Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.
Tampilkan postingan dengan label sumatera. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sumatera. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Maret 2017

Huta Bolon Simanindo

Selepas sarapan di hotel yang berada di tepian Danau Toba, aku langsung meluncur bersama kakakku. Kami diantar Pak Edy, pemilik mobil yang kami sewa. Rencana hari ini selain mengunjungi Siallagan (Batu Parsidangan), aku juga akan menonton pertunjukan tari di Museum Huta Bolon Simanindo di Pulau Samosir. Berdasar informasi yang aku dapat dari Pak Edy dan browsing internet, pertunjukan tari pertama dimulai pukul 10:30.


Setelah dari Siallagan, aku pun bergegas ke Museum Huta Bolon Simanindo. Begitu sampai disana telah ada beberapa rombongan turis asing bersama pemandu wisata masing-masing. Dari percakapan yang aku dengar sepertinya mereka turis dari negeri tulip - Belanda dan negeri mafioso - Itali.

Huta Bolon Simanindo adalah rumah adat warisan peninggalan Raja Sidauruk. Sejak tahun 1969 Huta Bolon Simanindo mulai dibuka sebagai museum. Di bagian depan Huta, pada bangunan sebelah kiri terdapat beberapa koleksi museum. Koleksi tersebut berupa kapal yang dulu biasa digunakan raja, Parhalaan, Pustaha Laklak, Tunggal Panaluan dan Solu Bolon. Ada juga peninggalan perlengkapan adat untuk upacara alat musik tradisional, aneka mainan tradisional seperti dalu putar dan janggar yang tersimpan dan tertata dengan baik.


Huta adalah kampung tradisional orang Batak yang dikelilingi oleh benteng dan tanaman bambu menjulang tinggi untuk menghalangi musuh masuk. Huta ini hanya mempunyai satu pintu masuk.
Rumah di dalam huta berjajar di sisi kanan kiri rumah raja atau disebut Rumah Bolon. Di seberang rumah raja dibangun lumbung padi yang disebut Sopo.

Di halaman tengah antara Rumah Bolon dan Sopo dulu sebagai tempat Mangalahat Horbo (tempat acara adat memotong kerbau dan memukul gondang). Di tengah halaman ditancapkan sebuah tonggak (Borotan) yang dihiasi oleh dedaunan yang melambangkan pohon suci (Beringin). Kerbau pun digiring dan disembelih di Borotan.

Tibalah saatnya pertunjukan tari dimulai. Pertunjukan tari sebenarnya adalah rangkaian pesta adat "Mangalahat Horbo".
Diawali dengan Gondang Lae-lae (tarian seremonial), adalah tarian yang menggambarkan doa kepada dewata agar kerbau tidak berontak ketika digiring ke Borotan. Gerak-gerik kerbau sebagai cerminan baik buruknya upacara yang akan berlangsung bagi yang berpesta.

Selesai tarian Gondang Lae-Lae, para penari melanjutkan tarian dengan Gondang Mula-mula. Gondang Mula-mula adalah tarian doa kepada pencipta bumi, langit, alam semesta agar diberikan keturunan, kekayaan, menjauhkan dari bala, menyembuhkan segala penyakit. Kemudian dilanjutkan dengan tari Gondang Mula Jadi, adalah tarian yang sebagai pemberitahuan bahwa doa yang dilakukan telah dikabulkan Tuhan.

Tarian selanjutnya adalah Gondang Shata Mangaliat, yaitu orang-orang yang berpesta menari dengan mengelilingi tonggak/borotan. Kerbau yang diikat di borotan kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan kepada yang berpesta. Danberlanjut ke tarian Gondang Marolop-olopan, tarian sambil memberi salam kepada sesama tamu pesta.

Selain itu ada juga tarian Gondang Siboru, merupakan tarian jejaka, ketika sang jejaka menari datanglah para gadis yang berharap ada jejaka yang datang melamarnya. Kebalian dari tarian Gondang Siboru adalah tarian Gondang Sidoli. Gondang Sidoli adalah tarian gadis, ketika sang gadis menari datanglah jejaka mendekati gadis yang dicintainya dan memberi uang sebagai bukti cinta.

Tarian Gondang Pangurason, adalah tarian sebagai pertanda datangnya roh nenek moyang dalam pesta dan merasuk pada salah seorang gadis untuk memberkati mereka.

Sorak sorai penonton begitu riuh ketika mereka diajak menari bersama dengan tuan rumah yang mengadakan pesta. Tarian bersama dilakukan menjelang berakhirnya acara tersebut. Aku hampir saja larut untuk ikut menari tapi segera ingat nanti momen memotretku hilang. Jauh-jauh datang ke Pulau Samosir demi untuk event ini. 

Dilanjutkan tarian Tortor Tunggal Panuluan. Tari yang dilakukan oleh seorang dukun untuk berkomunikasi dengan dewata dengan cara memukul telur dengan tongkat. Biasanya permintaan seperti hujan, keturunan dan kesuksesan dalam kehidupan.

Mengisi sumbangan di patung Sigale-gale
Diakhiri dengan Gondang Sigale-gale. Tarian ini menggunakan boneka Sigale-gale yang terbuat dari kayu menyerupai bentuk manusia. Pada jaman dahulu kala seorang raja mempunyai anak laki-laki tunggal. Anak tersebut jatuh sakit dan meninggal dunia. Raja sangat sedih atas musibah itu karena anaknya diharapkan menjadi penerus kerajaan telah tiada. 

Untuk mengenang anaknya sang raja memerintahkan rakyatnya untuk membuat patung yang mirip dengan anaknya. Bila sang raja rindu anaknya, maka raja akan mengundang rakyatnya berpesta dan saudara perempuan Sigale-gale juga akan menari sebagai ungkapan kerinduannya.

Tarian Gondang Sigale-gale sebagai penutup rangkaian pertunjukan tari. Penonton dapat memberikan sumbangan sukarela kepada para penari pada wadah yang disediakan di Boneka Sigale-gale. Tiap kali penonton ada yang memberikan sumbangan, para penari langsung berseru "Horas!".

Foto dan tulisan: Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya