Halaman

Jumat, 15 Februari 2019

Memandang Sang Rupawan dari Maskumambang

Pagi hari kereta yang kutumpangi tiba di Stasiun Kediri. Kota Kediri, tempat Raja Jayabaya dan Raja Airlangga pernah  bertahta di masa lalu. Kicauan suara burung-burung dari pepohonan yang ada di sekitar stasiun seakan menyambut kedatanganku. Aku pun berjalan keluar stasiun menuju jalan raya. Ketika aku melewati patung Panji Asmarabangun sambil bergumam, "Panji, Dewi Chandra Kirana sedang kelaparan!" Eeeaaaa. Untunglah banyak pedagang kaki lima yang  menjual sarapan di pinggir jalan. Menunya pecel, nasi campur dan teh manis. Duduk lesehan menyantap sarapan dan menyiapkan mobile phone untuk order driver online ke Gunung Klothok. Jarak dari Kota Kediri menuju Gunung Klothok sekitar 4 kilometer. Tepatnya di Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kediri, Jawa Timur.

Aku melewati gerbang masuk Goa Selomangleng, sebagai akses menuju kawasan Gunung Klothok. Goa Selomangleng ada di kaki Gunung Klothok. Masih satu kawasan dengan kolam renang, Bukit Maskumambang dan Museum Airlangga. Kebetulan karena ada kolam renang bisa sekalian mandi disini.

Niatku menghindari mendaki Gunung Klothok karena aku hanya ingin memotret landscape Gunung Klothok. Selain itu juga aku tidak punya waktu banyak. Maka agar aku dapat view keseluruhan gunung, aku pun mencoba memotret dari Bukit Maskumambang.
Bagaimanapun juga untuk mendapat view Gunung Klothok aku harus mendaki ratusan undakan anak tangga di bukit ini. Semangaaattt!

Gapuran masuk melihat  Gunung Klothok
Sebuah gerbang gapura mengapit undakan tangga menuju atas bukit. Di sisi kiri terdapat Prasasti baru tertulis bahwa Bukit Maskumambang juga disebut sebagai Astana Boncolono. Mbah Boncolono adalah seorang Maling Gentiri yang sakti dan memiliki Ilmu Pancasona, bila mati dan darahnya menyentuh Bumi, dia akan hidup kembali.Dia mencuri harta para saudagar dan hartawan yang berpihak kepada Kolonial Belanda. Harta yang didapat kemudian dibagi-bagikan kepada para penduduk miskin yang menderita. Setelah dikalahkan pihak Belanda, jasad Mbah Boncolono dimakamkan di bukit ini. Waktu yang singkat membuatku tidak mengunjungi makamnya, meskipun aku merasakan penyambutannya :)

Kupu-kupu berwarna kuning beterbangan kian kemari saat aku mendaki bukit ini. Seperti mengiringi perjalananku. Bagi yang jarang olahraga perlu ekstra tenaga menapaki undakan yang menanjak. "Ayo-ayo!" terdengar seruan dari seorang gadis remaja berkerudung meneriaki teman-temannya yang mendaki undak-undakan bukit agar segera menyusul. Mereka tersenyum menyapa ketika melintasiku yang sedang asik memotret. Aku pun ikut menyemangati mereka mendaki ratusan undakan. 

Pemandangan dari atas bukit ini nampak si Cantik Gunung Klothok. Mengapa disebut Si Cantik? Karena dari kejauhan landscape Gunung Klothok seperti wajah seorang gadis cantik dengan hidung yang mancung, malah terkadang seperti gadis yang terbaring tidur 'Sleeping Beauty'.

Setelah puas memotret aku mampir ke satu-satunya warung di sini. Meneguk minuman isotonik biar segar lagi. Menurut bapak pemilik warung, pengunjung ramai datang ke Bukit Maskumambang di musim liburan sekolah apalagi di bulan Desember menjelang malam pergantian tahun.


Konon Gunung Klothok  sebenarnya adalah bangunan piramida. Dibangun oleh Bangsa Lemurian, leluhur Nusantara dengan Ancient Technology-nya yang tinggi. Jauh sebelum masa Kerajaan Kediri. Piramida ini pun terkubur oleh debu-debu vulkanik gunung berapi purba yang meletus bersamaan ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu. Walaupun demikian perlu penelitian lebih lanjut melalui carbon test, laser scanning maupun jalur penerawangan spiritual level starseed.

Foto dan tulisan: Arum Mangkudisastro

Mau liburan gaes klik aja http://befreetour.com/id?reff=X3KRF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda disini. Untuk sementara komentar saya moderasi dulu karena banyak spam yang masuk. Terima kasih sudah berkunjung, salam MLAKU!