Tulisan dan foto di blog ini bebas didownload, namun untuk penggunaan kembali hanya dibebaskan untuk kepentingan non-komersial dengan mencantumkan alamat sumber tulisan/foto. Hormati karya cipta!.

Senin, 27 Oktober 2008

Oenesu: Panorama Sejuk di Tengah Teriknya Kupang

Menyebut Oenesu bagi orang Kupang berarti sebuah tempat yang menawarkan suasana untuk bersantai dengan udara yang segar. Sebagai salah satu dari sedikit air terjun yang ada di Kupang, tempat wisata air terjun Oenesu menjadi salah satu pemberhentian sejenak bagi warga Kupang yang ingin mereguk segarnya hawa yang ditawarkan tempat yang masih asri ini.

Perhatikan saja, pada hari Sabtu atau Minggu biasanya rombongan muda-mudi atau keluarga banyak yang mendatangi tempat ini jauh dibanding hari-hari lainnya. Air terjun ini berjarak kurang lebih 17 km dari Kota Kupang dan jalan menuju tempat ini bisa dibilang cukup baik. Aku sendiri tidak mengalami masalah sama sekali menggunakan kendaraan sedan menuju ke tempat ini. Memang sempat muncul kekhawatiran terutama saat melewati jembatan kayu di pertangahan jalan masuk untuk sampai ke lokasi ini.

Justru yang belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pengelola tempat ini adalah kondisi jalan dan penataan di lokasi wisata ini. Jalan yang masih berupa jalan tanah berbatu-batu serta tidak adanya tempat parkir kadang membuat tempat ini tampak semrawut dengan mobil dan motor yang diparkir semaunya (update: fasilitas telah diperbaiki oleh pemerintah daerah).

Begitu sampai di lokasi maka anda akan disambut dengan genangan air yang merupakan bagian atas air terjun. Debit air terjun ini cukup stabil, pada musim kering sekalipun debit air masih lumayan dapat dinikmati. Foto-foto di atas diambil pada bulan Oktober, masuk bulan-bulan yang kering dan panas yang menyengat.

Debit pada musim hujan tentu akan lebih besar, mungkin bisa dua kali lipat di banding musim panas. Pada saat itu jika kita tepat di bawah air terjun suara deru air terjun seakan menenggelamkan suara kita sendiri. Jangan heran kalau kita sering mendengar teriakan-teriakan dan suara tertawa yang cukup dari pengunjung yang menikmati air terjun ini.
>br /> Sampai di lokasi, ada dua jalur yang dapat dipakai untuk turun menikmati air terjun ini. Sebelah kiri lokasi terdapat jalan menurun yang cukup terjal yang akan membawa anda ke sebuah jembatan jauh di bawah air terjun utama. Dari jembatan yang masih baru ini (saat tulisan ini dibuat), anda bisa melihat beberapa tingkat air terjun.

Jalur lain dapat anda coba melalui jembatan kayu. Jembatan ini sebenarnya cukup membahayakan terutama untuk anak-anak karena kayu tidak terpasang menutup semua ruasnya. Jika tidak hati-hati anda dapat terperosok. Jaga anak-anak anda sewaktu melewati jembatan ini. Setelah itu anda harus menuruni anak tangga yang lagi-lagi curam, itupun kondisi anak tangganya tidak rata. Ini juga saya ingatkan kembali pada anda untuk berhati-hati.

Membawa bekal waktu saat turun ke bawah sangat disarankan karena naik turun untuk mengambil makanan ke atas sangat melelahkan. Namun sesampai di bawah, pemandangan air terjun seakan membilas rasa penat anda. Jangan takut batuan di tempat ini tidak licin, karena airnya yang mengandung kapur cukup tinggi (ciri khas air di Kupang) maka batu jadi terasa kesat. Suasana yang rindang karena banyak pohon-pohon besar tumbuh di sekitar air terjun. Ini masih ditambah dengan suitan-suitan burung yang sering terdengar nyaring dari balik pepohonan. Anda bisa langsung memilih berendam di salah satu anakan air terjun atau memilih menelusuri ke bawah. Gerak tarian air terjun membentuk alur-alur yang unik, hati-hati karena beberapa cekungan tingkat air ini ada yang dalam.

Andapun bisa sekedar membentangkan tikar dan bermalas-malasan menikmati sejuknya hawa serta deru suara air terjun. Keriangan suara pengunjung seakan mengajak anda ikut riang.

Sayang sarana lain sangat minim di tempat ini. Tempat sampah yang harusnya tersedia menjadi barang langka kalau tidak saya sebut tidak ada sama sekali sehingga tak heran pengunjung membuang sampah semaunya. Toilet dan kamar ganti juga tidak tersedia, anda harus ke rumah pemilik warung satu-satunya yang ada di tempat ini untuk sekedar buang air. Tempat makan atau tempat bersantai juga minim. Memang disediakan beberapa lopo namun jumlah tempat makan yang sedikit akan menyulitkan orang yang tidak ingin repot-repot saat berwisata.

Semua potensi ini seharusnya bisa mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian lebih pengembangan wisata di lokasi ini. Penataan dan pemeliharaan tempat ini dengan melibatkan partisipasi masyarakat akan dapat memberikan andil dalam menyumbang PAD pemerintah Kupang, tentu saja bila hal ini diseriusi.

Beberapa situs yang juga menulis tentang tempat wisata ini:
1. Harian Sinar Harapan: Mengintip Air Terjun Oenesu dan Pantai Lasiana
2. Portal CBN: Sejuk Dan Segarnya Oenesu
Baca keseluruhan artikel...

Kamis, 23 Oktober 2008

Air Terjun Oehala (Oehala Waterfall)



Terletak tidak jauh dari kota SoE, air terjun yang berada di desa Oehala ini menawarkan suasana yang rindang dan sejuk, cukup menyenangkan untuk melepas penat dan menikmati kesegaran alam yang masih asri. Dinginnya air yang mengalir di air terjun dan view yang sungguh indah dari air terjun ini jadi tampak kontras dari udara pulau Timor yang terkenal panas, terutama pada bulan Oktober seperti ini.


Desa Oehala, desa di mana air terjun berada berada sekitar 13 km dari kota SoE (10 km dari dari jalan utama plus 3 km masuk ke dalam). Sebagai salah satu andalan wisata Kabupaten Timor Tengah Selatan, air terjun Oehala termasuk belum memperoleh perhatian yang memadai dari pemerintah setempat. Jalan menuju ke sana termasuk agak sulit dilewati kendaraan pribadi, beberapa ruas jalan yang ruas ditambah jalan masuk ke dalam yang aspalnya sudah banyak berlubang menambah lama perjalanan.

Tapi tenang saja begitu kaki kita sampai di sana, mata kita akan disambut panorama air terjun yang cukup menawan baik untuk sekedar mandi, untuk dipandangi dan jangan lupa juga untuk diabadikan. Untuk itu jangan lupa membawa kamera jika anda ke air terjun Oehala.
Begitu sampai di tempat wisata, aku disambut dengan tangga dari semen menurun sekitar 40 anak tangga dengan jarak yang pendek-pendek. Begitu anak tangga itu habis maka sebuah aliran air yang jernih mengalir di batu yang berwana putih dengan aksen hijau (bukan lumut) menyapa....

Dari sini aku bisa melihat tangga yang terus menurun, juga beberapa tingkat air terjun langsung menyergap mata. Setidaknya terdapat 7 tingkat besar air terjun, itu tidak termasuk beberapa anakan kecil.
Undakan-undakan air terjun ini memberikan keunikan tersendiri seolah-olah meminta kita memilih tingkat yang paling menggoda kita untuk berendam.
Beberapa lopo juga telah dibangun untuk sarana kita beristirahat, meskipun pada saat itu yang aku lihat lopo-lopo sudah tidak beratap lagi. Teruslah turun ke bawah karena beberapa tingkat air terjun masih menunggu mata kita melahapnya.
Begitu kaki dicelupkan ke air, segarnya air seolah mengisi energi kita, sunguh segar. Rasanya tidak lengkap kalau kita tidak merendam badan kita. Aliran air di air terjun Oehala cukup deras, mungkin beberapa kita bisa menggunakan untuk terapi pijat air (hayo siapa yang mau mulai...)

Bagi yang menyukai foto, sebaiknya menunggu diatas jam 16.00. Saat itu waktu terbaik untuk mendapatkan panorama tanpa terganggu teriknya matahari yang menerobos dedaunan yang cukup rindang. Siapkan tripod atau bolehlah handheld jika tangan kita kuat, karena rindangnya dedaunan pasti akan membuat kamera kita agak lambat shutterspeednya.


Nah, waktu kembali ini yang jadi masalah. Tangga yang curam seolah-olah menyedot habis semua energi kita sehingga begitu sampai di atas kita merasa capek. Untuk itulah kita butuh bekal makanan waktu di bawah, karena tak ada penjual makanan sama sekali di sini.
Air kalau lupa tidak masalah, minum saja dari air terjun ha.. ha.. ha..


OK, sampai di sini seri wisata Soe. Silakan ditunggu journey beriktunya. Thanks buat temen-temen yang udah pernah nemeni aku disini biar pun sudah sore: Nur Aziz, Angga Saputra dan Arif "Papat" Fauzi
Baca keseluruhan artikel...

Selasa, 17 Juni 2008

Blora: Dari Pacaran Sampai Jagung Bakar

Pas malam minggu kemarin aku sempatkan jalan-jalan di sekitar alun-alun Blora. Bagi yang belum mengenal kota Blora, ini adalah kabupaten yang terletak di sebelah timur Semarang (ibukota Jawa Tengah) setelah kabupaten Grobogan. Kota Blora termasuk kota kecil di Jawa Tengah. Jadi jangan bandingkan kota Blora dengan kota-kota di Jawa Tengah yang tergolong besar seperti Solo, Tegal, Kudus dan beberapa kota lain. Catatan terakhir yang aku temui, kota Blora saat ini berpenduduk sekitar satu jutaan (ini angka kasar lho). Jika ingin mendapatkan gambaran teknis kota Blora, silahkan mengunjungi situs pemda Blora.

Sebagian orang lebih tahu Cepu (salah satu kecamatan di Blora) dari pada Blora sendiri. Ini seperti orang barat lebih mengenal Bali dibanding Indonesia sendiri. Blora juga sekarang terkenal dengan ukiran akar jati, untuk ukiran akar jati ini sudah sampai ke luar negeri. Hanya berhubung topiknya bukan itu jadi dibahas nanti saja.
 
Dibanding beberapa tahun lalu, kota Blora kalau malam sekarang tergolong ramai. Terutama di sekitar alun-alun kota. Hampir tiap malam, setengah alun-alun menjadi arena tempat permainan. Tentu saja untuk menikmati setiap permainan akan ditarik sejumlah bayaran. Sebagian alun-alun yang banyak ditumbuhi pohon palem (masih belum besar) menjadi tempat asyik buat anak-anak muda dengan segala aneka kesibukannya. Beberapa kelompok anak muda sering menggunakan alun-alun ini sebagai tempat berkumpul. Nantinya dari sini mereka baru merencanakan handak apa, bahkan sering kali mereka menjadikan alun-alun tempat ngumpul. Terutama malam minggu, maka bisa dipastikan kamu akan menemui banyak muda mudi baik yang berpasangan maupun sendiri. Jadi selain untuk ajang pacaran, tempat ini tanpa disadari telah menjadi tempat untuk mencari pacar. Kalau ingin cuci mata, silahkan ke sini. Aku tanggung ceweknya cantik-cantik, yah tentu saja yang cantik toh. Tapi yang pacaran jangan lirak-lirik cewek lain yang lewat atau hari itu juga alamat pacarannya bubar. Ah, sempat juga mata ini terpaku ke seorang cewek yang aduhai cantiknya. Matanya itu lho bikin keder iman tapi sayang sudah ada yang megang alias ada pacarnya ha.. ha.. ha..
Untuk yang hobi makan jangan kuatir, Blora juga memiliki banyak tempat makan yang representatif (menurut ukuran kantongku) untuk menikmati makanan. Rata-rata harganya tidak membuat kantong kempes. Yang pertama dan pasti sudah banyak dikenal adalah sate ayam Blora. Sate ayam berbumbu kacang ini paling mudah ditemui di sebelah utara pasar kota Blora atau sebelah selatan alun-alun kota Blora. Rasanya............ coba sendiri, karena bukan maniak penikmat daging jadi terasa enak tapi tidak ada yang luar biasa menggigit lidah.
 
Justru aku sempat terkesan dengan jagung bakar yang kebetulan sempat mampir, namanya jagung bakar R3 (Reno-Reno Roso). Dalam bahasan Indonesia, mungkin pasnya diterjemahkan Macam-Macam Rasa. Memang betul, di sini jagung bakar disajikan dalam berbagai aneka rasa, dari rasa sapi panggang sampai rasa garam thok juga ada (yang terakhir tidak ada ding, cuma bercanda). Aku sendiri sempat mencicipi jagung bakar keju bumbu pedas yang ternyata rasanya nikmat dan cukup pedas. Ternyata penjualnya menggunakan jagung manis yang katanya lagi diambil dari Semarang. setelah diusut kenapa tidak menggunakan jagung manis lokal, kata penjualnya jagung manis lokal bogang-bogang (istilah penjual ini saya terjemahkan jagungnya isinya tidak utuh). Mungkin karena tidak cocok tanahnya sehingga hasil jagung di Blora kurang bagus. Menurut penjualnya, jagung manis bisa tumbuh bagus di daerah yang berhawa dingin seperti daerah Bandungan di Semarang (ini juga pengakuan sepihak penjual jagungnya).
Blora sekarang memang beda oooyyy.......
Baca keseluruhan artikel...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tulisan Lainnya