Danau yang berasal dari kawah berwarna kuning kehijauan: Kawah Putih |
Tangga menurun menuju Kawah Putih |
Dibelakang view ini terdapat gua Belanda |
Suasana sudah tampak ramai, beberapa bis wisata mulai masuk ke area. Ada juga rombongan motor yang datang, kalau gak salah sih motor Honda CBR. Sebenarnya aku salah tas ransel, seharusnya aku membawa tas ransel yang lebih kecil. Namun entah kenapa, kemarin aku justru memilih tas ransel yang agak besar untuk kubawa dan menitipkan tas yang lebih kecil ke Rey untuk dibawa pulang. Padahal aku hanya membawa sedikit barang.
Batang pohon santigi yang mati mengering |
Aturan di sini, selain mobil pribadi semua pengunjung harus menggunakan jasa ontang-anting untuk naik ke atas termasuk juga bis-bis wisata harus menggunakan jasa ini. Ontang-anting ini sepertinya angkutan dengan tiga lajur tempat duduk plus satu penumpang di bagian depan. Masing-masing lajur punya bisa diisi sampai dengan tiga orang, jadi jumlah penumpang penuhnya sekitar 10 orang. Yang berbeda, ontang-anting ini tidak punya pintu seperti halnya bajaj kecuali untuk penumpang yang di depan (sebelah sopir).
Rupanya naik ontang-anting menjadi sensasi tersendiri, dengan kondisi jalan yang naik turun berliuk-liuk justru sopir sering dengan sengaja melarikan kencang sehingga di beberapa tikungan dan turunan yang tiba-tiba beberapa penumpang menjerit, antara ketakutan dan senang. Tapi jangan tanya penumpang yang duduk di persis pintu, mereka akan mencengkeram kuat besi pegangan bahkan saat ontang-anting melaju di tempat yang lurus. Saranku bagi yang takut, sebaiknya jangan duduk di ujung pintu. Bisa-bisa perjalanan menyenangkan itu malah menjadi trauma. Jaraknya memang tidak jauh, seperti lain kali aku bisa memilih untuk berjalan kaki.
Kumpulan pohon santigi di dekat Kawah Putih yang mati terbakar |
Hanya beberapa meter setelah melewati tangga menurun, telaga kawah berwarna kuning pucat kehijauan menyapaku. Itulah warna dari telaga Kawah Putih ini. Tidak ada warna putih saat itu, warnanya lebih ke warna belerang, sementara warna kebiruan lebih karena pantulan warna langit. Bau belerang telah muncul saat mulai turun tangga. Banyak orang telah datang ke tempat ini, dengan lokasi yang mudah dicapai seperti ini tentu banyak orang yang ingin mengujungi tempat ini.
Selain pohon-pohon mengering, longsor juga rawan terjadi |
Sayangnya selain kabut yang sudah tidak ada lagi, matahari juga lebih sering bersembunyi di balik awan kelabu. Ini lah risiko datang di bulan-bulan saat hujan mulai datang. Sepertinya memang datang ke tempat ini pagi hari menjadi pilihan tepat, tentunya jika menggunakan kendaraan pribadi atau kalau rela mau berjalan kaki. Karena menurut informasi, kawasan wisata Kawah Putih mulai dibuka setelah jam tujuh, kadang juga lebih. Tentu saja belum ada ontang-anting yang bisa kita gunakan, entah kalau kita sewa.
Narsis menjadi hal yang tidak pernah dilupakan para pelancong |
Keindahan danau Kawah Putih memang tidak diragukan, pantas saja walau biaya untuk foto prewedding di tempat ini cukup mahal namun banyak yang menginginkan bisa foto prewedding di tempat ini. Kalau kata teman, bahkan sang calon mempelai wanita bisa berpose dengan baju dengan bahu terbuka dipagi hari. Padahal yang menggunakan jaket dengan dua lapisa baju di dalamnya saja masih merasa kedinginan. Untung foto, kalau video pasti ketahuan kalau setelah pemotretan mereka bakalan menggigil ketakutan.
Kembali dari Kawah Putih, aku sempetin beli buah strawberry yang ada di tempat ini, katanya lebih manis walau ukurannya lebih kecil. Tapi setelah mencoba, menurutku strawberry yang pernah aku beli di SoE, NTT jauh lebih manis.