Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.
Tampilkan postingan dengan label oenesu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label oenesu. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Mei 2011

Re-visit: Oenesu dan Oehala

Tiga tingkat air terjun Oehala yang terletak sekitar 15 km dari kota Soe.

Kunjungan kembali, itulah yang kujalani. Belakangan ini jadi setengah guide yang kerjanya menemani temen-temen yang mau jalan ke tempat-tempat wisata tapi belum pernah sebelumnya.
Kali ini cerita kunjungan kembali-nya di dua tempat lama tapi sudah ada perbaikan fasilitas. Kedua tempat ini adalah air terjun di daratan Timor tapi di tempat dengan ketinggian yang berbeda: air terjun Oenesu yang terletak di dataran rendah (Kabupaten Kupang) dan air terjun Oehala yang terletak di dataran tinggi (Kabupaten Timor Tengah Selatan).


Air Terjun Oenesu


Suasana air terjun Oenesu dari bagian bawah (tingkat keempat)
 Beberapa waktu ini aku baru saja mendengar kabar tentang meninggalnya seorang anak SMA di air terjun ini. Agak terlambat mendengar berita ini karena pada waktu kejadian ini sedang ada penugasan di luar kota. Jika ingin membaca lebih lengkap cerita dan kronologis kejadian ini bisa berkunjung ke tempointeraktif.com atau di beberapa media lain.
Terus terang kejadian ini mau tidak mau akan mempengaruhi kunjungan ke tempat wisata air terjun satu-satunya di Kupang ini. Padahal pada saat ini air terjun Oenesu debit airnya lebih besar dan lebih jernih sehingga beberapa daerah yang dulu kering sekarang terkena luapan airnya.
Foto-foto di air terjun ini aku ambil sebelum ada kejadian di atas mungkin hanya berselang satu minggu sebelum ada kejadian naas itu. Rencana untuk foto model dengan konsep yang sudah dirancang jauh hari sebelumnya sekalian melakukan kunjungan kembali untuk melihat kondisi air terjun belakangan ini. Karena memang biasanya di musim-musim begini debit air terjun meningkat sehingga lebih enak dinikmati walau kadang sering naiknya debit air mengakibatkan air yang mengalir menjadi keruh.


Desi berpose di air terjun Oenesu
 Untungnya justru saat datang, debit air justru meningkat lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya dan tidak keruh. Sepertinya ada upaya pendalaman dan pembersihan di bagian atas dari sumber air terjun ini.
Lokasinya pun sudah banyak mengalami perbaikan, tempat parkir tersedia, rumah-rumah lopo dibangun, toilet pun juga sudah tersedia walaupun tampaknya petugas di sini belum bertugas optimal dan hanya bertugas kadang-kadang pada hari libur/kunjungan saja.
Dengan kondisi sekarang, tempat ini jauh lebih layak dikunjungi dibanding beberapa tahun lalu. Walaupun sebagian besar penikmat wisata air terjun ini sebagian besar warga lokal karena memang untuk wilayah-wilayah Timur Indonesia, wisata yang bisa mengundang wisatawan asing adalah wisata bahari dan wisata budaya.


Air Terjun Oehala


Dua teman duduk di atas batu di tingkat ketiga air terjun Oehala
 Re-visiting ke tempat ini diantara kesibukan tugas di tempat ini. Kondisi kabupaten Timor Tengah Selatan yang beribukota di SoE pada bulan-bulan begini memang kurang bersahabat bagi orang yang biasa tinggal di daerah panas. Sepanjang bulan Mei sampai dengan Juli hawa di kota ini begitu menusuk tulang, di samping karena berada di dataran tinggi juga karena pengaruh angin Australia yang sekarang sedang musim dingin.
Kabut tebal dan basah nyaris menjadi pemandangan sehari-hari. Kebetulan aku dan rekan kerja kesini menggunakan sepeda motor karena berharap lebih praktis dan mudah kalo mau kemana-mana dibanding kalau membawa mobil. Walhasil, begitu sampai di hotel, aku harus merasakan persediaan tangan ngilu semua gara-gara dipertengahan jalan kabut basah turun. Masih untung hari itu tidak ada hujan turun.
Perjalanan kembali ke air terjun Oehala kali ini aku lakukan bersama dua teman lain yang kebetulan belum pernah kesana sebelumnya. Rencana awal beberapa orang namun karena berbenturan jadwal sehingga hanya kita bertiga yang bisa kesana.
Perjalanan awalnya agak setengah hati karena menjelang keberangkatan tiba-tiba kabut basah turun. Akibat setengah hati ini pula makanya tripod yang sudah aku persiapkan malah tertinggal. Suhu udara turun drastis, tapi dengan pertimbangan sedikit tanpa akal sehat alias berharap kebetulan maka perjalanan dengan menggunakan dua motor kami lanjutkan.


View air terjun Oehala dari sisi seberang (view lopo untuk istirahat)
 Untungnya sampai disana justru cuaca membaik. Kabut tidak ada sama sekali di lokasi ini, padahal aku berharap ada kabut tipis disini.
Lokasi ini ternyata juga sudah dilakukan renovasi walaupun masih sebatas pemberian pagar pembatas di beberapa lokasi yang rawan orang tergelincir dan penambahan lopo-lopo untuk orang beristirahat. Kamar kecil juga telah disediakan walaupun belum pernah dicoba.
Air terjun Oehala masih bening seperti biasanya namun yang agak mengherankan debit airnya jauh berkurang padahal biasanya pada bulan-bulan begini debit air masih tinggi.
Yang juga mengherankan airnya tidak terasa dingin di kaki kami, entah memang airnya yang berubah ataukah memang cuacanya yang dingin sehingga air menjadi tidak terasa dingin.
Oehala juga masih sama, selalu sepi begitu menjelang senja entah kenapa padahal di luar bulan-bulan berkabut seperti ini mengambil gambar air terjun Oehala agak sulit karena sinar matahari yang masih menerobos ke air sehingga foto air jadi kurang pas. Hanya pada bulan begini kita aman untuk mengambil foto-foto disini karena sinar matahari nyaris tidak mampu memamerkan panasnya api miliknya.


Dua air terjun ini seperti menggambarkan bahwa daratan Timor bukanlah tanah gersang yang dipenuhi batu karang dan keberadaan air yang langka.

Jika anda mengunjungi ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur, mungkin bisa sekali waktu mengunjungi air terjun Oenesu. Tempat yang bisa membilas aroma matahari yang teriknya serasa membakar ubun-ubun.
Baca keseluruhan artikel...

Senin, 27 Oktober 2008

Oenesu: Panorama Sejuk di Tengah Teriknya Kupang

Menyebut Oenesu bagi orang Kupang berarti sebuah tempat yang menawarkan suasana untuk bersantai dengan udara yang segar. Sebagai salah satu dari sedikit air terjun yang ada di Kupang, tempat wisata air terjun Oenesu menjadi salah satu pemberhentian sejenak bagi warga Kupang yang ingin mereguk segarnya hawa yang ditawarkan tempat yang masih asri ini.

Perhatikan saja, pada hari Sabtu atau Minggu biasanya rombongan muda-mudi atau keluarga banyak yang mendatangi tempat ini jauh dibanding hari-hari lainnya. Air terjun ini berjarak kurang lebih 17 km dari Kota Kupang dan jalan menuju tempat ini bisa dibilang cukup baik. Aku sendiri tidak mengalami masalah sama sekali menggunakan kendaraan sedan menuju ke tempat ini. Memang sempat muncul kekhawatiran terutama saat melewati jembatan kayu di pertangahan jalan masuk untuk sampai ke lokasi ini.

Justru yang belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pengelola tempat ini adalah kondisi jalan dan penataan di lokasi wisata ini. Jalan yang masih berupa jalan tanah berbatu-batu serta tidak adanya tempat parkir kadang membuat tempat ini tampak semrawut dengan mobil dan motor yang diparkir semaunya (update: fasilitas telah diperbaiki oleh pemerintah daerah).

Begitu sampai di lokasi maka anda akan disambut dengan genangan air yang merupakan bagian atas air terjun. Debit air terjun ini cukup stabil, pada musim kering sekalipun debit air masih lumayan dapat dinikmati. Foto-foto di atas diambil pada bulan Oktober, masuk bulan-bulan yang kering dan panas yang menyengat.

Debit pada musim hujan tentu akan lebih besar, mungkin bisa dua kali lipat di banding musim panas. Pada saat itu jika kita tepat di bawah air terjun suara deru air terjun seakan menenggelamkan suara kita sendiri. Jangan heran kalau kita sering mendengar teriakan-teriakan dan suara tertawa yang cukup dari pengunjung yang menikmati air terjun ini.
>br /> Sampai di lokasi, ada dua jalur yang dapat dipakai untuk turun menikmati air terjun ini. Sebelah kiri lokasi terdapat jalan menurun yang cukup terjal yang akan membawa anda ke sebuah jembatan jauh di bawah air terjun utama. Dari jembatan yang masih baru ini (saat tulisan ini dibuat), anda bisa melihat beberapa tingkat air terjun.

Jalur lain dapat anda coba melalui jembatan kayu. Jembatan ini sebenarnya cukup membahayakan terutama untuk anak-anak karena kayu tidak terpasang menutup semua ruasnya. Jika tidak hati-hati anda dapat terperosok. Jaga anak-anak anda sewaktu melewati jembatan ini. Setelah itu anda harus menuruni anak tangga yang lagi-lagi curam, itupun kondisi anak tangganya tidak rata. Ini juga saya ingatkan kembali pada anda untuk berhati-hati.

Membawa bekal waktu saat turun ke bawah sangat disarankan karena naik turun untuk mengambil makanan ke atas sangat melelahkan. Namun sesampai di bawah, pemandangan air terjun seakan membilas rasa penat anda. Jangan takut batuan di tempat ini tidak licin, karena airnya yang mengandung kapur cukup tinggi (ciri khas air di Kupang) maka batu jadi terasa kesat. Suasana yang rindang karena banyak pohon-pohon besar tumbuh di sekitar air terjun. Ini masih ditambah dengan suitan-suitan burung yang sering terdengar nyaring dari balik pepohonan. Anda bisa langsung memilih berendam di salah satu anakan air terjun atau memilih menelusuri ke bawah. Gerak tarian air terjun membentuk alur-alur yang unik, hati-hati karena beberapa cekungan tingkat air ini ada yang dalam.

Andapun bisa sekedar membentangkan tikar dan bermalas-malasan menikmati sejuknya hawa serta deru suara air terjun. Keriangan suara pengunjung seakan mengajak anda ikut riang.

Sayang sarana lain sangat minim di tempat ini. Tempat sampah yang harusnya tersedia menjadi barang langka kalau tidak saya sebut tidak ada sama sekali sehingga tak heran pengunjung membuang sampah semaunya. Toilet dan kamar ganti juga tidak tersedia, anda harus ke rumah pemilik warung satu-satunya yang ada di tempat ini untuk sekedar buang air. Tempat makan atau tempat bersantai juga minim. Memang disediakan beberapa lopo namun jumlah tempat makan yang sedikit akan menyulitkan orang yang tidak ingin repot-repot saat berwisata.

Semua potensi ini seharusnya bisa mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian lebih pengembangan wisata di lokasi ini. Penataan dan pemeliharaan tempat ini dengan melibatkan partisipasi masyarakat akan dapat memberikan andil dalam menyumbang PAD pemerintah Kupang, tentu saja bila hal ini diseriusi.

Beberapa situs yang juga menulis tentang tempat wisata ini:
1. Harian Sinar Harapan: Mengintip Air Terjun Oenesu dan Pantai Lasiana
2. Portal CBN: Sejuk Dan Segarnya Oenesu
Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya