Halaman

Senin, 05 Agustus 2013

Pantai Nunhila dan Mercusuar Kupang

Pantai Nunhila senja hari
Beberapa hari ini ada acara Sail Komodo, tapi terus terang males nulis Sail Komodo. Terkesan banget itu pelaksanaan terburu-buru dan asal. Nanti aja lah kalau lagi gak bete nulis Sail Komodo itu juga gak janji daripada isinya jelek-jelekin acara Sail Komodo nanti malah dikira black campaign lagi.. (apa urusannya coba).

Nah dari pada cerita jelek, mending aku nulis tentang dua daerah yang aku datangin baru-baru ini, yaitu pantai Nunhila dan laut di depan Mercusuar Kupang. Bisa buat alternatif kalau lagi males jalan jauh dari kota Kupang.

Pantai Nunhila Kupang
Jangan dibayangin ini daerah yang memiliki garis pantai yang panjang ya. Pantai Nunhila itu kebanyakan dipenuhi karang-karang yang tinggi yang langsung berpapasan dengan laut. Nah di banyak kondisi itu, ada sebuah cekungan yang disamping kiri kanannya dipagari karang-karang terjal.

Pantai Nunhila, tampak di kejauhan deretan perahu layar peserta Sail Komodo
Awalnya aku melihat pantai ini dari atas pesawat waktu kembali dari Sumba. Dari atas pesawat tampah sebuah daerah putih sepotong di sisi pantai Namosain yang dibatasi karang-karang. Kalau karang sisi Timur pantai Namosain yang menjorok jauh ke laut itu aku tahu karena itu batas akhir kalau berjalan-jalan di pantai Namosain. Dari situ aku udah planning untuk liat daerah itu dari dekat. 

Foto pantai Nunhila dari mbah Google Earth
Awal pertama masih bingung-bingung gak nemu jalan, akhirnya gak sengaja ketemu pas lagi jalan-jalan lewat jalan kecil dari samping kuburan. Gak sengaja karena waktu itu cuma mau jalan-jalan ngabuburit sekalian buka puasa di pantai. Ternyata di ujung jalan kuburan ada belokan ke kanan ke arah perkampungan warga tepi pantai sampai nanti di ujung jalan menurun ke bawah ketemu pantai dengan warna pasir putih kekuningan. Tapi sayang waktu itu lagi pasang jadi pasir putihnya tinggal sedikit.

Pantai Nunhila pertama kali datang saat pasang
Baru perjalanan ketiga bisa dapet pas lagi surutnya. Secara umum pantai ini khas pantai daerah kawasan Timur Indonesia yang umumnya berpasir putih (gak putih-putih amat sih), dan warna airnya yang kehijauan menunjukkan kalau airnya masih bening. Karena pantainya miring ke arah barat laut cenderung utara, jadi kalau mau lihat sunset harus dari ujung cekungan. Atau kalau lebih gampang naik saja ke arah karang-karang yang menjorok ke laut. Tapi saranku jangan lupa memakai alas kaki karena karang di daerah itu lumayan tajam jadi kalau gak pakai alas kaki gak jamin kakinya selamat tanpa goresan. Di atas karang-karang banyak ditumbuhi tanaman lamtoro dan pohon-pohon pendek itu yang kebetulan sudah tampak kering.

Ada sebuah bangunan berbentuk lopo disisi salah satu karang yang sayangnya terpisah. Untuk ke tempat karang satunya harus turun lagi, gak bisa langsung dari bawah pantai.

Pada saat surut baru ketahuan kalau ternyata daerah pasir panjangnya juga tidak terlalu panjang, karena bagian yang menjorong ke laut juga berupa batuan karang yang berwarna lebih cerah dengan dasar sebagian berlumut. Namun lagi-lagi yang jadi gangguan mata adalah keberadaan sampah. Masalah klasik, dan di pantai ini di daerah pasirnya banyak sekali sampah kain dari baju-baju bekas entah dari mana.

Menurut informasi dari mas Eko di daerah ini masih banyak tumbuh terumbu karang yang belum rusak. Sepertinya lain kali aku harus mencoba mengeksplore pantai ini untuk mengetahui seberapa terjaganya terumbu karena di daerah ini.

Catatan di Google Earth, posisi pantai ini  10° 9'54.27"S dan 123°34'14.96"T silahkan digugling kalau mau tahu seperti apa penampakannya, siapa tahu di komputer kalian warna air lautnya lebih bening.

Laut di Mercusuar Kupang
Mercusuar ini terletak di sebelah Timur pantai Teddys, daerah kawasan kota lama yang dipisahkan dengan sungai. Sebenarnya kesini gak sengaja. Waktu itu aku dapat kabar kalau perahu-perahu peserta Sail Komodo mau flag off hari Minggu pagi itu. Karenanya abis Subuh aku ke pantai Teddys dan janjian sama temen ketemu disana. Sayang waktu kesana ternyata temen belum datang sehingga aku jalan dan moto sendiri. 

Para pemancing di Mercusuar (tampak perahu peserta Sail Komodo)
Suasananya pantai Teddys karena digunakan untuk peserta Sail Komodo terasa gak nyaman, umbul-umbul warna warni yang tersusun tidak rapi tampak mengganggu mata. Di sebelah kawasan tempat terbuka yang biasanya digunakan masyarakat untuk berjualan saat itu baru berdiri sebuah panggung terbuka yang katanya tiap malam ada acara malam budaya. Di seberang pantai Teddys yang berdiri sebuah mercusuar ada tiga fotografer sedang asyik memotret di atas bukit. Sambil menunggu acara, sempat ada insiden tutup lensaku terjauh ke air laut. Untung waktu itu airnya tidak dalam sehingga bisa aku ambil lagi. Tiba-tiba ada panggilan dari megaphone supaya yang punya kendaraan diparkir di tepi jalan disingkirkan karena mau digunakan parkir kendaraan plat merah penyelenggara event Sail Komodo.
Suasana pagi di Mercusuar Kupang
Karena memang sudah males, aku langsung ngeloyor keluar pantai dan mau mencoba ikut para fotografer ke daerah Mercusuar. Dari pertigaan langsung mengambil masuk jalan disamping sungai sampai ke ujung bangunan. Setelah parkir disitu aku masuk terus ke belakang sampai di bawah Mercusuar. Ternyata ada om Joni, mas Yanto dan Fahrul yang juga sama-sama sedang menunggu flag off perahu peserta Sail Komodo.


Daerah Mercusuar Kupang ini nyaris tidak memiliki pantai karena di balik bukit karang ini langsung terhampar air laut. Berbeda dengan pantai Teddys yang terkesan kurang bersih, air laut di sini tampak masih bersih (tentu saja, karena tidak ada yang turun mengotorinya).

Dari sini ternyata lebih nyaman untuk menikmati deretan perahu-perahu peserta Sail Komodo yang berjajar di sepanjang pantai. Cukup jauh dari Teddys yang menjadi tempat pendaratan karena pantai Teddys terlalu dangkal sementara perahu-perahu layar itu membutuhkan kedalaman tertentu untuk bisa merapat.
Beberapa pemancing juga sudah ada di pinggir-pinggir karang. Ada dua orang pemancing yang baru datang tapi sudah mendapatkan banyak ikan padahal peralatannya sederhana. Rupanya mereka menggunakan umpan hidup, yaitu ikan-ikan kecil yang masih hidup. Semua pemancing tumpuk di sini semua padahal di sebelah ada karang yang lebih landai yang tentu lebih enak buat mancing. Tapi siapa yang berani kesana, karena itu di belakang markas tentara (istilah orang Kupang menyebutnya 'Benteng'). Tak berapa lama rombongan pak Kris, sesepuh Fotografer Indonesia Regional NTT datang juga. Jadi sekarang ramai suasananya, tapi sayang justru momen yang ditunggu-tunggu berkembangnya layar para peserta Sail Komodo tak juga-juga terbentang. Padahal dari tadi sudah terdengar akhir acara seremoni juga pelepasan balon tanda pelepasan. Padahal dari informasi, acara seharusnya jam 6 pagi tapi ternyata peserta baru mulai merapat di atas jam tujuh (baru tahu bule ternyata hobi molor juga) dan idem, ternyata dari kementerian yang membuka acara Flag Off juga baru muncul belakangan. Ah budaya telat masih juga ada ya :D

Sambil menunggu, beberapa kami termasuk aku mencoba memotret obyek di sekitar Mercusuar termasuk juga para pemancing. Tapi tunggu punya tunggu ternyata tak juga ada perahu yang layarnya terkembang membuat kami akhirnya kecapaian sendiri dan memutuskan kembali. Mungkin sebagian mereka akan kembali lagi sore ini tapi tidak dengan aku. Rencananya sore nanti ada acara di Pantai Ketapang Satu bareng teman-teman Tapaleuk Ukur Kaki untuk acara bersih-bersih pantai. Tapi sayangnya acara itupun aku tak bisa datang karena mungkin kepanasan di Mercusuar sedangkan aku sedang puasa, sorenya kepalaku terasa sakit sehingga aku memilih tiduran menunggu waktu berbuka.

10 komentar:

  1. horeeeeeeeeeeee sudah naik tayang..!! mantap om Beks..!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan buat ngisi tulisan bulan Agustus

      Hapus
  2. Eh sumpah yaa, liat foto2 jepretan kamu bikin gw meriang pingin pergi. Keren keren banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks om cumi.... ayo ke ntt, banyak tempat bagus disini..

      Hapus
  3. kupang setau saya rada panas, tapi foto-foto di post ini sangat menyejukan hati ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menyejukkan hati tapi tetep panas kok mbak, leherku saja sampai terbakar waktu itu hahaha

      Hapus
  4. Keren banget mas...ada punya twitter sama WA gaak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks.. twitter gak aktif tuh, WA apaan? *ketahuan banget aku masih udik*

      Hapus
  5. Sail komodo juga gak bener mas? Sama dong kayak sail morotai tahun lalu. Terkesan cuma menhamburkan APBD aja :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas Wira, kelihatan sekali kesan kalau Sail Komodo hanya memberi manfaat orang-orang pemda yang melaksanakan hajatan bukan bagi wisatawan atau masyarakat sekitar.. mengecewakan sekali

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar anda disini. Untuk sementara komentar saya moderasi dulu karena banyak spam yang masuk. Terima kasih sudah berkunjung, salam MLAKU!