Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.
Tampilkan postingan dengan label sumatera utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sumatera utara. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Maret 2018

Huta Siallagan, Tradisi Kanibal yang telah punah

Huta Siallagan

"Orang Batak suaranya keras tetapi hatinya lembut", tutur Pak Roy Siallagan, guna mencairkan suasana ketika aku baru datang. Beliau adalah Pemandu Wisata yang menyambut dan mengawalku dari pintu masuk Huta. Aku tersenyum mendengarnya. Beliau bermarga Siallagan, penanda masih keturunan para Raja Siallagan. 

Rumah adat Huta Siallagan
Begitu memasuki Huta disebelah kiri disambut dengan Rumah Bolon (rumah raja) dan Sopo (lumbung padi).  Terlihat ramai turis Oma dan Opa dari Belanda telah lebih dahulu memasuki huta. Rumah Bolon, rumah contoh Adat Batak. Di dalamnya ada tungku api batu, perkakas memasak yang terbuat dari tanah liat, alat pemintal benang, alat menenun Kain Ulos, beberapa lembaran Kain Ulos yang digantung.

Tempat duduk Huta Siallagan
Batu Parsidangan berada di Pusat Huta dibawah Pohon Hariara, dianggap sebagai pohon suci Suku Batak. Akar-akar pohon Hariara yang besar dan kuat seperti menopang Batu Parsidangan yang diperkirakan berumur 200 tahun lebih.  Pak Roy bergegas mempersilahkan aku ke situs batu parsidangan set pertama. Akupun duduk di kursi yang terlihat lebih besar, ternyata itu kursi untuk raja. Aku pun duduk di singgasana layaknya seorang raja dan mendengarkan penjelasan panglimanya hehehe.

Batu Parsidangan Set yang pertama berupa kursi untuk Raja, Ratu, Tetua Adat, Pemimpin Huta, Tetangga, Tamu Undangan, Pemimpin Spiritual/Dukun. Persidangan akan digelar Raja bila ada kasus yang besar dan berat hukumannya. Terdakwa biasanya seorang musuh, pengkhianat, pembunuh, perampok dan pemerkosa.

Tempat memancung di Huta Siallagan
Batu Parsidangan Set yang kedua berupa kursi untuk Raja, Meja Batu, Tempat Eksekusi. Setelah ditetapkan hukuman kepada terdakwa berupa hukuman mati. Terdakwa akan digeledah di atas meja batu sebelum digiring ke tempat eksekusi. Dukun/pemimpin spiritual akan memeriksa bilamana terdakwa memiliki jimat-jimat atau ilmu kekebalan yang harus dimusnahkan. Kemudian rekontruksi pelaksanaan eksekusi dimulai, mata terdakwa ditutup kain dan Sang Algojo membawa parang yang sangat tajam akan memancung kepala terdakwa dengan sekali tebasan. Jasad terdakwa pun diambil jantungnya dan dimakan oleh Raja untuk menambah energi kesaktian Sang Raja. Agak ngeri mendengarnya.

Narsis di Huta Siallagan
Huta Siallagan berlokasi di Ambarita, Desa Siallagan-Pindaraya, Simanindo, Samosir, Sumatera Utara. Huta berarti Perkampungan sebagai rumah dari suku bangsa Siallagan. Marga Siallagan keturunan dari Raja Naiambaton garis keturunan dari Isumbaon anak kedua Raja Batak. Raja Pertama Raja Laga Siallagan. Raja Hendrik Siallagan mempunyai keturunan Raja Ompu Batu Ginjang Siallagan. Keturunan Raja Siallagan masih tinggal di kampung Ambarita dekat dengan Makam leluhur. Huta Siallagan dengan total area 2,400 dengan batu yang mengelilinginya sebagai benteng sekitar 1,5 - 2 ton beratnya. Pepohonan bambu yang mengelilinginya sebagai pertahanan dari binatang buas dan musuh yang menyerang.

Danau Toba
Dalam perjalananku menuju Huta Siallagan ini, langkahku sempat terhenti di sebuah sisi danau. Merasakan angin semilir menerpa wajah. Menghirup udara pagi yang segar dengan bau rumput dan tanaman hijau yang khas menyegarkan. Terlihat Kapal yang berasal dari Dermaga Ajibata mengarungi danau menuju Dermaga Tomok. Langit biru dengan selaput awan tipis menaungi Danau Toba, berpadu perbukitan hijau yang mengelilinginya tampak begitu cantik.  

Foto dan tulisan: Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...

Selasa, 02 Mei 2017

Menjadi Putri di Istana Maimoon


Mau merasakan sensasi menjadi putri sehari? Coba datang berkunjung ke Istana Maimoon di Medan. Nanti ada ibu yang dengan senang hati memakaikan kebaya panjang, kain dan selendang berwarna keemasan ditambah mahkota di atas kepala (khusus untuk wanita, yang pria jangan coba-coba minta ya). Kemudian kita duduk di kursi singgasana ...sim salabim... jadilah Putri Kesultanan Melayu Deli. Jangan lupa setelah berpakaian putri lanjut berfoto-foto di sekitar istana untuk menambah aura keputrian anda. Anggap saja kita sedang bermain cosplay hehehe.

Menjadi ratu Maimoon selama satu jam hehehe
Istana Maimoon ini dibangun di Medan pada masa pemerintahan Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Beliau adalah Sultan ke-9 Kesultanan Melayu Deli. Pembangunan Istana Maimoon selesai dan diresmikan pada tanggal 25 Agustus 1888. Dahulu istana berada di daerah Labuhan. Pendiri Kesultanan Deli adalah Panglima Muhammad Dalik yang bergelar Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan yang saat itu masih dibawah Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1632. Sultan Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam sebagai Sultan Deli masa kini yang dinobatkan menjadi sultan ke-14 sejak tahun 2005.

Lokasi Istana Maimoon mudah dijangkau karena berada di pusat kota Medan tepatnya di Jl. Brigjend Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Berdekatan dengan Masjid Raya Al Mansun atau lebih dikenal sebagai Masjid Raya Medan. 

Bangunan istana begitu megah dengan posisi menghadap timur. Arsitekturnya perpaduan Moghul India, Timur Tengah, Belanda dan Melayu. Warna kuning keemasan mendominasi bangunan sebagai ciri khas Kesultanan Melayu Deli. Menurut Tengku Lukman Sinar, dalam buku "Riwayat Hamparan Perak" (www.melayuonline.com) Kapten TH Van Erp seorang tentara KNIL (Koninklitje Nederlandsche Indische Leger) adalah arsitek Istana Maimoon tersebut. 

Luas bangunan istana sekitar 2.772 m2 dengan luas halaman mencapai empat hektar. Bangunan istana berlantai dua ditopang kayu dan batu. Bangunan terdiri tiga bagian. Bangunan utama atau induk, Bangunan Sayap Kanan dan Bangunan Sayap Kiri.

Aku menapaki tangga menuju pintu bangunan utama. Didalamnya terdapat kursi kerajaan, perabot dan foto-foto keluarga sultan. Disana banyak wisatawan yang berfoto dengan memakai baju khas Melayu Deli. Sekarang Istana lebih banyak digunakan untuk acara-acara kerajaan, seperti pelantikan sultan, pernikahan, pertunjukan musik tradisional dan perayaan silahturahmi antar keluarga sultan.

Bangunan lokasi Meriam Puntung
Di samping kiri istana ada Meriam Puntung. Puntung berarti potong atau patah. Sayang saat aku ke sana, bangunan tempat Meriam Puntung berada sedang terkunci. Aku hanya bisa mengintip saja di sela-sela lubang dinding. Ketika aku sedang memotret bangunan sekitar, seperti ada yang memperhatikanku dari arah dalam Meriam Puntung. Tiba-tiba entah mengapa aku merasa sedih. Hhmm.. mungkin hanya perasaanku saja.

Berdasar tulisan di tugu dekat meriam disebutkan Mambang Khayali seorang putri, adik Putri Hijau yang merubah dirinya menjadi meriam demi menyelamatkan Putri Hijau dari serangan Raja Aceh. Namun ada legenda lain mengenai asal mula Meriam Puntung. Konon Putri kerajaan yang bernama Putri Hijau dilamar Raja Aceh. Tetapi kedua kakak sang putri, Pangeran Mambang Yasid dan Pangeran Mambang Khayali menolak lamaran tersebut. Raja Aceh pun menjadi marah dan menyerang istana. Ketika peperangan berlangsung pasukan istana terdesak. Pangeran Mambang Yasid merubah dirinya menjadi Naga untuk menyelamatkan Putri Hijau dan Pangeran Mambang Khayali merubah dirinya menjadi Meriam untuk menyerang Prajurit Aceh. Demikian banyaknya peluru yang dilontarkan meriam, menyebabkan meriam patah terbelah dan terpental jauh. Gugurlah Sang Pangeran.



Sebagai pelengkap perjalanan wisata, kita bisa membeli buah tangan/souvenir berupa sarung, selendang, gantungan kunci dan kaos dari kios yang berada di Istana Maimoon. 

Foto & teks: Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...

Jumat, 10 Maret 2017

Huta Bolon Simanindo

Selepas sarapan di hotel yang berada di tepian Danau Toba, aku langsung meluncur bersama kakakku. Kami diantar Pak Edy, pemilik mobil yang kami sewa. Rencana hari ini selain mengunjungi Siallagan (Batu Parsidangan), aku juga akan menonton pertunjukan tari di Museum Huta Bolon Simanindo di Pulau Samosir. Berdasar informasi yang aku dapat dari Pak Edy dan browsing internet, pertunjukan tari pertama dimulai pukul 10:30.


Setelah dari Siallagan, aku pun bergegas ke Museum Huta Bolon Simanindo. Begitu sampai disana telah ada beberapa rombongan turis asing bersama pemandu wisata masing-masing. Dari percakapan yang aku dengar sepertinya mereka turis dari negeri tulip - Belanda dan negeri mafioso - Itali.

Huta Bolon Simanindo adalah rumah adat warisan peninggalan Raja Sidauruk. Sejak tahun 1969 Huta Bolon Simanindo mulai dibuka sebagai museum. Di bagian depan Huta, pada bangunan sebelah kiri terdapat beberapa koleksi museum. Koleksi tersebut berupa kapal yang dulu biasa digunakan raja, Parhalaan, Pustaha Laklak, Tunggal Panaluan dan Solu Bolon. Ada juga peninggalan perlengkapan adat untuk upacara alat musik tradisional, aneka mainan tradisional seperti dalu putar dan janggar yang tersimpan dan tertata dengan baik.


Huta adalah kampung tradisional orang Batak yang dikelilingi oleh benteng dan tanaman bambu menjulang tinggi untuk menghalangi musuh masuk. Huta ini hanya mempunyai satu pintu masuk.
Rumah di dalam huta berjajar di sisi kanan kiri rumah raja atau disebut Rumah Bolon. Di seberang rumah raja dibangun lumbung padi yang disebut Sopo.

Di halaman tengah antara Rumah Bolon dan Sopo dulu sebagai tempat Mangalahat Horbo (tempat acara adat memotong kerbau dan memukul gondang). Di tengah halaman ditancapkan sebuah tonggak (Borotan) yang dihiasi oleh dedaunan yang melambangkan pohon suci (Beringin). Kerbau pun digiring dan disembelih di Borotan.

Tibalah saatnya pertunjukan tari dimulai. Pertunjukan tari sebenarnya adalah rangkaian pesta adat "Mangalahat Horbo".
Diawali dengan Gondang Lae-lae (tarian seremonial), adalah tarian yang menggambarkan doa kepada dewata agar kerbau tidak berontak ketika digiring ke Borotan. Gerak-gerik kerbau sebagai cerminan baik buruknya upacara yang akan berlangsung bagi yang berpesta.

Selesai tarian Gondang Lae-Lae, para penari melanjutkan tarian dengan Gondang Mula-mula. Gondang Mula-mula adalah tarian doa kepada pencipta bumi, langit, alam semesta agar diberikan keturunan, kekayaan, menjauhkan dari bala, menyembuhkan segala penyakit. Kemudian dilanjutkan dengan tari Gondang Mula Jadi, adalah tarian yang sebagai pemberitahuan bahwa doa yang dilakukan telah dikabulkan Tuhan.

Tarian selanjutnya adalah Gondang Shata Mangaliat, yaitu orang-orang yang berpesta menari dengan mengelilingi tonggak/borotan. Kerbau yang diikat di borotan kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan kepada yang berpesta. Danberlanjut ke tarian Gondang Marolop-olopan, tarian sambil memberi salam kepada sesama tamu pesta.

Selain itu ada juga tarian Gondang Siboru, merupakan tarian jejaka, ketika sang jejaka menari datanglah para gadis yang berharap ada jejaka yang datang melamarnya. Kebalian dari tarian Gondang Siboru adalah tarian Gondang Sidoli. Gondang Sidoli adalah tarian gadis, ketika sang gadis menari datanglah jejaka mendekati gadis yang dicintainya dan memberi uang sebagai bukti cinta.

Tarian Gondang Pangurason, adalah tarian sebagai pertanda datangnya roh nenek moyang dalam pesta dan merasuk pada salah seorang gadis untuk memberkati mereka.

Sorak sorai penonton begitu riuh ketika mereka diajak menari bersama dengan tuan rumah yang mengadakan pesta. Tarian bersama dilakukan menjelang berakhirnya acara tersebut. Aku hampir saja larut untuk ikut menari tapi segera ingat nanti momen memotretku hilang. Jauh-jauh datang ke Pulau Samosir demi untuk event ini. 

Dilanjutkan tarian Tortor Tunggal Panuluan. Tari yang dilakukan oleh seorang dukun untuk berkomunikasi dengan dewata dengan cara memukul telur dengan tongkat. Biasanya permintaan seperti hujan, keturunan dan kesuksesan dalam kehidupan.

Mengisi sumbangan di patung Sigale-gale
Diakhiri dengan Gondang Sigale-gale. Tarian ini menggunakan boneka Sigale-gale yang terbuat dari kayu menyerupai bentuk manusia. Pada jaman dahulu kala seorang raja mempunyai anak laki-laki tunggal. Anak tersebut jatuh sakit dan meninggal dunia. Raja sangat sedih atas musibah itu karena anaknya diharapkan menjadi penerus kerajaan telah tiada. 

Untuk mengenang anaknya sang raja memerintahkan rakyatnya untuk membuat patung yang mirip dengan anaknya. Bila sang raja rindu anaknya, maka raja akan mengundang rakyatnya berpesta dan saudara perempuan Sigale-gale juga akan menari sebagai ungkapan kerinduannya.

Tarian Gondang Sigale-gale sebagai penutup rangkaian pertunjukan tari. Penonton dapat memberikan sumbangan sukarela kepada para penari pada wadah yang disediakan di Boneka Sigale-gale. Tiap kali penonton ada yang memberikan sumbangan, para penari langsung berseru "Horas!".

Foto dan tulisan: Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya