Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.

Sabtu, 26 Juni 2010

Larantuka: Kota Seribu Kapel

Mengunjungi pulau Flores rasanya belum lengkap tanpa menyentuh kota Larantuka, ibukota dari Kabupaten Flores Timur. Sesuai dengan nama kabupatennya, kota ini memang terletak paling timur dari pulau Flores dimana kepala naga Flores berada.
Bagi pecinta lagu-lagu dari kelompok Boomerang pasti tidak asing dengan salah satu judul lagu "Larantuka" yang diciptakannya. Saya tidak tahu persis apakah lagu itu terinspirasi dari kedatangan salah satu personelnya ke kota ini.
Larantuka ini bentuk kotanya memanjang, hal ini dikarenakan kontur geografisnya yang kurang lazim untuk sebuah kota. Jadi Larantuka ini disisi barat laut adalah daratan yang langsung berdiri perbukitan dan gunung dan sisi tenggara langsung berhadapan dengan laut. Praktis geografis semacam ini membuat kota jadi berdiri memanjang.
Yang kutahu, tiap tahun kota Larantuka dibanjiri orang dari segala tempat terutama dari Nusa Tenggara Timur untuk merasakan perayaan Paskah. Ya, Larantuka memang menjadi pusat perayaan Paskah disini bahkan untuk perayaan misa Paskah bahkan ada wakil dari Vatikan yang hadir di kota ini.
Aku sendiri lebih suka menyebut kota ini sebagai Kota Seribu Kapel. Rasanya setiap kaki melangkah kita bisa menemui kapel. Jika kita berada di sekitaran taman kota yang memanjang sepanjang garis pantai, kita akan melihat beberapa altar di depan kapel-kapel itu.
Salah satu altar yang menarik perhatian saya adalah altar yang berdiri di depan kapel Tuan Ma dan Tuan Ana. Sebuah patung besar berwarna putih menghadap alter dengan tulisan Mater Dolorosa, atau bisa diartikan Bunda Dukacita. Patung itu menggambarkan Bunda Maria yang sedang meletakkan Yesus di pangkuannya dengan tatapan wajah sedih.
Di sana juga berjejer 12 bangunan memanjang yang tiap-tiap bergambar pahatan logam kuningan tentang kisah penyaliban Yesus.
Terus terang aku tidak terlalu mengerti semua cerita itu tapi setidaknya ada warna menarik yang aku tangkap dari tempat ini.
Rasanya patung bunda Maria sangat mudah ditemui di tempat ini. Bahkan aku pernah melihat yang sayangnya tidak sempat diambil gambarnya patung Bunda Maria yang berdiri megah di salah satu pulau di depan pelabuhan ferri Larantuka. Patung ini mengingatkan saya tentang salah satu foto Yesus di Brasil.
Aku juga tertarik melihat kebiasaan orang untuk meting (mencari ikan saat laut surut) yang umum dilakukan orang di Nusa Tenggara Timur. Di sini ada istilah meting doeng karena saat saat laut surut bisa sangat jauh sekali sehingga kita bisa mencari ikan sampai jauh ke tengah laut dengan kedalaman tak lebih tinggi dari dada orang dewasa.
Bahkan pulau Adonara yang memang jaraknya tak jauh dari Larantuka serasa bisa seberangi saat laut surut. Asyik sekali mengamati baik anak-anak atau orang dewasa yang mencari ikan saat laut surut seperti ini.
Beberapa waktu saat sedang duduk-duduk di pantai aku melihat beberapa anak perempuan yang sedang mendari ikan dipinggir pantai. Walaupun sering melihat orang meting doeng tapi rasanya jarang melihat anak perempuan meting doeng jadinya pemandangan itu rasanya istimewa sekali.
Umumnya daratan Flores Timur ini lautnya berpasir hitam, meskipun ada beberapa tampat yang memiliki pasir kuning atau putih namun tidaklah banyak dan hanya beberapa tempat saja.
Meskipun berpasir hitam, pantai-pantai di Flores Timur tetap menarik untuk dinikmati. Seperti tulisan sebelumnya yang pernah aku tulis tentang Pantai Hading di Kawaliwu yang memiliki keunikan adanya sumber air panas di tepi pantai, dan itu bukan hanya ada di Kawaliwu. Seorang teman yang asli Flores Timur bercerita bahwa sumber air panas di tepi pantai juga ada di kampungnya.
Seorang teman pernah menjanjikanku untuk mengunjungi kampungnya di Solor, salah satu pulau dari kabupaten Flores Timur. Katanya banyak tempat yang menarik di kampungnya yang tidak kalah dari daratan lain di Flores. Janji yang menarik bukan, artinya masih ada PR yang harus kukerjakan bila aku bisa mengujungi pulau Solor, apalagi kalau bukan berbagi cerita dengan kalian.
Tanah Flores masih terus menggoda hati untuk dieksplorasi, menikmati karya Tuhan.

Baca keseluruhan artikel...

Selasa, 15 Juni 2010

Tenau: Terumbu di Balik Karang Terjal

Tenau, daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah pelabuhan oleh warga sekitar Kupang ternyata menyimpan potensi yang cukup menarik. Awal saya melakukan ekplorasi bersama teman-teman ini gara-gara hobi baru snorkling waktu di pantai Tablolong (lihat tulisan sebelumnya). Setelah beberapa kali kita snorkling di Tablolong yang jaraknya cukup jauh dari Kupang kita mencoba mencari informasi lokasi snorkling baru yang letaknya tidak jauh dari Kupang.
Informasi ini mengarahkan kita ke Tenau yang jarak tempuhnya tak lebih dari seperempat jam itupun dengan berkendara santai. Tenau semua orang Kupang tahu arahnya, cukup dengan menyusuri pantai Kupang ke arah barat.
Di depan Gua Monyet beberapa meter di depannya akan ditemui jalan tanah berbatu yang cukup sulit, hati-hati jika hendak turun melalui jalan ini menggunakan kendaraan baik motor atau mobil. Jika mobil atau motor anda tidak cukup tinggi maka anda bisa memilih untuk memarkirkan kendaraan di tepi jalan dan anda turun jalan kaki ke arah laut. Kira-kira dari jalan ke laut sekitar 100 meter.
Karang-karang terjal akan anda temui di sepanjang mata memandang, ciri kota Kupang ini.
Laut ini merupakan daerah selat yang menghubungkan pulau Timor dengan pulau Semau, yang masih satu selat dengan daerah Tablolong.
Jika laut sedang pasang maka mata anda akan dimanjakan warna laut hijau dan biru nan bening. Warna hijau yang tembus hingga ke dasar ini pengaruh pasir putih dan air yang masih jernih. Namun saat pasang seperti itu tentu saja kita hanya bisa berenang di pinggiran saja karena arus laut saat itu sedang kuat-kuatnya.
Hal yang paling bijaksana tentu bertanya pada penduduk yang biasa mencari ikan di sana untuk tahu saat-saat pasang-surut air laut.
Seperti Tablolong, Tenau memiliki kawasan terumbu karang yang bagus terutama jenis ikannya yang tampaknya lebih variatif. Jika mata sudah dilongokkan ke dalam air, pemandangan tanaman-tanaman laut, terumbu karang dan ikan-ikan berwarna-warni yang masih berukuran kecil yang sering sembunyi dan muncul dari balik terumbu membuat mata enggan beranjak.
Kawasan terumbu karang ini cukup luas, mungkin butuh waktu cukup lama untuk mengeksplore tempat ini. Bahkan banyak jenis ikan-ikan yang cukup dicari orang ada disini seperti ikan badut (Clown Fish) atau ikan muka anjing (Puffy Puppy Fish).
Daerah yang kaya biota laut ini sayangnya tak luput dari kerusakan. Kerusakan oleh alam memang tak bisa dihindari karena arus besar dan gelombang juga kerap melanda daerah ini. Pada waktu surut, maka terumbu karang ini banyak yang muncul di permukaan air sehingga beberapa kemungkinan mengalami kerusakan waktu terpapar di permukaan.
Namun kerusakan terbesar tetaplah ulah manusia baik disengaja ataupun tidak disengaja. Pengeboman ikan yang sering dilakukan nelayan merupakan penyebab utama kerusakan terumbu karang disini, disamping juga kerusakan tidak sengaja seperti menginjak-injak karang sewaktu air surut untuk mencari ikan atau kerang seperti yang sering dilakukan orang-orang.
Beberapa orang juga tidak tahan untuk sekedar melihat-lihat saja, ada saja orang setelah berkunjung kesini membawa satu atau dua karang untuk dibawa pulang. Semoga kebiasaan ini tidak terlanjut sehingga terumbu karang disini tetap bisa terjaga sampai nanti.
Baca keseluruhan artikel...

Senin, 17 Mei 2010

Pantai Tablolong: Deep Inside

Bagi orang Kupang, pantai Tablolong lebih dikenal daerah untuk mancing. Memang letak pantai Tablolong yang hampir berada di ujung pulau Timor dan berhadapan langsung dengan pulau Semau sering dijadikan lomba mancing. Lokasi pantai Tablolong memang cukup jauh, dari kota Kupang perjalananan ke sana dapat ditempuh sekitar setengah jam menggunakan kendaraan pribadi dengan jarak jangkau sekitar 23 Km. Setahu saya tidak ada kendaraan umum yang melewati sampai kesana, sehingga pilihan masuk akal kalau bukan kendaraan pribadi ya memanfaatkan jasa ojek yang cukup marak di Kupang.

Perjalanan ke arah Barat dari Kupang paling mudah ditempuh melewati jalur tengah melewati daerah Bakunase dan Kupang Barat melewati daerah Oenesu yang juga dikenal dengan obyek wisata air terjunnya. Sebenarnya dapat juga menempuh perjalanan melalui jalur Utara menuju ke arah Pelabuhan Tenau namun tampaknya jarak yang kita tempuh jadi lebih panjang selain terdapat beberapa jalur yang masih rusak.
Sesampai di desa Tablolong, terdapat gapura agak besar yang bertuliskan Tempat Wisata Pantai Tablolong.
Benarkah tempat ini pernah menjadi tempat wisata? Iya memang begitu, begitu masuk sekitar 200 meter kita akan menemui area bangunan berupa lopo-lopo semacam bangunan terbuka dengan tempat duduk dan atap bulat untuk bersantai yang dibangun dengan pemerintah. Bangunan-bangunan itu tampat tidak terawat sehingga memunculkan kesan sudah lama tidak dipelihara dan dirawat.

Setelah sekitar 200 meter lagi setelah itu kita akan menemui sebuah homestay "Kaki Ayam" yang dibangun oleh wisman Australia menurut pengakuan pengurus homestay ini. Di homestay ini terdapat beberapa lopo yang unik, lopo ini bagian bawah terbuka sehingga bisa untuk bersantai sedangkan jika kita naik tangga ke atas maka terdapat tempat untuk beristirahat. Sayang tempat ini pun terkesan kurang terpelihara, mungkin karena sudah sangat jarang wisman datang ke tempat ini.

Sekitar 500 meter setelah itu kita akan sampai ke ujung jalan dimana terdapat kantor Balai Pembenihan dan Pembibitan Ikan. Disepanjang pantai yang kita lalui itu terdapat aktivitas penanaman rumput laut oleh masyarakat sekitar.

Di depan Balai inilah tempat yang paling menarik dari pantai Tablolong. Karena dari hamparan pasir putih di Tablolong di daerah ini hamparan pasir putih yang paling luas dan panjang.


Memang tempat yang paling sering dikunjungi orang-orang yang ingin bersantai di pantai Tablolong adalah disini karena hamparan pasirnya yang luas dan bersih.
Airnya yang bening juga enak untuk berenang, walaupun harus berhati-hati karena di samping kiri dan kanan banyak bertebaran botol-botol bekas dan plastik-plastik. Ya, botol dan plastik itu digunakan para petani rumput laut untuk mengikat tali sangkutan rumput laut dan penanda yang memudahkan untuk diawasi.

Namun ada hal lain yang menarik kita di pantai Tablolong yaitu terumbu karangnya. Memang dari hasil penelusuran kita beberapa kali, kita mendapati banyak wilayah bekas-bekas terumbu karang yang telah rusak parah akibat kegiatan penangkapan ikan para nelayan. Kebiasaan-kebiasaan lama nelayan dengan menggunakan bom ikan untuk menangkap ikan telah menyebabkan area pantai ini mengalami kerusakan terumbu karang yang cukup parah.

Meski begitu masih terdapat beberapa spot terumbu karang yang mulai tumbuh di daerah karang. Kegiatan penanaman petani rumput laut juga ikut membantu menjaga ekosistem terumbu karang. Spot yang mulai tumbuh bagus ada di sekitar daerah karang, tepatnya di sebelah kanan dari batu bolong.

Siapkan peralatan anda jika ingin menikmati terumbu karang di pantai ini karena tidak ada tempat penyewaaan. Jangankan tempat penyewaan, bahkan anda harus menyiapkan perbekalan makan dan minum karena jika anda lupa membawanya bersiaplah anda kelaparan dan kehausan. Sampai saat ini belum ada orang yang berminat berjualan di kawasan pantai ini.

Oh iya, di daerah karang ini ada kawasan karang yang bawahnya berlubang sehingga waktu air laut naik anda dapat menikmati air yang menyembur dari bagian bawah karang akibat gelombang yang menumbuk karang.


Ayo berkunjung ke pantai Tablolong, tinggal memilih apakah sekedar ingin menikmati hamparan pasir putih dan laut biru yang tenang atau siapkan peralatan snorkling anda dan menikmati sisi dalam pantai Tablolong.


Baca keseluruhan artikel...

Senin, 26 April 2010

Potensi Terlupakan: Air Terjun Ogi

Beberapa waktu kemarin saya menyempatkan diri mengunjungi beberapa situs yang memuat tentang tempat wisata di Nusa Tenggara Timur. Beberapa situs memberikan informasi yang cukup bagus namun lebih banyak yang penulisannya agak kacau kalau tidak boleh saya bilang kopas (kopi-paste) dari sana-sini tanpa memperhatikan keterkaitan antar kalimatnya.
Yang agak menyedihkan justru foto-foto yang ditampilkan. Sebenarnya saya sangat mengharapkan foto-foto yang ditampilkan mampu secara visual menarik perhatian pengunjungnya. Dari kunjungan ini saya berharap ada keinginan kuat dari pemilik situs selain keindahan dalam menampilkan pesona wisata NTT melalui tulisan juga membangkitkan minat melalui bahasa gambar.

Tiba-tiba saya teringat satu tempat yang pernah saya datangi bersama seorang teman yang bekerja di Pemkab Ngada yang sering menjadi guide orang-orang yang menginap di Bajawa.
Air terjun Ogi namanya, jauhnya sekitar 11 km dari kota Bajawa. Tidak terlalu jauh sebenarnya namun kondisi jalan ke tempat itu memang lumayan sulit, disamping kondisi jalan yang rusak dan curam serta berbelok-belok tajam masih ditambah satu kesulitan tambahan: tidak ada papan penunjuk satupun yang menunjukkan lokasi air terjun Ogi ini.
Bahkan saya harus rela melalui pematang sawah sejauh satu kilometer untuk menuju lokasi. Sungguh memprihatinkan!

Padahal begitu sampai ke tempat itu, saya disuguhi pemandangan air terjun yang sangat kencang. Dengan kondisi yang terletak di celah perbukitan, air terjun Ogi yang terkurung bukit itu tampak begitu gagah di mata saya.

Dari kondisinya sepertinya benar bahwa tempat ini digunakan olah PLN untuk menjadi pembangkit listrik, walaupun saat ini saya kurang tahu apakah masih digunakan atau tidak. Namun di tempat ini masih terlihat bangunan yang waktu itu kosong. Di sisi samping air terjun juga terdapat anak tangga dari besi yang tampak usianya sudah lama.

Sebenarnya dulu tempat ini ada jalan yang sampai ke lokasi, dan tempat ini juga sering dijadikan tempat wisata penduduk dari Bajawa tiap akhir pekan. Namun mungkin kondisi itu sudah lama sekali, terbukti waktu saya bertanya tentang air terjun ini ke penduduk Bajawa banyak yang malah tidak tahu.

Ini adalah satu-satunya foto paling layak (masih kurang sebenarnya) saya tampilkan karena terus terang saya kurang siap dengan kondisi lingkungan waktu itu. Bahkan tripod yang saya ganjal dengan kayu tetap saja goyang.
Saya masih berharap bisa mengunjungi lagi tempat ini dan menghasilkan karya yang jauh lebih baik dari ini. Semoga.
Baca keseluruhan artikel...

Selasa, 16 Maret 2010

Senja di Kawaliwu (Sunset on Kawaliwu)

Sudah hampir empat minggu atau sebulan saya berada di kota Larantuka, dalam rangka tugas kantor tentunya. Ibukota dari Flores Timur memang terasa kecil dibanding kota-kota lain di Jawa, bukan hanya kota-kota di Jawa bahkan dengan kota-kota di Nusa Tenggara Timur, Larantuka masih terasa sebagai kota kecil.
Tapi bukan itu yang menjadi sedikit kegundahan saya selama di sini. Tapi pertanyaan sederhana ini rasanya agak sulit dijawab oleh orang-orang disini "Dimana tempat wisata yang bagus disini?" Rasanya pertanyaan yang wajar, namun mungkin (saya tidak tahu persisnya) karena membandingkan dengan tempat wisata di tempat lain di pulau Flores, rasanya terasa tidak ada tempat yang istimewa dari Flores Timur ini.
Jika ada yang membuat Flores Timur ini terkenal, maka keberadaannya sebagai salah satu tempat orang merayakan Paskah adalah daya tariknya.
Memang di Flores Timur sebagaimana kota lain di Flores yang memiliki laut, mungkin di Flores Timur inilah yang setiap saya singgah di laut yang saya temui adalah pasir berwarna hitam. Ada memang beberapa tempat yang pasirnya tidak berwarna hitam, tapi itu hanya sebaris pantai saja dan sisa lainnya adalah pasir hitam.
Di hari terakhir waktu tugas saya, saya teringat cerita seseorang yang memiliki hotel di Larantuka tentang Pantai Hading yang letaknya berada di pesisir barat Flores Timur. Sedikit gambaran, Flores Timur berada di ujung pulau Flores artinya sebagian besar tempatnya menghadap ke timur atau tenggara. Kepala pulau Flores ini ada di Kabupaten Flores Timur, artinya ada bagian teluk di sisi barat Flores Timur, daerah yang diberi nama Kawaliwu. Nah disinilah pantai Hading berada.
Berawal dari informasi ini, saya coba konfirmasikan kembali kemungkinan untuk bisa mencapai daerah ini. Bukan apa-apa, pengalaman sebelumnya saat saya dan teman-teman mencoba menuju ke pantai Hading dari arah kepala justru malah jauh sekali karena harus melewati Tanjung Bunga. Tanjung Bunga ini ada dibagian kepala dari pulau Flores, jadi kami harus memutari kepala pulau Flores untuk sampai ke teluk ini... wah..
Namun saya diberitahukan jalur lain yang lebih mudah untuk mencapai Kawaliwu yaitu melalui desa Oka, ada jalur lain yang lebih dekat tapi karena harus melewati sisi lereng gunung Ile Napo (entah benar apa salah) jadi medannya agak berat.
Berbekal informasi ini kami bertiga, saya dan dua teman memulai petualangan kecil kami. Kami menyebut petualangan karena diantara kami bertiga tidak ada yang benar-benar pernah ke Kawaliwu, jadi niat dari awal memang siap untuk tersesat.
Untungnya di sepanjang jalan yang ada kami mendapatkan informasi yang cukup, penduduk dengan ramah menunjukkan arah jalan yang harus kami lalui.
Perjalanan dari desa Oka yang hanya beberapa belas menit dari Larantuka yang mulus berganti menjadi sedikit bergelombang setelah membelok ke arah barat, tapi sebenarnya masih lumayan bisa dinikmati asal kita mengendarai dengan hati-hati.
Perjalanan yang kami lalui terasa menyenangkan karena alam Flores Timur yang subur terbentang di depan mata kami, deretan pohon kelapa seolah mengajak kami berdendang. Beberapa dusun yang kami lewati juga juga terasa suasana yang menyenangkan, apalagi keberadaan dusun-dusun ini di perbukitan yang hijau.
Setelah sekitar setengah jam kami melalui perjalanan akhirnya sebuah papan penunjuk berwarna putih "SDN Kawaliwu" memberi tahu kami bahwa kami telah sampai di Kawaliwu.
Jam sudah menunjukkan hampir jam lima sore saat kami sampai. Pasir hitam yang sama, begitu pikir kami saat kami tida di pantainya, pantai Hading begitulah masayarakat disini menamainya.
Namun kesan biasa-biasa saja mulai hilang saat kami memandangi latar belakang gunung dan perbukitan yang ada di Kawaliwu. Rasanya cantik sekali melihat paduan antara pantai dan perbukitan yang terentang di sepanjang perjalanan kami tampak dari pantai ini.
Pantainya sendiri tidaklah memberi kesan wow dari kami jika dibandingkan laut lain di Flores yang memiliki pasir putih dan taman laut yang indah, namun kami dikejutkan oleh beberapa orang yang mencuci dan mendi di pinggir laut.
Kami merasa aneh saat itu karena tidak biasa melihat orang mencuci baju di pinggir laut. Tapi kami terkejut saat mendekati mereka dan mendapati batu-batu hitam yang kami pijak dengan kaki kosong terasa panas menyengat. Saya pikir ini karena sisa panas dari sinar matahari, ternyata tidak, panas di batu ini ternyata berasal dari air panas yang mengalir di celah-celah batu. Wah ternyata mereka sedang mandi dan mencuci dengan membuat kubangan air untuk menampung sumber air panas.
Wah, keren sekali... saya bisa mandi di laut lalu membilas badan dengan sumber air panas.
Akhirnya seperti diingatkan bahwa kami ingin melihat matahari terbenam di Kawaliwu, mata kami mencoba mencari tempat yang menarik untuk menatap saat terakhir sang matahari menutup hari ini.
Akhirnya kami melangkah ke bebatuan yang menjorok ke pantai. Air laut sore itu sedang tenang sekali, suasananya sungguh menenangkan. Airnya yang bening membuat mata kami dapat menembus sampai ke permukaan airnya. Beberapa orang masih asyik dengan kegiatan mencuci dan mandi, sementara beberapa orang lain ada yang memancing ikan.
Kami sampai di ujung bebatuan karang, tempat yang sangat strategis. Disinilah kami duduk-duduk menikmati senja yang begitu menyenangkan. Kami tidak perlu berpikir untuk beberapa lama kecuali membiarkan pikiran kami mengembara bersama sisa sinar yang semakin redup. Langit memerah, salah satu teman kami seperti dibuai angannya. Asyik sekali dia duduk sendiri di salah satu batu karang memandangi satu bintang yang muncul pertama kali, namanya Alpha Centaury katanya.
Setelah gelap kami mulai beranjak, senter kepala saya menjadi penuntun karena saat itu memang sulit untuk kembali kepinggir melewati bebatuan tanpa bantuan cahaya.
Sebelum pulang kami sempatkan menyapa orang-orang yang masih mandi, yah kalo airnya panas jam berapapun tentu tak masalah mandi... kami iri, mungkin lain kali kami harus mencobanya.
Diakhir perjalanan kami beberapa ekor kunang-kunang menunjukkan diri, memamerkan sinar kecil yang keluar dari bawah perutnya. Binatang yang sudah sangat sulit saya temui di kota kami.
Peristiwa hari ini, pemandangan yang kami nikmati saat ini, senja yang begitu sempurna kami hampiri, membuat janji di hati kami untuk kembali kesini.... menyapa waktu dan alam di sini dan menikmati SENJA DI KAWALIWU...


Kawaliwu, Maret 13, 2010


Personal dalam foto ini:
  1. Aryo Fajar Gunarso (suka dipanggil Ayok)
  2. Maria ... (biasa dipanggil Maya)
Baca keseluruhan artikel...

Rabu, 24 Februari 2010

Jajanan Tradisional: Kue Rangi dan Uli Bakar

Mau mencicipi jajanan tradional tidak harus jauh-jauh pergi keluar rumah. Setiap hari lewat penjual panganan di daerah tempat tinggalku, daerah Menteng Atas Setiabudi. Kebetulan pagi ini aku membeli Kue Rangi dan Uli Bakar.



Kue Rangi


Kue Rangi ini makanan khas Betawi seperti halnya Kue Kerak Telor. Kue ini bentuknya seperti kue Pancong atau Bandros.
Kue Rangi dibuat dengan bahan adonan tepung sagu/tapioca dan irisan kelapa kemudian dipanggang. Di atasnya dilumuri campuran sagu/tapioka dan gula merah.

Cara membuat (diambil dari sumber lain):
Bahan:
1/2 butir kelapa setengah tua, kupas, parut

100 g ampas kelapa
100 g tepung sagu aren
1/4 sdt garam
250 g gula merah, parut


Cara membuat :
Campur kelapa parut, ampas kelapa, tepung sagu, dan garam. Aduk hingga rata.
Panaskan wajan kecil, diameter 12 cm di atas api.
Taruh 1-2 sdm di dalamnya sambil ratakan hingga tipis. Masak hingga kering dan matang.
Taburi permukaannya dengan gula merah. Lipat dua. Angkat dan sajikan.


Bahan :Uli bakar
Makanan khas Betawi ini juga nikmat disantap.

Panganan berbahan dasar beras ketan yang dihaluskan/ditumbuk dengan parutan kelapa kemudian dibakar.Dimakan dengan parutan kelapa yang digongseng (seperti serundeng).
Cara pembuatannya sebagai berikut(berdasarkan sumber lain):

Bahan

300 ml santan (1 kelapa)
1 sendok teh garam
1 lembar daun pandan
200 gram beras ketan, direndam 1 jam
100 gram kelapa muda parut
Cara membuatnya:
  1. Kukus beras ketan selama 10 menit. Sementara itu panaskan santan, garam dan daun pandan. Masukkan beras ketan ke dalam santan. Aduk hingga santan mengering.
  2. Kukus sampai matang. Campur ketan dan kelapa parut. Haluskan campuran ketan dan masukkan ke loyang yang dialas daun pisang.
  3. Setelah dingin, potong-potong lalu panggang uli. Sajikan dengan sambal oncom

Teks & foto oleh: Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya