Rela pingsan menikmati ademnya pasir putih di pantai Liang Bala |
Tampak pasir putih pantai Liang Bala dari puncak |
Suasana tebing gua dari ujung lain gua |
Ikhwal aku sampai ke pantai ini saat gak sengaja liat foto-foto pantai yang dipasang di salah satu restoran saat kita sedang makan siang. Di situ ketemu mas Eko - pinisepuhnya Tapaleuk Ukur Kaki #sungkem - yang kesasar sampai ke Borong. Dapat info dari teman-teman pemda yang sudah ke sana lebih dahulu kalau lokasi pantai itu ternyata dekat yaitu di balik bukit di pantai Watu Ipu. Waktu ngobrol siang itu juga belum kepikiran ke sana karena informasinya lokasinya masih susah dilewati. Mungkin kurang doa kali.
View dari dalam gua pertama di pantai Liang Bala |
Salah satu cekungan air di gua Liang Bala |
Lokasi yang cocok untuk memotret slowspeed |
Kolam-kolam di sekitar gua, banyak ikan kecil terjebak |
Awalnya aku mengajak Trysu ke atas bukit untuk menunjukkan view gua dari atas bukit. Saat berada di atas justru aku dikiranya mau ke gua yang lain jadi mereka memandu kami arah menuju gua lain. Wah memang rejeki, akhirnya malah tau cara menuju ke gua lainnya dan itu tidak perlu harus menunggu laur surut. Tapi masalahnya berganti. Dari atas bukit ini untuk turun ke bawah yang harus hati-hati. Turun pertama harus melewati kayu yang dibuat penduduk untuk turun ke bawah. Setelah beberapa meter menyisir pinggir tebing barulah kita harus kembali agak merangkak menyusuri tebing untuk sampai di bawah gua. Kondisi di sini kita harus hati-hati karena tipe batu di tebing bukan tipe karang tapi jenis batu cadas campur karang. Artinya tidak semua batu aman untuk dijadikan pegangan.
Senja dari atas tebing pantai Liang Bala |
Perjalanan pulang aku dan Trysu sempat menyusuri lewat pingir pantai yang ternyata capek karena harus loncat dari satu batu ke batu lain. Ternyata waktu naik ke atas ada jalan setapak yang hanyak cukup satu badan. Walau kecil saja tapi jalan ini rupanya jalan yang paling cepat bila mau ke Liang Bala dengan jalan kaki. Motor tidak bisa melewati jalan ini ya karena di beberapa titik kita tetap harus melewati batu-batu besar. Gobloknya, dengan jalan kaki sejauh itu kira malah hanya membawa satu botol air putih ukuran kecil. Keruan saja kita pulang jadi setengah mati gara-gara kehausan di sepanjang jalan. Udah gitu warung yang biasa buka di pinggir dermaga entah kenapa juga tidak jualan hari ini.
Kayak nya seru juga kalo nenda disana yaaa, tapi mau nya ama pacar aja bukan ama kamu hahaha
BalasHapusAku gak nenda sama om Cumi kok cuma ikut nenda disebelahnya nanti kerjaku kan cuma ngintip tenda sebelah yang lagi sama pacarnya wkwkwkwk
HapusMmg tenda sebelah ama pacar nya ngapain aja ??? hahaha
HapusNggak tau juga mau ngapain makanya aku mau ngintip #kepoabis :D :D :D
HapusFoto senja itu keren, tapi kenapa nama pantainya biang lala?
BalasHapusBukan biang lala teman tapi liang bala hahaha
Hapuspantai kayak gini nih yg aku suka... blm bnyk yg tau, masih virgin dan sepi dari para turis :D.. berasa nemu pulau tak berpenghuni ;)
BalasHapusIya emang, pantai yang masih baru nilai kepuasaan saat mengunjunginya lebih tinggi...
Hapussemakin menatap keindahan Alam, maka semakin bertambah pula kerinduan akan sang maha pencipta,Visit to..
BalasHapushttp://khazanah77.blogspot.co.id