Danau Weekuri, danau yang airnya asin dengan warna tosca-nya |
Malu Bertanya Sesat di Jalan
Lagi-lagi mengandalkan penugasan dari kantor, tapi bukan berarti aku gak kerja lho ya. Haram kalau mau nerima duitnya tapi gak mau kerjanya. Tentu saja hari Minggu adalah alasan paling masuk akal kalau jalan. Itu sudah aku rencanakan awal sampai disini dan tentu saja sudah ada teman disini yang siap mengantar perjalanan untuk membuktikan kebenaran kompor itu.
Tapi Minggu pagi saat aku konfirmasi ternyata ada kendala dengan kendaraan teman yang mau menemani karena katanya sedang bermasalah dan masih masuk bengkel. Untung masih ada alternatif lain, yaitu menyewa motor dari hotel.
Menyusuri Pantai Mananga Aba pada suatu sore |
Perjalanan awal lumayan lancar, aku dan Putra tinggal mengikuti rambu-rambu yang terpasang yang mengarahkan jalan ke Kodi dan itu artinya kami menuju ke ruas jalan menuju kantor bupati dan itu lanjut terus. Permasalahannya adalah ketika kami memasuki wilayah Kori, sebenarnya kami seharusnya berbelok ke kanan dari percabangan Kori namun kami justru terus. Tentu saja aku menggunakan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) hehehehe.. dan itu memang efektif walau kami harus melewati jalan-jalan tanah dan berbatu. Jangan sombong walau anda punya GPS digital, karena GPS manual jauh lebih membantu karena memang sinyal bukan hal mudah akan diterima di sepanjang jalan. Jika di perkotaan saja masalah sinyal sering aku temui, tidak mengherankan jika itu juga terjadi dalam perjalanan kami. Jadilah setiap pertigaan yang meragukan kami harus bertanya, pokoknya kalau dihitung kami bertanya tak kurang dari 10 kali, lebih malah. Kondisi jalan walau tanah sebenarnya tidak jelek karena rata-rata tanahnya keras, hanya mungkin ada beberapa titik yang ada genangan air. Apalagi dengan menggunakan jalan potong hasil bertanya ke penduduk maka jalan yang kami lewati tentu saja lebih jelek dari jalan normal.
Pantai Karoso, Kesasar ke Pantai yang Menawan
Pantai Karoso, salah satu pantai yang cantik di Sumba |
Akhirnya aku sampai ke sebuah pantai yang namanya tertulis pantai Karoso. Pantai berpasir putih dengan warna tosca. Pantai yang kalau saja bukan di Sumba tapi di Jawa mungkin sudah diserbu orang-orang untuk berwisata.
Ada sebuah gubug pendek terbuka beratap daun alang-alang di pinggir pantai, di dalamnya berkumpul beberapa lelaki tua-muda sedang duduk disekitar bara api yang tinggal menyisakan asap. Seorang bapak tua menemui dan berbincang-bincang dengan kami. Ternyata api itu berasal dari kegiatan bakar ikan yang mereka lakukan. Pantai Karoso ini juga rupanya menjadi tempat penjualan ikan.
Suasana pantai ini cukup teduh karena di sepanjang pantai banyak ditumbuhi Bakau dan pohon Ketapang. Ombaknya juga cukup tenang, padahal seharusnya ombak dari daerah selatan selalu keras terutama karena memang menghadap ke laut lepas Samudera Hindia Selatan.
Dari bapak tua itu aku ditunjukkan kalau kami terlewat, seharusnya sudah belok dari percabangan yang ada jalan perkerasan. Setelah kami memberi uang sedikit untuk membeli sirih pinang kami melanjutkan kembali. Kami kesasar tapi rasanya tempat kami kesasar juga tidak mengecewakan untuk dikunjungi.
Danau Weekuri: Tosca Everywhere
Siapa bisa menolak untuk masuk ke airnya dengan air seperti ini |
Anak-anak kampung asyik berenang |
Beberapa anak kecil dengan hanya bercelana pendek tengah asik bermain di air danau. Dan air danaunya....... busyettt.... tosca yang begitu bening sangat menggoda imanku untuk ikut nyemplung dan bermain bersama mereka. Batu-batuan di dasar danau yang tidak terlalu dalam tampak jelas dari permukaan. Pepohonan hampir seluruhnya menutupi area ini kecuali beberapa daerah di ujung yang menjadi pembatas antara danau ini dengan laut lepas.
Jangan tanya aku apakah indah atau tidak? Mulutku saja sampai keluar kata-kata makian yang tidak sopan aku tulis disini. Tiada kata yang pantas kuucapkan, lebih aku bengong sebentar daripada maki lagi kan. Keinginanku untuk nyemplung tentu saja aku tahan dulu. Aku bahkan turun sebentar dan mencoba rasa airnya untuk meyakinkanku bahwa airnya asin.
Aku dan Putra mencoba berjalan memutari kawasan yang tidak terlalu luas ini. Mendekati ke arah ujung batas laut dan danau terdengar debur keras ombak yang menghantam karang dan masuk ke celah-celah karang. Ternyata karang-karang yang aku pijak ini tidak benar-benar utuh tapi ada retakan. Aku dengan mudah bisa melihat dari celah retakan air yang mengalir masuk ke rongga karang di bawah kakiku.
Putra berdiri di atas karang pembatas danau dan laut lepas |
Diujung pembatas ada beberapa orang yang berdiri di karang-karang yang sangat terjal itu untuk memancing. Entah apakah mudah memancing ikan di tempat air yang gelombang keras seperti itu. Catatan, hati-hati melewati batu karang pembatas laut dan danau ini karena di beberapa tempat aku lihat batu karangnya bisa bergeser. Walaupun tidak bergeser yang mengakibatkan longsor namun kondisi karang yang sangat tajam akan mudah membuat kalian terluka bahkan hanya karena salah menginjak saja. Aku pernah mengalami kejadian seperti ini beberapa waktu lalu di lokasi seperti ini.
Eh, ingat ya Weekuri itu bacanya Waikuri. Ini khusus untuk orang-orang yang tidak terbiasa dengan cara mengucapkan kata seperti itu khas orang-orang Sumba Barat Daya. Makanya kalau kota Weetabula pasti terbacanya Waitabula.
Selesai memutari lokasi ini yang membuat kulitku sempurna gosong (tapi belum kurasakan perihnya) akhirnya kami bisa beristirahat sedikit di bangku yang dibuat dari susunan kayu. Sekantung plastik kacang seharga lima ribu rupiah yang kami beli dari penduduk yang menjual kacang disini mengisi perut kami selain pisang-pisang yang kami bawa dari kota.
Tak tahan melihat anak-anak mandi, aku yang lupa membawa celana renang tetap saja nekad masuk ke danau. Gobloknya, aku lupa melepas baju hanya melepas rompi yang memang berisi barang-barang yang tidak tahan masuk di air. Masuk ke airnya yang bening memang sedap sekali. Aku bahkan dengan mudah membiarkan badanku telentang mengapung sendiri. Mungkin jika aku mengantuk, aku juga bisa tertidur telentang di air tanpa takut tenggelam. Danau yang tanpa gelombang ini bener-bener speechless untuk diungkapkan. Aku harus akui kalau foto provokatif temanku itu benar, hanya bidadari yang gak ada. Karena bidadaripun bisa jadi hangus terbakar kalau disini karena mungkin akan berenang keasyikan siang-siang hahahaha.........
Warna tosca yang sangat jernih menjadi pemandangan yang tiada duanya di Weekuri |
Dari beberapa referensi ada yang menyebut bahwa danau Weekuri ini laguna karena merupakan wilayah perairan laut yang terjebak. Namun setauku biasanya laguna masih memiliki hubungan entah berupa rongga besar atau celah sempit yang terhubung ke laut sementara di danau ini celah itu tidak tampak selain dari celah sempit. Bisa dibilang tidak ada penghubung terbuka antara danau ini dengan laut.
Tambahan: Pantai Watu Mandorak
Sebenarnya informasi dari penduduk, ada jalan lain dengan langsung masuk terus yang nanti akan ketemu dengan jalan potong menuju Kori. Tapi karena ingin melihat kembali Pantai Watu Mandorak aku akhirnya memutuskan jalan balik.
Silahkan buktikan sendiri pantai pribadi ini, view Watu Mandorak dari sisi tebing sebelah utara |
Watu Mandorak tetap dengan pesonanya, tapi kiranya aku gak perlu menuliskan kembali panjang lebar tentang lokasi yang indah ini. Sebagai rangkuman, aku akan lebih senang menyebut Pantai Watu Mandorak ini seperti memiliki pantai pribadi.
Aku sebenarnya mau berenang kesini tapi karena takut basah di badan akan menjalar ke perangkat kameraku akhirnya aku memutuskan hanya berjalan-jalan saja.
Kedua tempat indah ini masih jarang didatangi orang meskipun hari Minggu mungkin karena akses yang tidak mudah. Kalau menurut perhitunganku jarak antara kota Waitabula sampai ke tempat ini tak kurang dari 60 km, dengan kondisi jalan yang tidak semuanya cukup mulus dilewati walau pun tidak juga terlalu buruk untuk dicapai.
Perjalanan balik, kami mencoba mengikuti jalan besar dan itu ternyata tidak sulit tapi memang terasa berputar-putar jauh lebih mudah menggunakan jalan potong. Tetap memanfaatkan GPS membantu kami tidak tersesat. Jangan takut bertanya, umumnya masyarakat sangat welcome memberitahu arah ke sana walau tidak semua tahu dimana Weekuri atau Watu Mandorak.