Halaman

Rabu, 17 November 2021

Titik Nol Anyer

Penampakan mercusuar yang putih menjulang

"Kita mulai dari nol ya!" teringat jargon iklan mbak SPBU yang dulu sempat populer di TV saat ada ajakan ke Anyer. Jargon itu membuatku ingin ke titik nol Pulau Jawa. 

Anyer yang berada di wilayah Banten memang tempat wisata favorit masyarakat Jakarta selain Puncak Bogor karena jarak tempuhnya relatif dekat hanya sekitar 3-4 jam dari Jakarta. Well, Let's go!

Berangkat dari Jakarta, menjelang siang aku sudah tiba di Mercusuar Anyer. Dari gerbang masuk sudah terlihat menara  yang masih kokoh berdiri. Bangunan bercat putih tinggi menjulang. Aku langsung berjalan menuju ke mercusuar, berharap dapat naik ke atasnya. Di atas pintu menara terdapat tulisan tahun mercusuar ini dibangun. Sayangnya, pintunya masih tertutup sehingga aku tidak bisa masuk ke dalam. 

Tugu dari sisa menara yang pernah hancur dihempas tsunami

Mercusuar Cikoneng atau yang lebih dikenal sebagai mercusuar Anyer merupakan tempat Titik Nol Anyer berada. Lokasi tepatnya di Kampung Bojong, Desa Cikoneng, Kabupaten Anyer, Provinsi Banten. Awal berdirinya Mercusuar Cikoneng tahun 1806. Lebih awal dari pada saat jalan Anyer - Panarukan yang baru dikerjakan tahun 1825. Ketika Gunung Krakatau
meletus pada tahun 1883, mercusuar ini ikut hancur terhantam gelombang tsunami yang menyertainya. Sisa-sisa reruntuhan bangunan mercusuar hanya berjarak beberapa meter dari lokasi mercusuar pengganti yang baru. Mercusuar pengganti ini pun dibangun kembali tahun 1885 dan diresmikan oleh ZM Willem III Raja Belanda.

Foto tahun 2008 dibandingkan dengan saat ini

Aku sebenarnya agak kecewa karena tidak bisa masuk ke dalam menara mercusuar. Ya sudahlah, untuk mengobati kecewaku aku memilih mencari makan saja. Sebenarnya saat ini, belum ada warung atau kafe yang buka untuk menjual makanan. Jadi harus membawa sendiri atau membeli makanan dari luar. Tetapi aku 
sempat melihat penjual bakso menggunakan gerobak masuk ke sini.

Disekitar lokasi ada fasilitas gazebo dan teras yang bisa digunakan pengunjung untuk sekedar duduk, atau makan sambil menikmati pemandangan laut. Dari salah satu gazebo tempat aku makan, terlihat sekitar 7 atau 8 orang perempuan sedang asik mengambil foto di spot tulisan Titik Nol. Sekarang banyak tempat wisata ditambahi tulisan-tulisan berwarna-warni untuk penanda lokasi seklaigus biar lebih kekinian. 

Selesai makan, aku juga ingin berfoto di tulisan Titik Nol itu, tetapi sayangnya mereka masih sibuk berlama-lamat di spot itu. Dari dari cara berpakaian dan logat bicara yang aku perhatikan, aku menduga kalau mereka dari pengunjung yang berasal luar Pulau Jawa. Sambil menunggu giliran untuk bisa berfoto di lokasi itu, aku memotret reruntuhan mercusuar. Kelar motret, aku coba melihat ke arah spot Titik Nol. Ternyata mereka masih berfoto di spot yang sama.  Busyet! Setelah lama menunggu sampai purnama berganti 3 kali akhirnya aku dan rombonganku bisa ganti berfoto di spot wajib ini.

Terakhir kali aku mengunjungi mercusuar ini tahun 2008 bersama anggota komunitas Indonesia Backpacker (IBP) dimana waktu itu kami menginap di Wihara Avalokitesvara kota Banten Lama. Setelah sekian lama, tahun 2021 ini aku kembali mengunjunginya kembali. Sayang sekali akibat vandalisme yang terjadi membuat mercusuar ini sejak tahun 2014 tertutup bagi umum. Dulu kita bisa memasuki mercusuar ini menaiki tangga yang melingkar menuju atas tempat lampu mercusuar berada dan melihat pemandangan sekitar dari puncak mercusuar. 

Menara setinggi 75,5 meter terdiri dari 18 tingkat yang dihubungkan dengan 286 anak tangga. Pada puncak terdapat lampu yang berfungsi sebagai penunjuk arah bagi kapal-kapal yang melintasi perairan. Ruangan pada menara semakin keatas semakin sempit.

Pada bagian puncak mercusuar kita bisa menyaksikan beragam pemandangan. Dimulai dari Lautan lepas, Jalan Raya Anyer hingga perbukitan yang hijau. 

Foto dan Tulisan: Arum Mangkudisastro
http://befreetour.com/id?reff=X3KRF