Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.

Senin, 28 Mei 2012

Catatan Kecil: Sisi Lain Sunset di Labuan Bajo

Suasana senja dari lokasi trekking sunset di bukit belakang hotel
Hari-hari di Labuan Bajo ternyata disapa dengan mendung yang menggelayut tebal di langit padahal sekarang bulan Mei. Beberapa kali mendung tebal itu tak sanggup menahan diri dan menumpahkan hujan di tengah siang yang semestinya terik. Musim hujan kali ini memang bergeser agak jauh sehingga bulan Mei pun hujan masih sering turun.
Praktis dari satu minggu di Labuan Bajo lebih banyak diisi dengan mendekam dalam kamar atau  atau kalau sedang suntuk dengan kamar maka restoran menjadi tempat nongkrong yang strategis. Padahal penugasan kali ini ada juga ada tim lain yang juga datang sehingga jumlah kami ada tujuh orang, cukup banyak untuk membuat acara.
Suasana malam beranda hotel
Untung hotel kami menginap cukup nyaman untuk bersantai setelah seharian berkutat dengan laporan dan angka-angka yang kadang sulit untuk dihubungkan. Hotel Centro Bajo ini dibangun dibawah bukit sehingga bangunannya bertingkat di bagian depan namun tidak dibagian belakang. Lokasinya bukan di pinggir pantai atau memiliki view pantai seperti halnya hotel-hotel lain di daerah Labuan Bajo ini, namun suasana rindang terasa sekali dibantu dengan dengan ornamen etnik dan bangunan-bangunan bergaya etnis dengan bahan bambu dan kayu.
Namun tentu saja hujan dan mendung yang terus memenuhi langit membuat jenuh juga, karena mau jalanpun kami ragu karena hujan bisa datang sewaktu-waktu.
Sebenarnya ada view sunset yang bisa kami nikmati dibelakang hotel namun kami harus trekking naik ke atas bukit sekitar 250 meter seperti tertulis di papan kayu yang dipasang di sebelah kolam air. Bunga teratai yang tumbuh memenuhi kolam menjadi korban kameraku yang tak bisa kupakai untuk berburu sunset. 

Bunga teratai putih dan ungu memenuhi kolam
Waktu sudah di atas jam setengah enam saat aku lihat warna awan di langit mulai tampak membara, jajaran awan mulai tersibak rupanya mulai bosan jika terus menutupi matahari. Mencoba peruntungan aku mempersiapkan peralatan dan mulai trekking ke belakang hotel. Ternyata jalan awal menanjak curam dan itu menguras tenagaku, di setengah puncak jalan aku mulai terangah-engah. Hahahaha ternyata umur tidak bisa dibohongi. Sayang di daerah agak landai aku melihat matahari sudah terlanjur masuk ke dalam, rona awan telah kembali gelap. Akhirnya aku kembali ke hotel dan berharap besok bisa lebih awal, tentu jika mendung tidak memenuhi langit.
Suasana beranda hotel malam hari
Besoknya sepertinya lagi berpihak, walau seharian mendung datang tapi sore langit mulai kembali tersibak sehingga aku dan Angga kembali mencoba jalur trekking. Menurut penjaga hotel, jalur trekking sudah lama tidak dibersihkan. Dan itu ternyata benar, setelah sampai di tempat landai yang aku harus melewati jalan yang kanan kiri mulai dipenuhi oleh semak-semak. Untung jalur trekkingnya masih tampak, namun ternyata saat mendekat ke arah lokasi ada sebuah jalan tanah berbatu yang cukup lebar memotong jalur trekking sehingga kami jadi bingung apakah harus mengikuti jalan ini atau tidak. Namun karena melihat kondisi jalan yang masih baru artinya ini bukan jalur trekking semestinya dan kami memutuskan mencari jalur trekking yang lama di seberang jalan. 

Melihat sunset di Pulau Bidadari
Saat kami melihat jalur kecil kami memutuskan mengikutinya, jika beruntung kami sampai ke lokasi jika tidak yah apa boleh buat. Ternyata arah kami benar, setelah melewati beberapa pohon yang tumbang kami sampai dilokasi yang tepat untuk melihat matahari terbenam. Beberapa bangku dari kayu yang dibuat oleh pihak hotel sebenarnya pas di lokasi ini, sayang tempatnya dipenuhi semak-semak dan bengku-bangku itu nyaris tak tampak jika kita tidak mendekat.
Dari lokasi ini kami bisa melihat hotel La Prima, sebuah hotel berbintang empat yang baru dibangun persis di bawah bukit di depan bukit tempat kami melihat sunset. Labuan Bajo tetap begitu indah, hamparan pulau-pulau yang perahu-perahu yang mulai menambatkan diri di pelabuhan membuat panorama senja yang menarik. Yah setidaknya ini hiburanku karena tidak bisa kemana-mana selama seminggu ini.
Tentu waktu seminggu ini bukanlah perjalanan yang kurencanakan, aku masih berharap bisa mengunjungi danau kawah Sano Nggoang atau air terjun Cunca Wulang

10 komentar:

  1. wah wah...indahnya senja di lebuan bajo...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Labuan Bajo sangat menawan sunsetnya... musti kesana untuk membuktikan.. :D

      Hapus
  2. sumpah keren bgt kaka..
    kapan saya bisa kesana y???
    heheheh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. tinggal siapin waktu dan bekal... langsung kesini... :D

      Hapus
  3. kereeen, apalagi foto sunset yang paling atas! btw, gimana cara ngambil foto yang diatas, keren banget itu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memotret senja supaya bagian bawah tidak siluet (tetap hijau) paling baik dengan menambahkan filter Grad Reverse ND sehingga hanya bagian tengah ke atas yang dihadang... terima kasih buat kunjungannya mas Fahmi

      Hapus
    2. nah, saya cuman pake filter UV, maklum masi pemula :p

      Hapus
    3. Kalau suka lendscape cobalah 2 filter wajib ini: CPL (cari yang bagus atau HMC) dan filter grad reverse ND (khusus pecinta sunrise atau sunset)..... just share..

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar anda disini. Untuk sementara komentar saya moderasi dulu karena banyak spam yang masuk. Terima kasih sudah berkunjung, salam MLAKU!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya