Beberapa waktu kemarin saya menyempatkan diri mengunjungi beberapa situs yang memuat tentang tempat wisata di Nusa Tenggara Timur. Beberapa situs memberikan informasi yang cukup bagus namun lebih banyak yang penulisannya agak kacau kalau tidak boleh saya bilang kopas (kopi-paste) dari sana-sini tanpa memperhatikan keterkaitan antar kalimatnya.
Yang agak menyedihkan justru foto-foto yang ditampilkan. Sebenarnya saya sangat mengharapkan foto-foto yang ditampilkan mampu secara visual menarik perhatian pengunjungnya. Dari kunjungan ini saya berharap ada keinginan kuat dari pemilik situs selain keindahan dalam menampilkan pesona wisata NTT melalui tulisan juga membangkitkan minat melalui bahasa gambar.
Tiba-tiba saya teringat satu tempat yang pernah saya datangi bersama seorang teman yang bekerja di Pemkab Ngada yang sering menjadi guide orang-orang yang menginap di Bajawa.
Air terjun Ogi namanya, jauhnya sekitar 11 km dari kota Bajawa. Tidak terlalu jauh sebenarnya namun kondisi jalan ke tempat itu memang lumayan sulit, disamping kondisi jalan yang rusak dan curam serta berbelok-belok tajam masih ditambah satu kesulitan tambahan: tidak ada papan penunjuk satupun yang menunjukkan lokasi air terjun Ogi ini.
Bahkan saya harus rela melalui pematang sawah sejauh satu kilometer untuk menuju lokasi. Sungguh memprihatinkan!
Padahal begitu sampai ke tempat itu, saya disuguhi pemandangan air terjun yang sangat kencang. Dengan kondisi yang terletak di celah perbukitan, air terjun Ogi yang terkurung bukit itu tampak begitu gagah di mata saya.
Dari kondisinya sepertinya benar bahwa tempat ini digunakan olah PLN untuk menjadi pembangkit listrik, walaupun saat ini saya kurang tahu apakah masih digunakan atau tidak. Namun di tempat ini masih terlihat bangunan yang waktu itu kosong. Di sisi samping air terjun juga terdapat anak tangga dari besi yang tampak usianya sudah lama.
Sebenarnya dulu tempat ini ada jalan yang sampai ke lokasi, dan tempat ini juga sering dijadikan tempat wisata penduduk dari Bajawa tiap akhir pekan. Namun mungkin kondisi itu sudah lama sekali, terbukti waktu saya bertanya tentang air terjun ini ke penduduk Bajawa banyak yang malah tidak tahu.
Ini adalah satu-satunya foto paling layak (masih kurang sebenarnya) saya tampilkan karena terus terang saya kurang siap dengan kondisi lingkungan waktu itu. Bahkan tripod yang saya ganjal dengan kayu tetap saja goyang.
Saya masih berharap bisa mengunjungi lagi tempat ini dan menghasilkan karya yang jauh lebih baik dari ini. Semoga.