Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.

Jumat, 31 Mei 2013

Nostalgia Wayang Orang Bharata

“Nonton yuk”, ajak kakakku sambil memamerkan brosur Wayang Orang Bharata. ”Wah ada Mase,” seruku ketika melihat salah seorang pemain yang menjadi bintang pertunjukan di brosur itu. Kebetulan Mase berperan sebagai tokoh Arjuna. Mase, sebutan kesayanganku pada bintang yang aku kagumi sejak aku masih duduk di bangku SMP. Nama lengkapnya Teguh “Kenthus” Ampiranto, selain sebagai pemain, sekarang beliau juga sebagai sutradara pertunjukan. Biasanya aku nonton acara wayang orang bersama Mbah Cokro Putri yang ditayangkan di TVRI Yogyakarta. Tiap kali Mase muncul Mbah Cokro Putri bilang padaku, “nek nggolek bojo kaya kuwi, gagah lan bagus”, sambil menunjuk kepada Mase. Aku hanya bisa senyam-senyum saja.


Tibalah saatnya menonton Wayang Orang Bharata. Kami menuju Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata, yang ada di Jalan Kalilio No.15. Mudah untuk mencapai lokasinya karena berdekatan dengan Terminal Senen. Sejak tahun 2004 Gedung Kesenian ini telah selesai dipugar demi kenyamanan penonton. Harga tiketnya pun terjangkau dari Rp40.000 – Rp75.000.



Lakon wayang orang malam ini “Abimanyu Gugur”.Mengambil penggalan dari cerita Perang Bharatayudha. Sepeninggal Resi Bisma, Resi Durna diangkat menjadi Senopati Kerajaan Astina sebagai Bala kurawa untuk melawan Pandawa. Dalam pertempuran Pasukan Pandawa terdesak oleh Pasukan Kurawa sehingga menyebabkan Abimanyu, putra dari Arjuna gugur di medan perang.  Menurutku yang paling unik selama pertunjukan berlangsung adalah suasana santai, akrab dan kekeluargaan antara pemain dan penonton saat dagelan,guyonan,celotehan tokoh Petruk, Gareng dan Bagong beraksi. 


Penonton sering melempar bingkisan ke atas panggung, berupa barang dan uang saat dagelan berlangsung. Dan tentu saja penonton dapat mengambil posisi duduk ternyamannya (bisa mengangkat kaki/menekuk kaki di atas bangku), menikmati makanan dan minuman yang bisa dipesan dari para pedagang di luar gedung. Semua itu hanya ada dan ditemukan di Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata.

Foto dan teks oleh Arum Mangkudisastro
Baca keseluruhan artikel...

Selasa, 21 Mei 2013

Saat Gak Kemana-mana di Labuan Bajo

Senja hari di Labuan Bajo, view dari belakang hotel La Prima
Baru pulang dari Labuan Bajo Minggu kemarin, tapi bingung juga mau cerita apa. Gak mungkinlah aku cerita gimana aku ngajar di sana, materinya apa saja... emangnya ini blog pendidikan?
Sebenarnya waktu tugas seminggu di Labuan Bajo, lagi ngepas dengan perhelatan Sail Komodo 2013. Sebagai induk dari Komodo, Labuan Bajo tentu saja wajib berbenah dan membuat persiapan supaya yang datang ke sana tidak kecewa. Gak asyik dong kalau gema acaranya kenceng pas disana cuma disambut satu dua baliho selamat datang tapi yang lain gak ada persiapan. Tapi gak lah, yang pasti mulai banyak pembenahan di sana sini termasuk perbaikan infrastruktur dari pemerintah pusat. Kok pemerintah pusat ikutan sibuk? Iyalah, secara mereka yang menguasai pulau Komodo. Kan Komodo udah dimasukkan sebagai Taman Nasional, jadi dengan sendirinya kepemilikannya ada di Pusat.
View Hotel La Prima siang hari
Yang pasti hari-hari kemarin itu bule makin banyak, jadi hotel-hotel udah mulai banyak terisi padahal ini masih bulan Mei. Gak kebayang nanti kalau pas puncaknya perhelatan di bulan September ini... (siap-siap yang mau kesini bawa tenda)
Celakanya memang aku gak kemana-mana, seminggu cuma lebih banyak ngendon di hotel karena acara yang padat dari pagi sampai sore. Ada sih kadang pas jam lima udah bisa bernapas (sebelumnya kecekik), tapi emang Labuan Bajo lagi gak seneng aku dateng kali ya... Itu langit mendung melulu tiap sore, mataharinya bener-bener disembunyiin tuh di bawah ketiak awan.
Untungnya kali ini aku dapet hotel yang lumayan enak, posisinya pas di pinggir pantai dan disebelahnya ada lokasi wisata yang rencananya mau dijadiin lokasi puncak Sail Komodo. Orang bilang pantai Pede, pantai yang terletak di sebelah bukit Pramuka ini dulunya asli kotor banget. Pasirnya sih putih tapi airnya itu banyak sekali sampah sama lumpur, katanya sih terbawa arus dari buangan masyarakat Bajo yang tinggal di kampung tengah. Kampung tengah itu kampung yang berada di sekitar dermaga. Asli, beberapa tahun lalu itu kawasan dari dermaga pelabuhan sampai pantai Pede dipenuhi lumpur sama sampah, dari plastik, makanan sisa, kaleng.. mungkin juga duit recehan sama berlian juga ada (mata berbinar-binar).
Senja hari di pantai Pede, suasana pantai mulai bersih
Nah, sekarang ini udah mulai ada kemajuan. Di sebelah selatan dermaga udah ada proyek reklamasi pantai jadi sekarang gak lagi rumah-rumah langsung berdiri di tepi pantai.. makanya banyakan rumah-rumah disitu gak punya toilet pribadi tapi toilet umum langsung ke laut (mau sekalian kasih makan ikan kali). Pantai Pede untungnya juga kecipratan rejeki duit buat pembersihan pantai. Berita terbarunya sih, ada pengalihan puncak perayaan Sail Komodo yang semula di pantai reklamasi pindah ke pantai Pede ini. Pantesan aja ada acara bersih-bersih, pasti takut tuh presiden dateng liat sampah bisa langsung dipotong tuh dana pusat. Bolehlah kalau ke sini mampir di pantai Pede, sekalian bantu-bantu bersihin pantai biar tambah kinclong. Udah ada beberapa perahu kecil panjang seperti perahu buat perlombaan di sepanjang pantai Pede.
Untungnya dapet pinjeman motor, jadi kalau malem masih bisa cari makan.. biasalah wisata kuliner (alesan aslinya karena makanan di hotel mahal banget hehehe)
Menunggu ikan eh cumi selesai dibakar
Lokasi favorit tetep aja di depan pasar Labuan Bajo. Itu rumah makan tenda sekarang udah penuh berjejer dan banyakan menyediakan menu ikan. Nah, makanya disini bulenya juga rame, lumayan kan... harganya masih bersahabat di kantong. Gak bersahabat banget sih, udah mulai naik dibanding tahun kemarin, pasti ini gara-gara bule ngrecokin dateng kesini tuh makanya pada rame-rame naikin harga ikan (gethok palanya bule).. Kemarin itu untungnya kita keliatan kalau muka lokal jadi bisa dapet menu ikan Kerapu merah 50rebu dua ekor plus nasi dan lalapannya. Besoknya lagi kita muter cari cumi dan berakhir dapat cumi yang udah punya cucu (gedhe bener) dengan harga 50rebu tanpa nasi dan lalapannya. Lagi bulan mati, jadi emang cari cumi agak susah. Kalau lagi bulan terang tuh sebenarnya saatnya berburu kuliner cumi bakar pasti banyak. Acara makan cumi jadi seru, karena cuminya ngelawan waktu digigit (tusuk pake garpu biar nyahooo..) Lokasi ini cocok nih buat didatengin kalian yang mampir di Labuan Bajo, siapa tahu bisa kecanthol sama bule lumayan buat perbaikan keturunan... asal jangan yang sejenis ya :))


Suasana senja hari di belakang hotel La Prima.. gak lagi promo lho
Cerita hotel ini, namanya La Prima.. tempat ini sebelum jadi hotel sebenarnya adalah kebun kelapa dan tempat yang paling sering aku tongkrongin kalau ke sini. Letaknya persis ada di sebelah selatan bukit Puncak Pramuka, beberapa pohon kelapa yang ada di samping hotel itu banyak yang dari awal dibangun tidak pernah ditebang, jadi kelapa asli. Karena tertutup bukit di depan dan kanan hotel makanya kalau pagi tempat ini adem, setidaknya sampai jam delapan lah. Hotelnya mahal banget, kalau gak dibayarin ogah banget masuk hotel ini. Tapi yah sepadan sama fasilitasnya sih. Ada kolam renang, walau menurutku tetep enakan mandi di laut... kalau mau trekking, nah bisa tuh naik ke bukit Puncak Pramuka dari samping hotel. Hotel udah buatin jalan kecil menuju ke atas, cuma medannya menanjak banget. Katanya di atas enak buat ngliatin matahari terbenam dan view Labuan Bajo. Cuma sayangnya aku sendiri batal ke atas, karena senter yang biasa kubawa ternyata gak bisa hidup. Awalnya kukira udah rusak, sampai rumah ternyata karena batereinya abis.. (goblok banget, jitak kepala sendiri) Padahal denger-denger di atas itu ada meriam bekas perang.
Akhirnya beberapa hari ya cuma sempet motret di sekitar hotel, atau kalau kaki lagi gak mau diajak diem ya jalan-jalan di sepanjang pantai menelusuri pantai Pede sampai berakhir di pantai Hotel New Bajo Beach. Pantai-pantai ini kalau mau diseriusin sebenarnya asli bagus lho. Yah minimal bisa buat santai-santai kalau lagi gak punya duit nyewa perahu ke pulau.
Cuma segitu ceritanya, masih nunggu waktu lagi buat eksplore Labuan Bajo... masih banyak tempat, masih banyak cerita yang menunggu untuk aku ceritain (cari-cari yang mau bayarin ke Labuan Bajo lagi).
Tapi kalau kesana lagi berarti harus siapin tenda ya, siapa tahu gak ada lagi penginapan yang bisa nampung.. daripada harus tidur di pelabuhan kek gembel :D

Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya