Halaman

Selasa, 14 Juni 2011

Geliat Malam Kupang

Masih ingat aku saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Timor awal tahun 1999 paska kejadian berdarah bangsa ini. Kejadian kelam di negeri Indonesia tahun 1998 yang katanya bangsa cinta damai dan murah senyum ini seperti menghempaskan negeri beribu-ribu pulau ini dalam keterpurukan yang cukup dalam, meninggalkan bekas luka, rasa pahit dan goresan perih.
Saat itu Kupang yang adalah sebuah ibukota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur tak lebih ramai dari sebuah kecamatan di Jawa. Awal tahun itu keramaian lebih berpusat di dua titik yaitu kawasan kota lama  yang terbentang di sepanjang jalur Siliwangi yang biasa disebut sopir-sopir daerah LLBK (Lai Lai Besi Kopan) dan satu lagi adalah jalur Kuanino.
Tapi keramaian Kupang di dua tempat ini pun hanya terjadi dari pagi sampai sore hari, begitu menjelang malam maka aktivitas menurun drastis.

Jam 6 sore saat itu batas terakhir angkutan kota membawa penumpang, jika ada satu dua angkutan yang masih jalan membawa penumpang biasanya sambil menuju arah balik kandang.
Harga-harga jangan ditanya, Kupang yang memang dari awalnya memiliki biaya hidup yang sudah mahal makin bertambah mahal. Bahkan beberapa komoditas yang biasanya melimpah tersedia di Kupang seperti ikan juga menjadi mahal.
Yang paling menyedihkan bagi pendatang adalah sulitnya mencari tempat makan. Saat itu tempat makan yang ada bisa ditunjuk dengan jari.


Suasana malam Pujasera di Kampung Solor
 Perubahan mulai terasa dari 3 tahun belakangan ini, bahkan perubahan ini sangat terasa dibanding pertama kali kedatanganku kembali pertengah tahun 2003.
Aku sendiri kurang tahu dari mana titik ini bermula namun seperti ada benang penyambung sehingga roda kemajuan bergerak saling mengangkat namun juga dibeberapa titik saling menyikut dan membenamkan.
Bicara tentang kemajuan sebuah kota, maka dua kata pertama yang terpikirkan adalah: Kuliner dan Hiburan

Dan itulah geliat yang terasakan di Kupang sekarang ini. Sekarang dengan mudah dapat ditemui tempat-tempat makan yang tersebar seantero Kupang.

Jalur kawasan Siliwangi yang berada sepanjang pantai Kupang dan berisi pertokoan lama masih tetap ramai walau sedikit berubah. Kawasan ini masih menjadi sentral pemberhentian angkutan kota dari seluruh arah walaupun terminal yang ada telah ditutup oleh pemerintah.

Namun keberadaan kawasan pantai Kupang masih terbantu oleh penataan pantai di sekitar kawasan yang dikenal sebagai daerah Tedy's. Karena di tempat itu berdiri sebuah kafe dan tempat karaoke bernama Tedy's yang berdiri cukup lama.


View jalan dari atas Gedung Bank NTT Pusat
 Ada ide lain yang terealisasikan dan menjadi sarana yang cukup ampuh memancing orang-orang melongokkan kepala dari rumah: Pujasera Solor. Kawasan yang baru dikembangkan 3 tahun ini merupakan gagasan yang cukup apik, sebuah kawasan sebagai pusat jajanan dan makanan yang memanfaatkan jalan sebagi tempat berjualan.
Konsekuensinya setelah jam 5 sore maka jalan ini tertutup untuk umum, dan berubah menjadi pujasera. Berbagai jenis makanan ditawarkan disana dari hanya makanan-makanan khas pedagang keliling sampe menu ikan bakar dan makanan laut lainnya.
Dengan harga yang cukup bersahabat, kuliner di kawasan ini bahkan menarik minat sebagian pelancong asing untuk sekedar singgah mencicipi kuliner Kupang.
Dan yang lebih mengasyikkan, kawasan ini masih ramai hingga jam 12 malam.

Kawasan Kuanino sendiri tetap menjadi kawasan yang paling ramai karena disinilah berdiri banyak toko-toko besar yang sedari awal menjadi sentra orang-orang Kupang berbelanja. Namun untuk kuliner sendiri geliat dari kawasan ini belum terlalu kuat.


Suasana malam jalan di kawasan Mal
 Yang juga cukup menarik adalah kawasan Mal Flobamora. Mal satu-satunya di kota Kupang ini menggeliatkan rasa haus masyarakat akan tempat belanja yang lebih representatif mewakili Kupang sebagai sebuah provinsi. Keberadaan Mal yang berdiri di kawasan sepi ini akhirnya mendorong pertumbuhan di sekitarnya.
Mal sendiri memiliki beberapa tempat kuliner yang lebih banyak merupakan waralaba seperti misalnya KFC atau Bakso Lapangan Tembak.
Ada satu blok kawasan yang berkembang menjadi pusat makanan yaitu di depan Gedung Bank NTT. Persis di seberang jalan gedung 7 lantai yang merupakan satu dari dua gedung tertinggi di Kupang ini berdiri ruko yang lebih banyak untuk menjual makanan.

Deretan tempat makan di sepanjang jalur Pantai Pasir Panjang juga tidak mau kalah, menu-menu ikan akan dengan segera dapat ditemui di jalur ramai sampai malam ini.

Hiburan malam pun menjadi hal yang lumrah ditemui, beberapa cafe yang tempat karaoke mudah ditemui di kota Kupang walau tak sebanyak di kota-kota besar di Jawa. Tapi setidaknya ini seolah menunjukkan kepada orang yang datang ke Kupang untuk tidak memicingkan mata di tanah Timor ini. Kata pepatah Kupang "Bae Sonde Bae Tana Timor Lebe Bae" dan semoga geliat ini bisa menunjukkan bahwa Kupang terus tumbuh menjadi lebih baik.

5 komentar:

  1. foto-fotonya ok....tinggal dipamerin ke ruang bang..

    BalasHapus
  2. Pengin juga sih cuma gak ada sponsor sih hehehe

    BalasHapus
  3. itu hasil editan ato asli ya???

    BalasHapus
  4. Thanks tamee udah mampir.. ya foto-foto ini asli satu kali jepretan... tidak ada manipulasi foto

    BalasHapus
  5. Mohon izin ambil fotonya bang untuk jadi background web.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda disini. Untuk sementara komentar saya moderasi dulu karena banyak spam yang masuk. Terima kasih sudah berkunjung, salam MLAKU!