliti Lembaga Biologi Molekuker Eijkman Pradiptajati Kusuma bersama timnya yang jurnalnya terbit di European Journal of Human Genetics. Menurut penelitian itu, kebiasaan mereka menyelam dan melihat ke dalam air sudah diwariskan secara genetik. Keahlian itu bisa dilacak dengan melihat jejak adaptasi pada gen, khususnya gen yang berhubungan dengan fungsi mata dan paru-paru. 

Bukankah dengan kemampuan itu mereka amat mudah mencari penghidupan dari laut? Ya, dulunya mereka dengan mudah mencari ikan dan binatang-binatang laut yang dapat dijual atau dikonsumsi. Ada masa-masa keemasan, yaitu saat terjadi booming makanan dengan menggunakan bahan sirip hiu. Pada saat itu permintaan hiu untuk diambil siripnya meningkat. orang dari Surabaya bahkan rela berkeliling jauh ke dalam pelosok NTT untuk mencari bahan makanan yang dipercaya memiliki banyak khasiat. Mitos khasiat sirip hiu seperti menjaga tubuh sehat dan awet muda, meningkatkan kejantanan pria, dan sialnya mitos seperti itu seperti sekam di atas api yang makin ditiup makin membakar. 


 Hiu-hiu yang tertangkap biasanya dijual ke pedagang khusus diambil sirip hiunya. Sisa dagingnya mereka jual di pasar atau dibarter dengan sayur-mayur atau kebutuhan pokok lain dari masyarakat kampung atas, istilah untuk masyarakat yang tidak berprofesi sebagai nelayan tapi sebagai petani atau peladang. Cerita pak Said, bahkan tengkulak tak akan keberatan datang langsung ke Mekko jika ada hari itu ada banyak tangkapan hiu. Hilir mudik transaksi hiu ini pelahan menguras jumlah hiu yang hidup di perairan Mekko. 

Untunglah penangkapan hiu pelahan berkurang sampai kemudian berhenti sama sekali. Sosialisasi sampai kemudian ancaman dari pemerintah membuat satu demi satu nelayan melepaskan mata pencahariannya sebagai penangkap hiu. Kadang mereka saat tangkapan ikan kurang bagus masih terpancing untuk kembali menangkap hiu. Namun karena kegiatan memperdagangkan hiu dianggap kegiatan ilegal, perdagangan sirip hiu juga makin meredup hingga nyaris tidak ada lagi pedagang yang datang untuk mencari sirip hiu. 

 Pagi itu aku melihat ibu Jumra, anak perempuan Pak Daeng sedang memperbaiki sebuah jala. Katanya, jala itu robek saat beberapa hari jala mereka tanpa sengaja menangkap hiu. Gigi Hiu yang tajam dengan mudah merobek jala yang mereka pasang karena ukuran talinya kecil. Apakah hiu tak bisa ditangkap dengan jaring itu? Tanyaku polos. Ibu Jumra tertawa, katanya cuma hiu kecil yang mungkin bisa ditangkap dengan jala seperti ini. Mereka menunjukkan di dinding belakang rumah jala yang khusus untuk menangkap hiu. Oh rupanya jala untuk menangkap hiu talinya berukuran lebih besar dan mata jalanya juga besar-besar. 

Jala-jala dengan mata besar digantikan dengan jala bermata kecil, namun hiu-hiu yang dulu tertangkap tidak digantikan begitu saja dengan ikan-ikan lainnya. Menangkap ikan biasa tidak langsung menggantikan nilainya dibanding menangkap hiu. Satu-dua hiu yang tertangkap oleh nelayan sudah menghasilkan untung bagi mereka. Apalagi pada saat tertentu mereka bisa menangkap hiu sampai sepuluh sebelas ekor dalam sehari. Dan sekarang mereka mengeluhkan sulitnya menangkap ikan biasa. Mereka tidak tahu, bahwa hiu-hiu yang mereka tangkap tanpa sadari telah salah satu yang membuat jumlah ikan di kawasan itu berkurang jumlahnya. 

Hiu-hiu yang ada di sebuah kawasan perairan adalah puncak rantai makanan. Mereka bukan dipandang sebagai penyantap habis ikan, mereka menjadi satu kesatuan dari ekosistem di kawasan perairan itu. Penangkapan berlebihan hiu yang ada pada gilirannya akan merusak keseimbangan ekosistem itu, dan berujung pada berkurangnya jumlah ikan di perairan itu.
Baca keseluruhan artikel...

Minggu, 07 Mei 2017

Kerennya Museum Angkut di Batu

Dari beberapa list yang ada di daftar lokasi yang harus dikunjungi, museum angkut dan museum topeng ini justru baru muncul belakangan hasil ngobrol-ngobrol gak jelas dengan driver travel setelah sampai di Batu. Awalnya aku salah mengira itu semacam museum angkutan, jadi dibayanganku adalah sebuah gedung yang isinya angkutan kota dari jaman oplet punya si mandra sampai mobil taksi online.. Pokoknya kurang asyik gitulah, museum yang sekedar buat edukasi atau orang tua yang mau nostalgia.

Tapi ternyata aku salah besar sodara-sodara.. pertama, ternyata itu museum angkut bukan cuma satu gedung. Ini kaki musti sering selonjorin buat menghilangkan rasa pegal. Bini yang jauh-jauh aku bawa dari Kupang dari mulanya excited waktu pertama ngeliat sampai akhirnya matanya jelalatan cari pintu keluar tercepat. Walhasil, setelah kakinya kram harus muterin museum angkut yang luasnya 3,8 hektar (katanya) biniku menyerah untuk melanjutkan mendatangi museum d'topeng. Gak tau, emang karena capek muterin museum angkut atau karena ngerasa horor sama suasana museum d'topeng. Kayak-kayaknya sih dia sedikit parno melihat topeng gitu. Tapi herannya kok dia gak takut gitu liat muka suaminya yang masih pake topeng hahahaha. 

Kedua, ternyata itu museum transportasi yang berarti mencakup seluruh sejarah transportasi. Jadi begitu masuk pertama kamu bakalan disuguhi pemandangan mobil-mobil lama yang masih kece gila. Iya beneran, aku aja sampai nge-batin.. itu mobil beneran atau cuma replika. Mobil-mobil yang masih kinclong itu jelas mobil-mobil kelas kolektor. Penggemar mobil antik dipastikan kejang-kejang pengen ngembat tuh mobil kalau masuk ke sana.

Gedung hall utama emang pas jadi ruangan pertama yang akan ditemui pengunjung. Didominasi mobil-mobil Eropa yang antik dan keren gila, dan pastinya digunakan oleh kalangan elit. Lha iya, jaman itu yang bisa pakai mobil minimal 4.000cc kalau bukan orang kaya(h) ya sopir truk gandeng.Bahkan ada mobil eks-RI pertama lho yang mejeng di sini, artinya mobil yang nongkrong warna hitam dari pabrikan Roll Royce ini pernah dinaiki Ir. Soekarno semasa menjadi presiden Republik Indonesia. 
Yang paling bersinar tetep mobil putih dengan roda mirip roda pedati yang mejeng di panggung yang memutar. Merknya di bagian plat tertulis "Tolong Jangan Dipegang; Please Don't Touch", ah sial panjang amat ya merk-nya. Tiga jempol dah (satu jempol gak jelas ikut naik). 

Selain nampang mobil-mobil keren di hall utama, ada juga motor-motor yang gak kalah keren. Tapi entah apa maksudnya itu museum pasang tulisan di atas jajaran sepeda onthel "Tahukah anda, pabrik motor dan mobil terkenal di dunia juga pernah memproduksi sepeda onthel".. mungkin dorongan semangat buat lik Sutiknyo yang sekarang udah bisa bikin sepeda onthel kayu bisa bikin mobil sukur-sukur pesawat terbang nanti.. dari kayu. Tapi kayaknya asik juga naik sepeda onthel dengan merk "Harley's Davidson".. ah paling nanti kamu bilang "kasian tuh orang, gak bisa beli motor bagus sampai sepeda ditempeli sticker Harley's Davidson". Tapi sepeda yang ditampilkan bukan cuma yang bermerk saja. Ada juga sepeda yang dibuat tanpa merk dengan model awal-awal sepeda yang pengayuhnya di roda depan yang ukurannya gede banget.

Gak melulu mobil dan motor, ada juga dipamerkan alat angkut awal saat mesin uap belum ditemukan. Cikar, dokar, becak sampai pedati yang ditarik sama sapi-pun ikut nongkrong. Ada juga kapal-kapal yang semuanya replika ukuran kecil bukan replika ukuran asli. Kebayang kan kalau kapal Titanic yang dipasang replika ukuran asli, itu satu saja udah cukup nutup semua ruang museum hahahaha.

Ada juga ruang simulasi pesawat terbang yang terletak di zona Runway 27. Di zona ini, ditampilkan pesawat-pesawat dari pesawat kecil yang masih pake baling-baling sebiji di tengah sampai pesawat komersil yang udah pake mesin jet. Tapi lupakan sajalah, aku yang lama di NTT udah ngerasain dari jaman pesawat pake baling-baling yang biar mati sebelah masih bisa terbang sampai jaman pesawat udah pake mesin jet. Eh untuk sementara urusan naik pesawat simulasi aku skip dulu.

Keluar dari main hall, kita masuk ke zona pecinan bersebelahan dengan zona batavia. Di zona pecinan dan batavia ini me-replika suasana kawasan Jakarta Kota sampai dengan pelabuhan Sunda Kelapa yang dahulu-nya memang menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan besar di Jakarta. Angkutan yang ditampilkan di zona ini macam oplet-nya si Mandra sama bajaj yang sekarang di jakarta keberadaannya juga mulai hilang digantikan jenis kendaraan rodak tiga baru. Di bagian zona Gudang Batavia, masih banyak kumpulan mobil-mobil keren juga motor-motor lama yang sebagian masih sering kutemui di jalan digunakan oleh para penggemar mobil/motor antik.
Buat kita-kita yang belum ngelongok ke luar negeri, tentu yang asyik saat masuk selepas zona batavia. Zona pertama adalah zona Gangster Town. dengan latar jalan raya lengkap dengan panorama gedung-gedung masa lalu membuat kita dibawa bernostalgia kondisi kota besar di Amerika zaman-zaman gangster masih banyak menguasai kota. Zona ini mungkin zona yang paling diminati untuk berfoto. Mobil-mobil klasik bersliweran di jalan menambah kerennya suasana kota.


Masih ada beberapa zona lagi jika masih kuat menikmati seperti zona Eropa yang menggambarkan miniatur kota-kota di Eropa kayak Roma, Paris, London, replika istana Buckingham Palace, zona Hollywood yang mengambarkan suasana jalan dan bangunan-bangunan di Hollywood masa lampau, sampai dengan Las Vegas yang penuh cahaya berkelap-kelip seperti bintang di langit. Semua lokasi-lokasi ini layak diabadikan, bahkan mungkin ini akan menjadi lokasi favorit untuk foto pre-wedding. Walau denger-denger untuk foto pre-wedding dikenakan biaya 2,5juta (termasuk tiket masuk pasangan dan kru kali). Cuma karena sudah terlalu sore juga kaki yang sudah terasa pegal-pegal, istriku beberapa kali harus mencari tempat duduk untuk beristirahat. Luasnya museum ini memang lumayan bikin capek untuk dijelajahi.

Pernik-Pernik
Berlokasi di Jl. Terusan Sultan Agung Atas No. 2 Kota Wisata Batu, Museum Angkut berada satu grup dengan Jatim Park 1 dan 2, Batu Secret Zoo, serta Batu Night Spectacular dalam Jawa Timur Park Group. Kalau pengen dapat gambaran lokasinya bisa mengunjungi situsnya http://www.museumangkut.com/zona-museum-angkut/# tapi menurutku sih malah tidak terlalu lengkap, tapi kalau mau pesen tiket sekalian dengan lokasi wisata yang masih satu kesatuan dengan Jaw Timur Park Group sih enak kalau pesen di sini dulu. Apalagi kalau lagi ada promo.


Museum ini kata mbah Wiki didirikan tahun 2014 jadi masih tergolong baru. Selain mobil yang pernah digunakan presiden RI-1, katanya ada juga beberapa mobil yang memiliki nilai sejarah, salah satunya adalah mobil Land Rover buatan tahun 1958 yang pernah digunakan Lady Diana dan suaminya Pangeran Charles. Ada juga mobil Tucuxi yang ditampilkan dalam kondisi hancur, bagi yang agak lupa mobil Tuxuci adalah mobil listrik buatan anak negeri yang kerap digunakan oleh Dahlan Iskan yang kemudian mendapatkan kecelakaan nahas.

Pengguna kamera DSLR yang masuk ke dalam dikenakan biaya tambahan 30-rebu, tapi itu bukan cuma DSLR termasuk juga kamera poket, handycam, dan sejenisnya. Yang gak kena charge cuma hape. Jadi menurutku, kalau kameramu gak siap ambil gambar yang bagus misal bukaan/aperture gak lebar atau takut noise tinggi bisa titip dulu. Sekedar info, ruangan hall utama tempat mobil-mobil kece badai itu ruangannya minim cahaya. Emang tampak dramatis kalau dilihat, tapi jadi simalakama kalau dipotret.
Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya