![]() |
Pasir hitam mencipatakan bayangan sempurna jajaran pohon cemara di pantai Wemasa |
![]() |
Mengangkat perahu menuju ke pantai untuk mencari ikan |
Sekitar jam setengah lima aku sudah sampai di pantai Wemasa. Pantai ini berpasir hitam walau tak segelap pasir di Ende. Aku memang sedari awal tidak berekspektasi lebih dengan pantai-pantai di daratan Timor apalagi yang sisi selatan. Kata Niken, tempat tujuan mungkin tidak indah tapi perjalanan itu tetaplah indah. Kalau aku tambahi, indah tidaknya tempat tergantung darimana kita melihatnya.
|
|
|
|
![]() |
Gelombang meninggalkan buih-buih putih di pasir yang hitam |
Saat malam aku menyusuri pantai, aku diingatkan oleh pak Dalis yang merupakan pemilik beberapa kapal disini. Dia menyarankan aku menjauhi daerah air karena saat gelap buaya-buaya suka bermunculan di pinggir pantai. Dia menunjuk jauh di sebelah barat dimana terdapat muara di sana. Di sanalah banyak terdapat buaya yang kadang suka mengejar anak-anak. Itulah kenapa daerah yang ada rumah-rumah jaga untuk perahu hanya di sekitar pantai Wemasa sebelah timur, karena sebelah barat selepas jalan memang wilayah para buaya. Walaupun begitu, disini tidak ada orang yang memburu buaya karena sepertinya membunuh buaya itu sebuah pamali bagi mereka.
Pak Fredo juga menceritakan tentang kepala desa Nekmasa yang bisa berkomunikasi dengan para buaya ini. Katanya ada satu pulau kecil di dekat daratan, tapi untuk kesana harus di antar oleh kepala desa ini karena disana menjadi sarang buaya.
Aku sebenarnya masih akan menunggu kembalinya para nelayan ke pantai ini. Kata pak dalis, kalau malam para pengumpul ikan akan berdatangan kesini dengan senter menunggu nelayan sehingga tiap malam di wilayah ini akan terang dengan senter yang dibawa pengumpul untuk membeli ikan dari nelayan. Sayang Fredo ternyata udah menungguku di cabang sehingga akhir aku mengalah kembali sebelum jam tujuh.
Kak, makssudnya pak kepala desa itu bisa komunikasi dengan buaya macam mana itu ??? menyeramkan kali lah
BalasHapusIya seperti itu, pak kades bisa memanggil buaya hingga keluar berkumpul semua. Katanya itu pernah saat ada satu anak hilang dimakan buaya. Maka pak kades yang turun tangan dan buaya yang memakan anak itu dipukulnya supaya tidak mengulang lagi. Tapi tidak dibunuh, ada kepercayaan kalau nenek moyang mereka itu buaya..
HapusTapi kalo pak kades yg datang, buaya nya ngak nyerang gitu ??? gw masih amazing banget ama cerita beginian.
HapusTidak, justru buaya yang makan anak akan maju.. beliau akan marahi dan kasih tau untuk tidak mengulangi perbuatan bodohnya, paling cuma pukul kepala buaya pake kayu... gak heran waktu ada kejadian buaya muncul di Kupang baru-baru ini ada orang dari Timor Leste yang ngaku kalo itu neneknya... keperdayaan animisme masih kuat di sini
HapusNgomong2 itu ambil gambar pake kamera apa?
BalasHapusPake Canon EOS 550D, kamera satu2nya yang menemani setiap perjalananku
Hapus